Netanyahu Akui IDF Gagal Tangani Serangan Hamas yang Tewaskan 1.400 Orang Israel
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu, untuk pertama kalinya, mengaku bertanggung jawab atas kegagalan militer Israel dalam menangani serangan mengejutkan dari Hamas pada 7 Oktober.
Serangan Hamas, yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa, telah menewaskan lebih dari 1.400 orang di Israel.
“Kegagalan ini harus diselidiki sampai tingkat terakhir. Semua orang harus memberikan jawaban,” katanya.
“Termasuk diri saya sendiri," katanya lagi, seperti dikutip The Jerusalem Post, Kamis (26/10/2023).
Pengakuan tersebut disampaikan pada hari ke-19 perang Israel-Hamas, setelah Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan petinggi militer lainnya mengakui salah satu kegagalan militer terbesar sejak pembentukan negara tersebut.
“Warga Israel, 7 Oktober adalah hari kelam dalam sejarah kami, namun masalah akuntabilitas hanya bisa terjadi setelah perang usai," kata Netanyahu.
“Sebagai perdana menteri saya bertanggung jawab untuk mengamankan masa depan negara ini, dan sekarang peran saya adalah memimpin Negara Israel dan rakyatnya menuju kemenangan telak atas musuh-musuh kita," paparnya.
“Sekarang adalah waktunya untuk menggabungkan kekuatan demi satu tujuan: maju menuju kemenangan,” imbuh Netanyahu.
Pemerintah Israel akan menetapkan hari berkabung resmi di seluruh negeri, untuk memperingati pembantaian 7 Oktober. Netanyahu juga mengumumkan hal itu pada Rabu malam.
Netanyahu berbicara dalam pidato publik di mana dia menjanjikan invasi darat Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk mengusir Hamas dari Gaza. Namun dia tidak memberikan tanggal mulainya.
Sebelumnya pada hari yang sama, Wall Street Journal melaporkan bahwa Amerika Serikat (AS) telah menekan Israel untuk menunda invasi darat di Gaza.
“Kami sedang mempersiapkan untuk masuk ke darat. Saya tidak akan merinci kapan, bagaimana dan berapa banyak, atau serangkaian pertimbangan yang kami pertimbangkan, yang sebagian besar tidak diketahui publik sama sekali—dan memang seharusnya demikian,” kata Netanyahu.
Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada wartawan di Washington bahwa dia telah menunjukkan kepada Netanyahu mengenai kebijaksanaan menunda invasi darat untuk melihat apakah dia bisa menjamin pembebasan para sandera terlebih dahulu.
“Saya telah mengindikasikan bahwa jika memungkinkan untuk mengeluarkan orang-orang tersebut dengan selamat, itulah yang harus dia lakukan,” kata Biden.
Serangan Hamas, yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa, telah menewaskan lebih dari 1.400 orang di Israel.
“Kegagalan ini harus diselidiki sampai tingkat terakhir. Semua orang harus memberikan jawaban,” katanya.
“Termasuk diri saya sendiri," katanya lagi, seperti dikutip The Jerusalem Post, Kamis (26/10/2023).
Pengakuan tersebut disampaikan pada hari ke-19 perang Israel-Hamas, setelah Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan petinggi militer lainnya mengakui salah satu kegagalan militer terbesar sejak pembentukan negara tersebut.
“Warga Israel, 7 Oktober adalah hari kelam dalam sejarah kami, namun masalah akuntabilitas hanya bisa terjadi setelah perang usai," kata Netanyahu.
“Sebagai perdana menteri saya bertanggung jawab untuk mengamankan masa depan negara ini, dan sekarang peran saya adalah memimpin Negara Israel dan rakyatnya menuju kemenangan telak atas musuh-musuh kita," paparnya.
“Sekarang adalah waktunya untuk menggabungkan kekuatan demi satu tujuan: maju menuju kemenangan,” imbuh Netanyahu.
Pemerintah Israel akan menetapkan hari berkabung resmi di seluruh negeri, untuk memperingati pembantaian 7 Oktober. Netanyahu juga mengumumkan hal itu pada Rabu malam.
Netanyahu berbicara dalam pidato publik di mana dia menjanjikan invasi darat Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk mengusir Hamas dari Gaza. Namun dia tidak memberikan tanggal mulainya.
Sebelumnya pada hari yang sama, Wall Street Journal melaporkan bahwa Amerika Serikat (AS) telah menekan Israel untuk menunda invasi darat di Gaza.
“Kami sedang mempersiapkan untuk masuk ke darat. Saya tidak akan merinci kapan, bagaimana dan berapa banyak, atau serangkaian pertimbangan yang kami pertimbangkan, yang sebagian besar tidak diketahui publik sama sekali—dan memang seharusnya demikian,” kata Netanyahu.
Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada wartawan di Washington bahwa dia telah menunjukkan kepada Netanyahu mengenai kebijaksanaan menunda invasi darat untuk melihat apakah dia bisa menjamin pembebasan para sandera terlebih dahulu.
“Saya telah mengindikasikan bahwa jika memungkinkan untuk mengeluarkan orang-orang tersebut dengan selamat, itulah yang harus dia lakukan,” kata Biden.
(mas)