Uji Terbang Tahun Depan, Masih Butuh Investasi Miliaran Dolar

Rabu, 06 Desember 2017 - 11:52 WIB
Uji Terbang Tahun Depan, Masih Butuh Investasi Miliaran Dolar
Uji Terbang Tahun Depan, Masih Butuh Investasi Miliaran Dolar
A A A
JEPANG - Maskapai penerbangan Japan Airlines ingin menjadikan penerbangan antara Jepang dan Amerika Serikat semakin singkat.

Itu bisa diwujudkan dengan pesawat supersonik yang mampu terbang hingga 5,5 jam antara kedua negara. Untuk mewujudkan ambisi tersebut, Japan Airlines atau dikenal JAL menginvestasikan USD10 juta (Rp135 miliar) kepada Boom Technologies, perusahaan startup berbasis di Denver yang ingin menghidupkan kembali pesawat supersonik pada dekade mendatang.

Tentunya mimpi itu bukan sekadar ambisi, tetapi sudah menjadi perencanaan matang. Boom berharap, suatu hari nanti akan membuat pesawat supersonik yang mampu terbang dengan kecepatan 1.450 mil per jam (2.333 km per jam) atau 2,2 kali kecepatan suara.

Nantinya, pesawat itu mampu mengangkut 45-55 penumpang kelas bisnis. “Ini adalah tentang sinyal ekosistem yang lebih luas, di mana itu merupakan sesuatu yang diinginkan pelanggan maskapai penerbangan,” ungkap Blake Scholl, pendiri dan CEO Boom kepada CNN Money .

“Uang itu (investasi JAL) merupakan simbol besar, tetapi simbol yang sangat penting. JAL tidak menginvestasikan USD10 juta tanpa berpikir keras mengenai hal itu,” jelasnya. Scholl mengungkapkan, Boom telah bekerja sama dengan JAL sejak tahun lalu.

JAL juga terlibat dalam keterlibatan proses desain untuk memberikan kenyamanan bagi penumpang, pilot, awak kabin, dan kru perawatan.

“JAL merupakan maskapai pertama yang tertarik dengan pengembangan pesawat supersonik,” jelasnya. Dengan dua kali kecepatan suara, penerbangan dari San Francisco ke Tokyo hanya ditempuh dengan lima setengah jam,” kata Scholl.

Saat ini, penerbangan dengan pesawat biasa menempuh perjalanan selama 11 jam. Untuk penerbangan dari Tokyo ke Hong Kong bisa ditempuh dua jam, dari sebelumnya lima jam. Kemudian, Presiden Japan Airline Yoshiharu Ueki mengungkapkan, kemitraan tersebut akan berkontribusi terhadap masa depan pesawat supersonik.

“Pesawat itu akan memberikan nilai lebih kepada penumpang dengan menekankan aspek keselamatan penerbangan,” katanya. Termasuk investasi dari JAL, Boom telah meraih total USD51 juta (Rp689 miliar). Menurut School, Boom akan mendapatkan investasi dari banyak pihak lainnya.

Namun, proyek pesawat supersonik masih memiliki banyak tantangan. Boom diperkirakan membutuhkan miliaran dolar untuk mengembangkan, memproduksi, uji coba, sertifikasi, dan memproduksi massal. Mereka menyatakan, lima maskapai sudah memesan 76 pesawat supersonik tersebut. Salah satunya Virgin Atlantic Airways yang memesan 10 pesawat.

“Sir Richard Branson mendapatkan kesepakatan khusus karena pembeli pertama,” kata Scholl. Kehadiran pesawat supersonik Boom itu mengingatkan kembali pada pesawat supersonik Concorde pensiun pada 2003.

Pesawat tersebut bisa terbang melintasi Atlantik selama 3,5 jam saja. Namun, pesawat yang terbang Eropa ke New York selama 27 tahun itu dikandangkan karena biaya operasional yang tinggi. (Andika Hendra)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3567 seconds (0.1#10.140)