Pejabat Tinggi PBB Sebut Myanmar di Ambang Genosida Rohingya

Kamis, 07 September 2017 - 06:21 WIB
Pejabat Tinggi PBB Sebut Myanmar di Ambang Genosida Rohingya
Pejabat Tinggi PBB Sebut Myanmar di Ambang Genosida Rohingya
A A A
YANGON - Tindakan keras militer di negara bagian Rakhine, Myanmar, telah di ambang genosida dengan korban etnis Rohingya. Komentar ini disampaikan pejabat tinggi PBB, Adama Dieng.

Lebih dari 140.000 warga Muslim Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh sejak kekerasan pecah di Rakhine 25 Agustus lalu. Militer Myanmar telah dituduh melakukan pembunuhan massal dan pembakaran sistematis terhadap desa-desa Rohingya.

Kekerasan dipicu serangan gerilyawan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) terhadap pos-pos polisi yang menewaskan sekitar 12 petugas.

Militer Myanmar dan kelompok nasionalis dari komunitas Buddha melakukan pembalasan secara brutal. Sebanyak 370 orang yang diklaim anggota ARSA dibunuh dalam operasi militer.

Tapi ada laporan yang kredibel dari para aktivis menyebut sekitar 130 orang dibantai di satu desa, termasuk wanita dan anak-anak etnis Rohingya.

”Ketika mereka dibunuh dan dipindahkan secara paksa atau sistematis, ini bisa merupakan pembersihan etnis dan bisa berarti kejahatan terhadap kemanusiaan,” Adama Dieng, yang menjabat sebagai penasihat khusus PBB untuk pencegahan genosida.

”Sebenarnya ini bisa menjadi pendahulu bagi semua kejahatan mengerikan, maksud saya genosida,” lanjut dia, seperti dikutip ABC, Kamis (7/9/2017).

”Kami belum sampai (ke kesimpulan genosida), kami tidak bisa mengatakan bahwa kita menghadapi genosida, tapi sekarang saatnya untuk bertindak,” paparnya.

Istilah ”kejahatan terhadap kemanusiaan” dan ”genosida” secara hukum didefinisikan di bawah konvensi internasional. Sedangkan istilah “pembersihan etnis” tidak didefinisikan.

Genosida didefinisikan pada tahun 1948—setelah Holocaust Yahudi—sebagai tindakan yang disengaja untuk menghancurkan kelompok etnis, bangsa ras atau pun komunitas agama, secara keseluruhan atau sebagian.

”Saya akan ragu untuk mengatakan pada saat ini bahwa ada genosida (di Myanmar), walaupun itu terutama karena kurangnya bukti, ini masih merupakan kesimpulan yang masuk akal,” imbuh David Simon, direktur program studi genosida di Universitas Yale.

”Saya pikir kita dapat mengatakan dengan cukup banyak kepastian bahwa ada pembersihan etnis yang terjadi dan tentu saja kejahatan terhadap kemanusiaan,” sambung dia.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4965 seconds (0.1#10.140)