Komandan Top al-Qassam Hamas Tewas dalam Perang Melawan Israel
loading...
A
A
A
GAZA - Sayap militer Hamas Brigade Izz ad-Din al-Qassam pada hari Minggu mengonfirmasi bahwa bahwa komandan brigade utara dan empat pemimpin senior lainnya telah tewas dalam perang melawan militer Israel.
Komandan top al-Qassam yang tewas tersebut adalah Ahmed al-Ghandour.
Brigade al-Qassam, dalam sebuah pernyataan, mengatakan al-Ghandour adalah anggota dewan militernya. Sayap militer Hamas itu juga mengonfirmasi tiga pemimpin senior lainnya lainnya yang tewas, di antaranya Ayman Siyyam, kepala divisi roketnya.
Cabang Tepi Barat dari Brigade al-Qassam juga mengakui kematian para pemimpin mereka, namun tidak merinci detail identitasnya.
“Kami berjanji kepada Allah bahwa kami akan melanjutkan perjalanan mereka dan bahwa darah mereka akan menjadi penerang bagi mujahidin dan api bagi penjajah,” bunyi pernyataan Brigade al-Qassam, tanpa menyebutkan kapan mereka terbunuh, sebagaimana dilansir AFP, Senin (27/11/2023).
Sedangkan militer Israel mengeklaim bahwa pasukannya telah membunuh lima komandan senior Brigade al-Qassam.
Mereka mengidentifikasi al-Ghandour sebagai “tokoh terkemuka dalam perencanaan dan pelaksanaan pembantaian 7 Oktober” ketika militan Hamas menyerbu Israel, menewaskan 1.200 orang dan menculik sekitar 240 lainnya.
Sejak itu, Israel telah melancarkan kampanye militer besar-besaran yang menurut penguasa Hamas di Gaza telah menewaskan hampir 15.000 warga Palestina, sebagian besar warga sipil.
Militer Israel mengatakan al-Ghandour memimpin salah satu dari lima brigade regional sayap militer Hamas di Jalur Gaza.
"Dia bertanggung jawab mengarahkan semua kegiatan Hamas di Gaza utara, dan telah memulai penembakan, pengeboman dan peluncuran roket serta serangan di Tepi Barat," kata militer Israel.
Laporan lain dari media lokal mengidentifikasi Siyyam sebagai tokoh senior yang memimpin divisi roket Hamas selama kurang lebih 15 tahun.
Wael Rajab, yang digambarkan sebagai wakil al-Ghandour dan mantan kepala polisi di Gaza utara, juga terbunuh, demikian pula Raafat Salman, seorang agen senior di Brigade Kota Gaza pimpinan al-Qassam yang terlibat dalam perencanaan infiltrasi paralayang bermotor pada 7 Oktober.
Komandan kelima yang tewas, Farsan Khalifa, adalah seorang agen senior di markas besar Hamas di Tepi Barat yang membantu dan dekat dengan kepemimpinan Hamas di Gaza.
Militer Israel mengatakan al-Ghandour, Siyyam dan Khalifa tewas dalam serangan yang sama, tanpa mengatakan di mana atau kapan serangan itu terjadi.
Pekan lalu, seorang pejabat senior militer Israel mengeklaim pasukannya telah membunuh lebih dari 50 komandan Hamas yang menyebabkan kerusakan signifikan terhadap kapasitas sayap militer kelompok tersebut, yang diperkirakan oleh pejabat tersebut memiliki sekitar 24.000 pejuang.
Al-Ghandour—yang nama samarannya adalah Abu Anas—dimasukkan dalam daftar hitam sanksi ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2017 sebagai “teroris global".
Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada saat itu bahwa dia adalah anggota biro politik Hamas, serta mantan anggota dewan Syura, yang kelompoknya terdiri dari para pemimpin Hamas dari Gaza, Tepi Barat, dan luar negeri.
Disebutkan pula bahwa dia telah terlibat dalam banyak operasi termasuk serangan tahun 2006 di perbatasan Kerem Shalom yang menewaskan dua tentara Israel dan melukai empat lainnya dan menyebabkan penculikan tentara Israel Gilad Shalit, yang ditahan oleh Hamas selama lima tahun.
