Serangan Hamas Tewaskan Lebih dari 200 Orang, Netanyahu Bersumpah Balas Dendam Besar-besaran
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Anggota kelompok perlawanan Palestina , Hamas , mengamuk di kota-kota Israel , menewaskan sedikitnya 250 orang dan menyanderas sejumlah orang. Serangan yang diberi tajuk Operasi Badai Al-Aqsa ini menjadi hari paling mematikan di Israel sejak perang Yom Kippur 50 tahun lalu.
Lebih dari 230 warga Gaza juga tewas ketika Israel membalas dengan salah satu hari serangan balasan yang paling menghancurkan.
“Kami akan melakukan pembalasan besar-besaran atau hari kelam ini,” kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
“Hamas melancarkan perang yang kejam dan keji. Kami akan memenangkan perang ini tetapi akibatnya terlalu berat untuk ditanggung,” imbuhnya.
"Hamas ingin membunuh kita semua. Ini adalah musuh yang membunuh ibu dan anak-anak di rumah mereka, di tempat tidur mereka. Musuh yang menculik orang tua, anak-anak, dan gadis remaja," ujarnya seperti dikutip dari Reuters, Minggu (8/10/2023).
Sementara itu, Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan serangan yang dimulai di Gaza akan menyebar ke Tepi Barat dan Yerusalem.
“Ini adalah pagi kekalahan dan penghinaan terhadap musuh kita, tentaranya dan pemukimnya,” katanya dalam pidatonya.
“Apa yang terjadi menunjukkan kehebatan persiapan kami. Apa yang terjadi hari ini menunjukkan kelemahan musuh,” ia menambahkan.
Mayat warga sipil Israel berserakan di jalan-jalan Sderot, Israel selatan, dekat Gaza, dikelilingi pecahan kaca. Mayat seorang wanita dan seorang pria tergeletak di kursi depan mobil.
“Saya keluar, saya melihat banyak mayat teroris, warga sipil, mobil ditembak. Lautan mayat, di dalam Sderot sepanjang jalan, tempat-tempat lain, banyak mayat,” kata Shlomi dari Sderot.
Warga Israel yang ketakutan, yang dibarikade di ruang aman, menceritakan penderitaan mereka melalui telepon dan siaran langsung TV.
Esther Borochov, yang melarikan diri dari pesta dansa yang diserang oleh orang-orang bersenjata, mengatakan kepada Reuters bahwa dia selamat dengan berpura-pura mati di dalam mobil setelah pengemudi yang mencoba membantunya melarikan diri ditembak dari jarak dekat.
“Saya tidak bisa menggerakkan kaki saya,” katanya kepada Reuters di rumah sakit. “Tentara datang dan membawa kami ke semak-semak,” imbuhnya.
Militer Israel mengatakan perwira senior militer termasuk di antara mereka yang tewas dalam pertempuran di dekat Gaza pada hari Sabtu.
Di Gaza, asap hitam dan api oranye membubung ke langit dari sebuah menara tinggi yang terkena serangan balasan Israel. Kerumunan orang yang berkabung membawa jenazah militan yang baru terbunuh melalui jalan-jalan, dibungkus dengan bendera hijau Hamas.
Korban tewas dan terluka di Gaza dibawa ke rumah sakit yang rusak dan penuh sesak karena kekurangan pasokan dan peralatan medis. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan 232 orang tewas dan sedikitnya 1.700 orang terluka.
Jalanan sepi, kecuali ambulans yang melaju menuju lokasi serangan udara. Israel memutus aliran listrik, membuat kota itu menjadi gelap gulita.
Eskalasi ini terjadi di tengah meningkatnya kekerasan antara Israel dan militan Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel, di mana otoritas Palestina menjalankan pemerintahan sendiri secara terbatas, dan ditentang oleh Hamas yang ingin Israel dihancurkan.
Di Tepi Barat, terjadi bentrokan di beberapa lokasi pada hari Sabtu, dan para pemuda melemparkan batu saat berhadapan dengan pasukan Israel. Empat warga Palestina termasuk seorang anak laki-laki berusia 13 tahun tewas. Faksi-faksi Palestina menyerukan pemogokan umum pada hari Minggu.
Israel sendiri telah mengalami pergolakan politik internal, dengan pemerintahan paling sayap kanan dalam sejarahnya berupaya merombak sistem peradilan.
