Israel Kerahkan 100.000 Tentara Cadangan ke Dekat Gaza, Bersiap Perang Darat
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Militer Israel telah mengerahkan 100.000 tentara cadangan ke dekat Gaza, Palestina, sebagai persiapan untuk perang darat melawan Hamas.
Pengerahan tentara sebanyak itu telah dikonfirmasi juru bicara militer Israel Jonathan Conricus.
“Kami telah mengumpulkan sekitar 100.000 tentara cadangan yang saat ini berada di Israel selatan,” kata Conricus dalam video yang di-posting di media sosial X, Senin (9/10/2023).
“Tugas kami adalah memastikan bahwa pada akhir perang ini, Hamas tidak lagi memiliki kemampuan militer untuk mengancam warga sipil Israel,” katanya.
“Selain itu, kami juga memastikan bahwa Hamas tidak akan mampu memerintah Jalur Gaza.”
Conricus menambahkan bahwa pasukan Israel sedang memburu pejuang-pejuang Palestina terakhir yang menyusup ke Israel selatan.
Perang darat disiapkan Israel dua hari setelah Hamas melakukan serangan mendadak besar-besaran ke wilayah Israel, yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa. Serangan, termasuk tembakan ribuan roket dalam hitungan menit, telah menewaskan lebih 700 orang di Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah “akan membalas dendam” terhadap Hamas, di mana militer Zionis telah melancarkan 800 serangan udara sejak Sabtu.
Sementara itu, Amerika Serikat telah memberikan dukungannya kepada pemerintah Israel, dan Pentagon telah mengirimkan kelompok penyerang kapal induk USS Gerald R. Ford, yang mencakup kapal penjelajah berpeluru kendali USS Normandy, empat kapal perusak berpeluru kendali, dan sejumlah jet tempur ke Mediterania Timur.
Pemerintah Amerika Serikat sedang berupaya memverifikasi laporan bahwa “beberapa orang Amerika” tewas dalam serangan besar-besaran Hamas.
Israel juga dilaporkan berusaha membatasi perang di Jalur Gaza karena puluhan ribu penduduk telah pindah ke tempat penampungan UNRWA. Namun dengan adanya tembakan yang dilakukan Hizbullah di perbatasan utara, risiko perang multifront meningkat.
The Wall Street Journal melaporkan pada hari Minggu bahwa Iran memberi lampu hijau pada operasi Hamas setelah pertemuan di Beirut.
Perkembangan dan deklarasi perang Israel menandai eskalasi paling serius antara Israel dan Hamas sejak Mei 2021.
Pengerahan tentara sebanyak itu telah dikonfirmasi juru bicara militer Israel Jonathan Conricus.
“Kami telah mengumpulkan sekitar 100.000 tentara cadangan yang saat ini berada di Israel selatan,” kata Conricus dalam video yang di-posting di media sosial X, Senin (9/10/2023).
“Tugas kami adalah memastikan bahwa pada akhir perang ini, Hamas tidak lagi memiliki kemampuan militer untuk mengancam warga sipil Israel,” katanya.
“Selain itu, kami juga memastikan bahwa Hamas tidak akan mampu memerintah Jalur Gaza.”
Conricus menambahkan bahwa pasukan Israel sedang memburu pejuang-pejuang Palestina terakhir yang menyusup ke Israel selatan.
Perang darat disiapkan Israel dua hari setelah Hamas melakukan serangan mendadak besar-besaran ke wilayah Israel, yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa. Serangan, termasuk tembakan ribuan roket dalam hitungan menit, telah menewaskan lebih 700 orang di Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah “akan membalas dendam” terhadap Hamas, di mana militer Zionis telah melancarkan 800 serangan udara sejak Sabtu.
Sementara itu, Amerika Serikat telah memberikan dukungannya kepada pemerintah Israel, dan Pentagon telah mengirimkan kelompok penyerang kapal induk USS Gerald R. Ford, yang mencakup kapal penjelajah berpeluru kendali USS Normandy, empat kapal perusak berpeluru kendali, dan sejumlah jet tempur ke Mediterania Timur.
Pemerintah Amerika Serikat sedang berupaya memverifikasi laporan bahwa “beberapa orang Amerika” tewas dalam serangan besar-besaran Hamas.
Israel juga dilaporkan berusaha membatasi perang di Jalur Gaza karena puluhan ribu penduduk telah pindah ke tempat penampungan UNRWA. Namun dengan adanya tembakan yang dilakukan Hizbullah di perbatasan utara, risiko perang multifront meningkat.
The Wall Street Journal melaporkan pada hari Minggu bahwa Iran memberi lampu hijau pada operasi Hamas setelah pertemuan di Beirut.
Perkembangan dan deklarasi perang Israel menandai eskalasi paling serius antara Israel dan Hamas sejak Mei 2021.
(mas)