Akhiri Permusuhan, Korsel Ajak Korut Berunding Militer
A
A
A
SEOUL - Pemerintah Korea Selatan (Korsel) pada hari Senin (17/7/2017) mengusulkan perundingan militer dengan Korea Utara (Korut) pada minggu ini. Ajakan berunding militer untuk mengakhir permusuhan ini merupakan yang pertama sejak akhir 2015.
Selain perundingan militer, Seoul juga mengusulkan kepada rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Pyongyang untuk menggelar reuni keluarga dua Korea.
Ajakan ini muncul setelah dengan rezim Kim Jong-un menguji tembak sejumlah rudal balistik selama beberapa minggu terakhir.
Usulan tersebut merupakan tindakan formal pertama pemerintah Presiden Moon Jae-in yang berkuasa sejak Mei lalu. Presiden Moon sudah berjanji untuk melibatkan Korut dalam dialog namun juga berjanji memberikan tekanan pada Pyongyang untuk mengurangi ketegangan di semenanjung Korea.
”Kami mengusulkan perundingan militer dengan Korea Utara pada tanggal 21 Juli di Tongilgak untuk menghentikan semua kegiatan bermusuhan yang meningkatkan ketegangan militer di garis demarkasi militer,” kata Wakil Menteri Pertahanan Korea Selatan Suh Choo-suk saat dalam sebuah briefing media, seperti dilansir Reuters.
Tongilgak adalah sebuah bangunan Korea Utara di desa Panmunjom, sebuah desa di perbatasan yang jadi situs gencaatan senjata dua Korea sebelumnya. Perundingan tingkat pemerintah terakhir diadakan pada bulan Desember 2015.
Wakil menteri pertahanan Korsel itu tidak merinci maksud kegiatan militer yang bermusuhan. Namun, Korea Selatan biasanya mengacu pada siaran loudspeaker dan provokasi lainnya, sedangkan Korea Utara bermanuver dengan rudal untuk menghentikan latihan militer gabungan Amerika Serikat dan Korsel.
Usulan reuni keluarga dua Korea muncul dari Palang Merah Korea Selatan. Reuni diusulkan digelar pada bulan Oktober tahun ini.
Pyongyang telah berulang kali mengatakan bahwa mereka menolak untuk terlibat dalam semua pembicaraan dengan Korea Selatan kecuali jika Seoul menyerahkan 12 pelayan dan manajer restoran Korut yang pembelot.
Korut menuduh Korsel menculik 12 orang tersebut. Namun, Seoul membantah dan menegaskan bahwa pembelotan itu atas kehendak mereka sendiri.
Selain perundingan militer, Seoul juga mengusulkan kepada rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Pyongyang untuk menggelar reuni keluarga dua Korea.
Ajakan ini muncul setelah dengan rezim Kim Jong-un menguji tembak sejumlah rudal balistik selama beberapa minggu terakhir.
Usulan tersebut merupakan tindakan formal pertama pemerintah Presiden Moon Jae-in yang berkuasa sejak Mei lalu. Presiden Moon sudah berjanji untuk melibatkan Korut dalam dialog namun juga berjanji memberikan tekanan pada Pyongyang untuk mengurangi ketegangan di semenanjung Korea.
”Kami mengusulkan perundingan militer dengan Korea Utara pada tanggal 21 Juli di Tongilgak untuk menghentikan semua kegiatan bermusuhan yang meningkatkan ketegangan militer di garis demarkasi militer,” kata Wakil Menteri Pertahanan Korea Selatan Suh Choo-suk saat dalam sebuah briefing media, seperti dilansir Reuters.
Tongilgak adalah sebuah bangunan Korea Utara di desa Panmunjom, sebuah desa di perbatasan yang jadi situs gencaatan senjata dua Korea sebelumnya. Perundingan tingkat pemerintah terakhir diadakan pada bulan Desember 2015.
Wakil menteri pertahanan Korsel itu tidak merinci maksud kegiatan militer yang bermusuhan. Namun, Korea Selatan biasanya mengacu pada siaran loudspeaker dan provokasi lainnya, sedangkan Korea Utara bermanuver dengan rudal untuk menghentikan latihan militer gabungan Amerika Serikat dan Korsel.
Usulan reuni keluarga dua Korea muncul dari Palang Merah Korea Selatan. Reuni diusulkan digelar pada bulan Oktober tahun ini.
Pyongyang telah berulang kali mengatakan bahwa mereka menolak untuk terlibat dalam semua pembicaraan dengan Korea Selatan kecuali jika Seoul menyerahkan 12 pelayan dan manajer restoran Korut yang pembelot.
Korut menuduh Korsel menculik 12 orang tersebut. Namun, Seoul membantah dan menegaskan bahwa pembelotan itu atas kehendak mereka sendiri.
(mas)