Umat Kristen China Didesak Ganti Gambar Yesus dengan Presiden Xi Jinping

Selasa, 14 November 2017 - 22:53 WIB
Umat Kristen China Didesak Ganti Gambar Yesus dengan Presiden Xi Jinping
Umat Kristen China Didesak Ganti Gambar Yesus dengan Presiden Xi Jinping
A A A
BEIJING - Ribuan orang Kristen di sebuah daerah miskin di China telah mengganti gambar Yesus di rumah mereka dengan gambar Presiden Xi Jinping. Penggantian itu atas desakan pemerintah daerah setempat sebagai bagian dari program bantuan kemiskinan.

Kejadian ini berlangsung di pinggiran Poyang, Yugan, Provinsi Jiangxi yang dikenal sebagai wilayah komunitas Kristen yang besar. Pemerintah setempat berusaha untuk mengubah orang-orang yang percaya pada agama menjadi orang-orang yang percaya pada Partai Komunis.

Menurut data resmi pemerintah, lebih dari 11 persen dari sekitar 1 juta penduduk di daerah tersebut hidup di bawah garis kemiskinan.

Selain gambar Yesus, salib dan ayat-ayat Injil juga diminta diganti dengan potret Presiden Xi Jinping. Praktik ini mirip era pengkultusan Mao Zedong, di mana potret mantan pemimpin China itu pernah menghiasi setiap rumah penduduk China.

Di bawah pimpinan Xi Jinping, mengakhiri kemiskinan di China pada tahun 2020 menjadi prioritas utama Partai Komunis. Kampanye tersebut tidak hanya penting bagi warisan politik sejak era Mao Zedong, namun juga berfungsi untuk mengkonsolidasikan kontrol partai atas akar rumput masyarakat.

Sebuah akun media sosial lokal melaporkan pada akhir pekan lalu bahwa di Kota Huangjinbu, Yugan, kader partai mengunjungi para keluarga miskin Kristen untuk mempromosikan kebijakan bantuan kemiskinan partai dan membantu mereka memecahkan masalah material.

”Pejabat tersebut berhasil ‘melelehkan es’ yang keras di dalam hati mereka dan mengubahnya dari percaya pada agama menjadi percaya pada partai tersebut,” bunyi laporan itu yang dipublikasikan South China Morning Post, Selasa (14/11/2017).

Akibatnya, lebih dari 600 penduduk desa menyingkirkan teks-teks dan lukisan agama yang mereka miliki di rumah mereka, dan menggantinya dengan 453 potret Xi Jinping.

Laporan tersebut mendadak hilang pada Senin sore, namun kampanye tersebut telah dikonfirmasi oleh penduduk desa dan pejabat lokal yang dihubungi oleh South China Morning Post.

Qi Yan, Ketua Kongres Rakyat Huangjinbu dan orang yang bertanggung jawab atas upaya pengentasan kemiskinan di kota tersebut, mengatakan bahwa kampanye telah berjalan di seluruh wilayah tersebut sejak bulan Maret.

Dia mengatakan bahwa kampanye berfokus pada seberapa besar perhatian yang ditunjukkan Pemerintah Xi Jinping untuk membantu memberantas kemiskinan yang dialami para keluarga Kristen.

”Banyak rumah tangga terjerumus ke dalam kemiskinan karena sakit. Beberapa orang terpaksa mempercayai Yesus untuk menyembuhkan penyakit mereka,” kata Qi. ”Tapi kami mencoba mengatakan kepada mereka bahwa sakit adalah hal yang fisik dan bahwa orang-orang yang benar-benar dapat membantu mereka adalah Partai Komunis dan Sekretaris Jenderal Xi (Jinping),” ujar Qi.

Menurut Qi, Huangjinbu adalah rumah bagi sekitar 5.000-6.000 keluarga Kristen, atau sekitar sepertiga dari jumlah total penduduk di kota tersebut.

”Banyak orang pedesaan tidak tahu apa-apa. Mereka pikir Tuhan adalah penyelamat mereka. Setelah kader kami bekerja, mereka akan menyadari kesalahan dan pemikiran mereka; kita seharusnya tidak lagi bergantung pada Yesus, tapi pada Partai (Komunis) untuk meminta bantuan,” ujar Qi.

Dia mengatakan bahwa pemerintah kota telah mendistribusikan lebih dari 1.000 potret Xi Jinping, dan semuanya telah digantung di rumah penduduk.

Seorang penduduk perkampungan lain di Yugan, yang bermarga Liu, mengatakan bahwa dalam beberapa bulan terakhir banyak penduduk desa telah diberitahu untuk memindahkan artefak religius dari rumah mereka.

”Beberapa keluarga memasang cakram Injil di pintu depan mereka selama Tahun Baru Imlek, beberapa juga menggantung lukisan salib. Tapi semua telah diturunkan,” katanya.

Menurut Liu, banyak orang tidak melakukannya secara sukarela. ”Mereka semua memiliki kepercayaan dan tentu saja mereka tidak ingin menurunkannya. Tapi tidak ada jalan keluarnya. Jika mereka tidak setuju untuk melakukannya, mereka tidak akan diberi kuota dari dana bantuan kemiskinan,” papar Liu.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3094 seconds (0.1#10.140)