Pejabat Israel Akui Salah Menilai Hamas, Ternyata Pejuang Gaza Itu...
loading...
A
A
A
GAZA - Seminggu setelah serangan mematikan yang mengejutkan Israel , ketua Dewan Keamanan Nasional Israel Tzachi Hanegbi mengatakan pada hari Sabtu bahwa dia melakukan kesalahan ketika sebelumnya mengatakan bahwa kelompok Palestina Hamas telah “terhalangi.”
“Saya membuat kesalahan ketika saya mengatakan Hamas terhalang setelah Operasi Penjaga Tembok,” kata Tzachi Hanegbi pada konferensi pers, merujuk pada serangan Israel di Gaza pada tahun 2021.
"Kemunduran yang dialami Israel pada 7 Oktober mencerminkan kesalahan yang dibuat dalam semua penilaian selama beberapa tahun terakhir dan terutama dalam beberapa waktu terakhir, yang menurut kami Hamas, yang terkena dampak paling parah dalam operasi Penjaga Tembok, telah mengambil pelajaran dari hal tersebut,” ungkap Hanegbi, dilansir Anadolu.
Hanegbi menambahkan bahwa Israel memberikan pukulan berat terhadap Jihad Islam dalam Operasi Perisai dan Panah pada bulan Mei ini ketika Israel meminta dukungan kepada Hamas tetapi Hamas menolak.
“Inilah salah satu alasan Israel menganggap Hamas takut terlibat konflik,” jelasnya.
Menyangkal tuduhan bahwa pejabat Mesir memperingatkan Israel bahwa Hamas akan menyerang, Hanegbi mengatakan: "Saya tidak menerima peringatan seperti itu, begitu pula kepala Mossad atau perdana menteri. Mereka tidak menghubungi siapa pun mengenai masalah ini. Ini adalah berita palsu yang tidak hanya kami, tetapi juga orang-orang Mesir yang menyangkalnya.”
Mengenai warga Israel yang kini ditahan oleh Hamas, Hanegbi mengatakan bahwa pemerintah "mementingkan isu kembalinya mereka ke negara itu" namun sejauh ini belum ada negosiasi mengenai isu ini.
Akhir pekan lalu, ketika ketegangan di Timur Tengah meningkat secara dramatis, pasukan Israel melancarkan serangan militer berkelanjutan terhadap Jalur Gaza, sebagai respons terhadap serangan militer oleh kelompok Palestina Hamas di wilayah Israel.
Konflik dimulai ketika Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa melawan Israel, sebuah serangan mendadak multi-cabang termasuk rentetan peluncuran roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara.
Hamas mengatakan operasi tersebut merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza.
Respons Israel meluas hingga memotong pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang telah mengalami pengepungan yang melumpuhkan sejak tahun 2007, serta memerintahkan lebih dari 1 juta warga Gaza di jalur utara untuk mengungsi ke wilayah selatan.
“Saya membuat kesalahan ketika saya mengatakan Hamas terhalang setelah Operasi Penjaga Tembok,” kata Tzachi Hanegbi pada konferensi pers, merujuk pada serangan Israel di Gaza pada tahun 2021.
"Kemunduran yang dialami Israel pada 7 Oktober mencerminkan kesalahan yang dibuat dalam semua penilaian selama beberapa tahun terakhir dan terutama dalam beberapa waktu terakhir, yang menurut kami Hamas, yang terkena dampak paling parah dalam operasi Penjaga Tembok, telah mengambil pelajaran dari hal tersebut,” ungkap Hanegbi, dilansir Anadolu.
Baca Juga
Hanegbi menambahkan bahwa Israel memberikan pukulan berat terhadap Jihad Islam dalam Operasi Perisai dan Panah pada bulan Mei ini ketika Israel meminta dukungan kepada Hamas tetapi Hamas menolak.
“Inilah salah satu alasan Israel menganggap Hamas takut terlibat konflik,” jelasnya.
Menyangkal tuduhan bahwa pejabat Mesir memperingatkan Israel bahwa Hamas akan menyerang, Hanegbi mengatakan: "Saya tidak menerima peringatan seperti itu, begitu pula kepala Mossad atau perdana menteri. Mereka tidak menghubungi siapa pun mengenai masalah ini. Ini adalah berita palsu yang tidak hanya kami, tetapi juga orang-orang Mesir yang menyangkalnya.”
Mengenai warga Israel yang kini ditahan oleh Hamas, Hanegbi mengatakan bahwa pemerintah "mementingkan isu kembalinya mereka ke negara itu" namun sejauh ini belum ada negosiasi mengenai isu ini.
Akhir pekan lalu, ketika ketegangan di Timur Tengah meningkat secara dramatis, pasukan Israel melancarkan serangan militer berkelanjutan terhadap Jalur Gaza, sebagai respons terhadap serangan militer oleh kelompok Palestina Hamas di wilayah Israel.
Konflik dimulai ketika Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa melawan Israel, sebuah serangan mendadak multi-cabang termasuk rentetan peluncuran roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara.
Hamas mengatakan operasi tersebut merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza.
Respons Israel meluas hingga memotong pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang telah mengalami pengepungan yang melumpuhkan sejak tahun 2007, serta memerintahkan lebih dari 1 juta warga Gaza di jalur utara untuk mengungsi ke wilayah selatan.
(ahm)