Dia dibebaskan pada tahun 2011 dengan imbalan 1.027 tahanan Palestina.
Komandan top al-Qassam yang tewas tersebut adalah Ahmed al-Ghandour.
Brigade al-Qassam, dalam sebuah pernyataan, mengatakan al-Ghandour adalah anggota dewan militernya. Sayap militer Hamas itu juga mengonfirmasi tiga pemimpin senior lainnya lainnya yang tewas, di antaranya Ayman Siyyam, kepala divisi roketnya.
Cabang Tepi Barat dari Brigade al-Qassam juga mengakui kematian para pemimpin mereka, namun tidak merinci detail identitasnya.
“Kami berjanji kepada Allah bahwa kami akan melanjutkan perjalanan mereka dan bahwa darah mereka akan menjadi penerang bagi mujahidin dan api bagi penjajah,” bunyi pernyataan Brigade al-Qassam, tanpa menyebutkan kapan mereka terbunuh, sebagaimana dilansir AFP, Senin (27/11/2023).
Sedangkan militer Israel mengeklaim bahwa pasukannya telah membunuh lima komandan senior Brigade al-Qassam.
Mereka mengidentifikasi al-Ghandour sebagai “tokoh terkemuka dalam perencanaan dan pelaksanaan pembantaian 7 Oktober” ketika militan Hamas menyerbu Israel, menewaskan 1.200 orang dan menculik sekitar 240 lainnya.
Sejak itu, Israel telah melancarkan kampanye militer besar-besaran yang menurut penguasa Hamas di Gaza telah menewaskan hampir 15.000 warga Palestina, sebagian besar warga sipil.
Militer Israel mengatakan al-Ghandour memimpin salah satu dari lima brigade regional sayap militer Hamas di Jalur Gaza.
"Dia bertanggung jawab mengarahkan semua kegiatan Hamas di Gaza utara, dan telah memulai penembakan, pengeboman dan peluncuran roket serta serangan di Tepi Barat," kata militer Israel.
Laporan lain dari media lokal mengidentifikasi Siyyam sebagai tokoh senior yang memimpin divisi roket Hamas selama kurang lebih 15 tahun.
Wael Rajab, yang digambarkan sebagai wakil al-Ghandour dan mantan kepala polisi di Gaza utara, juga terbunuh, demikian pula Raafat Salman, seorang agen senior di Brigade Kota Gaza pimpinan al-Qassam yang terlibat dalam perencanaan infiltrasi paralayang bermotor pada 7 Oktober.
Komandan kelima yang tewas, Farsan Khalifa, adalah seorang agen senior di markas besar Hamas di Tepi Barat yang membantu dan dekat dengan kepemimpinan Hamas di Gaza.
Militer Israel mengatakan al-Ghandour, Siyyam dan Khalifa tewas dalam serangan yang sama, tanpa mengatakan di mana atau kapan serangan itu terjadi.
Pekan lalu, seorang pejabat senior militer Israel mengeklaim pasukannya telah membunuh lebih dari 50 komandan Hamas yang menyebabkan kerusakan signifikan terhadap kapasitas sayap militer kelompok tersebut, yang diperkirakan oleh pejabat tersebut memiliki sekitar 24.000 pejuang.
Al-Ghandour—yang nama samarannya adalah Abu Anas—dimasukkan dalam daftar hitam sanksi ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2017 sebagai “teroris global".
Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada saat itu bahwa dia adalah anggota biro politik Hamas, serta mantan anggota dewan Syura, yang kelompoknya terdiri dari para pemimpin Hamas dari Gaza, Tepi Barat, dan luar negeri.
Disebutkan pula bahwa dia telah terlibat dalam banyak operasi termasuk serangan tahun 2006 di perbatasan Kerem Shalom yang menewaskan dua tentara Israel dan melukai empat lainnya dan menyebabkan penculikan tentara Israel Gilad Shalit, yang ditahan oleh Hamas selama lima tahun.
Dia dibebaskan pada tahun 2011 dengan imbalan 1.027 tahanan Palestina.
(mas)