Visa Sah, Sikap AS Tolak Masuk Jenderal Gatot Sangat Tidak Wajar
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat (AS) hingga kini tidak menjelaskan detail alasan ditolaknya Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo masuk ke negara tersebut. Penolakan itu dinilai sangat tidak wajar, sebab Jenderal Gatot sudah diberi visa sah dan atas undangan resmi militer Washington.
Kedutaan Besar (kedubes) AS di Jakarta mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa Panglima TNI “tidak dapat melakukan perjalanan sesuai rencana”.
”Duta Besar AS Joseph Donovan telah meminta maaf kepada Menteri Luar Negeri Retno Marsudi atas ketidaknyamanannya terhadap Jenderal Gatot,” kata pihak Kedutaan.
”Kedutaan Besar berhubungan dengan staf Jenderal mengenai masalah ini sepanjang akhir pekan, dan bekerja untuk memfasilitasi perjalanannya,” lanjut Kedutaan.
”Kedubes AS tetap bersedia dan siap untuk memfasilitasi perjalanan Jenderal (Gatot) ke Amerika Serikat. Kami tetap berkomitmen untuk (memperkuat) kemitraan strategis kami dengan Indonesia sebagai cara untuk memberikan keamanan dan kemakmuran bagi bangsa dan masyarakat kita,” lanjut pihak Kedutaaan.
Baca Juga: RI Kirim Nota Diplomatik ke AS soal Penolakan Masuk Panglima TNI
Tidak seperti beberapa pemimpin militer Indonesia lainnya, Jenderal Gatot tidak dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia, sehingga tidak ada alasan yang jelas untuk melarangnya pergi ke AS.
Aaron Connolly dari Lowy Institute mencurigai adanya masalah birokratis.
”Sejumlah perwira militer Indonesia yang telah diberitahu bahwa mereka tidak akan diizinkan masuk ke AS, dan telah ditolak visanya, namun belum pernah ada yang sepengetahuan saya di mana seorang perwira militer Indonesia diberi visa yang sah untuk memasuki AS. Negara itu dan kemudian menolak masuk sebelum naik pesawat,” katanya.
”Ini sangat tidak wajar dan menurut saya penjelasan yang paling mungkin adalah ada snafu (kekacauan) administratif yang harus diberitahukan oleh US Customs and Border Protection kepada maskapai Emirates, dan mereka tidak melakukannya,” ujarnya, seperti dikutip ABC.net.au, Senin (23/10/2017).
Panglima TNI sedianya akan menghadiri acara Chiefs of Defense Conference on Country Violent Extremist Organization (VEOs) yang akan dilaksanakan pada tanggal 23-24 Oktober 2017 di Washington DC, namun penolakan masuk itu mengacaukan jadwal tersebut.
Baca Juga: Kedubes AS Tak Bisa Jelaskan Alasan Pencelakan Panglima TNI
Kapuspen TNI Mayjen TNI Wuryanto menjelaskan, bahwa Panglima TNI mendapat undangan secara resmi yang dikirim oleh Pangab Amerika Serikat Jenderal Joseph F Dunford Jr dan kemudian Jenderal TNI Gatot Nurmantyo membalas surat tersebut dan mengonfimasi kehadirannya sebagai bentuk penghargaan dan perhatian.
"Panglima TNI mengirim surat balasan tersebut karena menghormati Jenderal Joseph F Dunford Jr yang merupakan sahabat sekaligus senior Jenderal TNI Gatot Nurmantyo,” ujar Wuryanto di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Minggu.
Menurutnya, Panglima TNI beserta istri dan delegasi telah mengurus visa dan administrasi lainnya untuk persiapan keberangkatan. Pada Sabtu 21 Oktober, Panglima TNI siap berangkat menggunakan maskapai Emirates. Namun, beberapa saat sebelum keberangkatan ada pemberitahuan dari maskapai bahwa Panglima TNI beserta delegasi tidak boleh memasuki wilayah AS oleh pihak US Custom and Border Protection.
Kedutaan Besar (kedubes) AS di Jakarta mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa Panglima TNI “tidak dapat melakukan perjalanan sesuai rencana”.
”Duta Besar AS Joseph Donovan telah meminta maaf kepada Menteri Luar Negeri Retno Marsudi atas ketidaknyamanannya terhadap Jenderal Gatot,” kata pihak Kedutaan.
”Kedutaan Besar berhubungan dengan staf Jenderal mengenai masalah ini sepanjang akhir pekan, dan bekerja untuk memfasilitasi perjalanannya,” lanjut Kedutaan.
”Kedubes AS tetap bersedia dan siap untuk memfasilitasi perjalanan Jenderal (Gatot) ke Amerika Serikat. Kami tetap berkomitmen untuk (memperkuat) kemitraan strategis kami dengan Indonesia sebagai cara untuk memberikan keamanan dan kemakmuran bagi bangsa dan masyarakat kita,” lanjut pihak Kedutaaan.
Baca Juga: RI Kirim Nota Diplomatik ke AS soal Penolakan Masuk Panglima TNI
Tidak seperti beberapa pemimpin militer Indonesia lainnya, Jenderal Gatot tidak dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia, sehingga tidak ada alasan yang jelas untuk melarangnya pergi ke AS.
Aaron Connolly dari Lowy Institute mencurigai adanya masalah birokratis.
”Sejumlah perwira militer Indonesia yang telah diberitahu bahwa mereka tidak akan diizinkan masuk ke AS, dan telah ditolak visanya, namun belum pernah ada yang sepengetahuan saya di mana seorang perwira militer Indonesia diberi visa yang sah untuk memasuki AS. Negara itu dan kemudian menolak masuk sebelum naik pesawat,” katanya.
”Ini sangat tidak wajar dan menurut saya penjelasan yang paling mungkin adalah ada snafu (kekacauan) administratif yang harus diberitahukan oleh US Customs and Border Protection kepada maskapai Emirates, dan mereka tidak melakukannya,” ujarnya, seperti dikutip ABC.net.au, Senin (23/10/2017).
Panglima TNI sedianya akan menghadiri acara Chiefs of Defense Conference on Country Violent Extremist Organization (VEOs) yang akan dilaksanakan pada tanggal 23-24 Oktober 2017 di Washington DC, namun penolakan masuk itu mengacaukan jadwal tersebut.
Baca Juga: Kedubes AS Tak Bisa Jelaskan Alasan Pencelakan Panglima TNI
Kapuspen TNI Mayjen TNI Wuryanto menjelaskan, bahwa Panglima TNI mendapat undangan secara resmi yang dikirim oleh Pangab Amerika Serikat Jenderal Joseph F Dunford Jr dan kemudian Jenderal TNI Gatot Nurmantyo membalas surat tersebut dan mengonfimasi kehadirannya sebagai bentuk penghargaan dan perhatian.
"Panglima TNI mengirim surat balasan tersebut karena menghormati Jenderal Joseph F Dunford Jr yang merupakan sahabat sekaligus senior Jenderal TNI Gatot Nurmantyo,” ujar Wuryanto di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Minggu.
Menurutnya, Panglima TNI beserta istri dan delegasi telah mengurus visa dan administrasi lainnya untuk persiapan keberangkatan. Pada Sabtu 21 Oktober, Panglima TNI siap berangkat menggunakan maskapai Emirates. Namun, beberapa saat sebelum keberangkatan ada pemberitahuan dari maskapai bahwa Panglima TNI beserta delegasi tidak boleh memasuki wilayah AS oleh pihak US Custom and Border Protection.
(mas)