Rusia Bongkar Sikap AS terhadap Gaza Lumpuhkan Dewan Keamanan PBB
loading...
A
A
A
MOSKOW - Amerika Serikat (AS) menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB untuk menyabotase upaya internasional mengakhiri pertumpahan darah di Timur Tengah.
Washington tetap bersikeras dengan vetonya meski ada peringatan keras dari staf organisasi antar pemerintah itu mengenai tingginya angka kematian warga sipil di Gaza.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia menjelaskan hal itu pada Senin (13/11/2023).
“Semua perwakilan PBB bersama-sama menyerukan ‘gencatan senjata kemanusiaan segera’, yang akan mengakhiri hukuman kolektif yang tidak manusiawi, penderitaan anak-anak, perempuan, dan orang tua,” ujar pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia di situsnya.
“Namun, Dewan Keamanan tidak dapat melaksanakan mandat langsungnya dan tetap lumpuh karena posisi satu negara, Amerika Serikat,” papar Kemlu Rusia.
Kemlu Rusia menambahkan Israel “sepenuhnya memikul” kewajiban untuk mematuhi hukum internasional di wilayah Palestina, termasuk Gaza.
AS dan sekutunya memveto tiga resolusi, dua disponsori oleh Rusia dan satu lagi oleh Brasil, yang menyerukan gencatan senjata antara Israel dan militan Palestina.
Rusia dan China, sementara itu, memberikan suara menentang resolusi alternatif yang diperkenalkan oleh Washington.
AS sejak itu menyerukan “jeda kemanusiaan,” namun berpendapat gencatan senjata komprehensif saat ini hanya akan membantu Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menyerang Israel pada tanggal 7 Oktober 2023 dan menewaskan sekitar 1.200 orang.
Israel hingga saat ini telah membunuh 11.000 warga Palestina, termasuk anak-anak dan wanita.
Rezim apartheid Israel telah setuju mempertahankan jeda empat jam setiap hari untuk memungkinkan warga sipil melarikan diri ke bagian selatan wilayah kantong Palestina ketika pasukan Zionis (IDF) terus mengepung Kota Gaza.
Kelompok hak asasi manusia memperingatkan situasi buruk ini diperburuk oleh kurangnya makanan, bahan bakar, dan pasokan dasar lainnya.
“Bencana yang terjadi di Gaza membuat perlunya gencatan senjata kemanusiaan semakin mendesak setiap saat,” papar Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pekan lalu, menggambarkan daerah kantong Palestina sebagai “kuburan bagi anak-anak.”
Pada Minggu, beberapa badan PBB mengeluarkan pernyataan bersama, memperbarui permohonan untuk segera mengakhiri permusuhan.
“Tindakan internasional yang tegas diperlukan saat ini untuk menjamin gencatan senjata kemanusiaan segera dan mencegah jatuhnya korban jiwa lebih lanjut, serta menjaga sistem layanan kesehatan yang tersisa di Gaza,” tulis mereka.
Namun semua itu sia-sia karena AS selalu menggunakan vetonya untuk menolak langkah dunia internasional menerapkan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Lihat Juga: Misteri Rudal Hipersonik Oreshnik Rusia Gempur Ukraina, Dikira Rudal Balistik Antarbenua
Washington tetap bersikeras dengan vetonya meski ada peringatan keras dari staf organisasi antar pemerintah itu mengenai tingginya angka kematian warga sipil di Gaza.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia menjelaskan hal itu pada Senin (13/11/2023).
“Semua perwakilan PBB bersama-sama menyerukan ‘gencatan senjata kemanusiaan segera’, yang akan mengakhiri hukuman kolektif yang tidak manusiawi, penderitaan anak-anak, perempuan, dan orang tua,” ujar pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia di situsnya.
“Namun, Dewan Keamanan tidak dapat melaksanakan mandat langsungnya dan tetap lumpuh karena posisi satu negara, Amerika Serikat,” papar Kemlu Rusia.
Kemlu Rusia menambahkan Israel “sepenuhnya memikul” kewajiban untuk mematuhi hukum internasional di wilayah Palestina, termasuk Gaza.
AS dan sekutunya memveto tiga resolusi, dua disponsori oleh Rusia dan satu lagi oleh Brasil, yang menyerukan gencatan senjata antara Israel dan militan Palestina.
Rusia dan China, sementara itu, memberikan suara menentang resolusi alternatif yang diperkenalkan oleh Washington.
AS sejak itu menyerukan “jeda kemanusiaan,” namun berpendapat gencatan senjata komprehensif saat ini hanya akan membantu Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menyerang Israel pada tanggal 7 Oktober 2023 dan menewaskan sekitar 1.200 orang.
Israel hingga saat ini telah membunuh 11.000 warga Palestina, termasuk anak-anak dan wanita.
Rezim apartheid Israel telah setuju mempertahankan jeda empat jam setiap hari untuk memungkinkan warga sipil melarikan diri ke bagian selatan wilayah kantong Palestina ketika pasukan Zionis (IDF) terus mengepung Kota Gaza.
Kelompok hak asasi manusia memperingatkan situasi buruk ini diperburuk oleh kurangnya makanan, bahan bakar, dan pasokan dasar lainnya.
“Bencana yang terjadi di Gaza membuat perlunya gencatan senjata kemanusiaan semakin mendesak setiap saat,” papar Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pekan lalu, menggambarkan daerah kantong Palestina sebagai “kuburan bagi anak-anak.”
Pada Minggu, beberapa badan PBB mengeluarkan pernyataan bersama, memperbarui permohonan untuk segera mengakhiri permusuhan.
“Tindakan internasional yang tegas diperlukan saat ini untuk menjamin gencatan senjata kemanusiaan segera dan mencegah jatuhnya korban jiwa lebih lanjut, serta menjaga sistem layanan kesehatan yang tersisa di Gaza,” tulis mereka.
Namun semua itu sia-sia karena AS selalu menggunakan vetonya untuk menolak langkah dunia internasional menerapkan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Lihat Juga: Misteri Rudal Hipersonik Oreshnik Rusia Gempur Ukraina, Dikira Rudal Balistik Antarbenua
(sya)