Sementara itu, Washington telah berusaha mencapai kesepakatan yang akan menormalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi, yang dipandang oleh Israel sebagai hadiah terbesar selama puluhan tahun untuk mendapatkan pengakuan Arab. Warga Palestina khawatir kesepakatan semacam itu akan menggagalkan impian masa depan mereka akan sebuah negara merdeka.
Lebih dari 230 warga Gaza juga tewas ketika Israel membalas dengan salah satu hari serangan balasan yang paling menghancurkan.
“Kami akan melakukan pembalasan besar-besaran atau hari kelam ini,” kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
“Hamas melancarkan perang yang kejam dan keji. Kami akan memenangkan perang ini tetapi akibatnya terlalu berat untuk ditanggung,” imbuhnya.
"Hamas ingin membunuh kita semua. Ini adalah musuh yang membunuh ibu dan anak-anak di rumah mereka, di tempat tidur mereka. Musuh yang menculik orang tua, anak-anak, dan gadis remaja," ujarnya seperti dikutip dari Reuters, Minggu (8/10/2023).
Sementara itu, Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan serangan yang dimulai di Gaza akan menyebar ke Tepi Barat dan Yerusalem.
“Ini adalah pagi kekalahan dan penghinaan terhadap musuh kita, tentaranya dan pemukimnya,” katanya dalam pidatonya.
“Apa yang terjadi menunjukkan kehebatan persiapan kami. Apa yang terjadi hari ini menunjukkan kelemahan musuh,” ia menambahkan.
Mayat warga sipil Israel berserakan di jalan-jalan Sderot, Israel selatan, dekat Gaza, dikelilingi pecahan kaca. Mayat seorang wanita dan seorang pria tergeletak di kursi depan mobil.
“Saya keluar, saya melihat banyak mayat teroris, warga sipil, mobil ditembak. Lautan mayat, di dalam Sderot sepanjang jalan, tempat-tempat lain, banyak mayat,” kata Shlomi dari Sderot.
Warga Israel yang ketakutan, yang dibarikade di ruang aman, menceritakan penderitaan mereka melalui telepon dan siaran langsung TV.
Esther Borochov, yang melarikan diri dari pesta dansa yang diserang oleh orang-orang bersenjata, mengatakan kepada Reuters bahwa dia selamat dengan berpura-pura mati di dalam mobil setelah pengemudi yang mencoba membantunya melarikan diri ditembak dari jarak dekat.
“Saya tidak bisa menggerakkan kaki saya,” katanya kepada Reuters di rumah sakit. “Tentara datang dan membawa kami ke semak-semak,” imbuhnya.
Militer Israel mengatakan perwira senior militer termasuk di antara mereka yang tewas dalam pertempuran di dekat Gaza pada hari Sabtu.
Di Gaza, asap hitam dan api oranye membubung ke langit dari sebuah menara tinggi yang terkena serangan balasan Israel. Kerumunan orang yang berkabung membawa jenazah militan yang baru terbunuh melalui jalan-jalan, dibungkus dengan bendera hijau Hamas.
Korban tewas dan terluka di Gaza dibawa ke rumah sakit yang rusak dan penuh sesak karena kekurangan pasokan dan peralatan medis. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan 232 orang tewas dan sedikitnya 1.700 orang terluka.
Jalanan sepi, kecuali ambulans yang melaju menuju lokasi serangan udara. Israel memutus aliran listrik, membuat kota itu menjadi gelap gulita.
Eskalasi ini terjadi di tengah meningkatnya kekerasan antara Israel dan militan Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel, di mana otoritas Palestina menjalankan pemerintahan sendiri secara terbatas, dan ditentang oleh Hamas yang ingin Israel dihancurkan.
Di Tepi Barat, terjadi bentrokan di beberapa lokasi pada hari Sabtu, dan para pemuda melemparkan batu saat berhadapan dengan pasukan Israel. Empat warga Palestina termasuk seorang anak laki-laki berusia 13 tahun tewas. Faksi-faksi Palestina menyerukan pemogokan umum pada hari Minggu.
Israel sendiri telah mengalami pergolakan politik internal, dengan pemerintahan paling sayap kanan dalam sejarahnya berupaya merombak sistem peradilan.
Sementara itu, Washington telah berusaha mencapai kesepakatan yang akan menormalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi, yang dipandang oleh Israel sebagai hadiah terbesar selama puluhan tahun untuk mendapatkan pengakuan Arab. Warga Palestina khawatir kesepakatan semacam itu akan menggagalkan impian masa depan mereka akan sebuah negara merdeka.
(ian)