Rusia Diduga Bersiap Uji Rudal Nuklir SSC-X-9 Skyfall

Selasa, 03 Oktober 2023 - 07:49 WIB
loading...
Rusia Diduga Bersiap Uji Rudal Nuklir SSC-X-9 Skyfall
Rusia diduga sedang bersiap untuk menguji coba rudal bertenaga nuklir Burevestnik atau SSC-X-9 Skyfall. Foto/New York Times
A A A
MOSKOW - Citra satelit dan data penerbangan menunjukkan bahwa Rusia diduga sedang bersiap untuk menguji coba rudal jelajah bertenaga nuklir —atau mungkin baru saja mengujinya—dengan jangkauan teoritis ribuan mil.

Pergerakan pesawat dan kendaraan di dan dekat pangkalan di wilayah Arktik Rusia konsisten dengan persiapan yang dilakukan untuk uji coba rudal yang dikenal sebagai Burevestnik atau SSC-X-9 Skyfall pada tahun 2017 dan 2018.

Pesawat pengintai Amerika Serikat (AS) juga telah terlacak di dekat wilayah tersebut selama dua minggu terakhir, dan peringatan penerbangan telah memperingatkan pilot untuk menghindari wilayah udara terdekat.

Rusia sebelumnya melakukan 13 uji coba rudal SSC-X-9 Skyfall antara tahun 2017 hingga 2019, yang semuanya tidak berhasil, menurut laporan dari Nuclear Threat Initiative—sebuah kelompok nirlaba yang berfokus pada pengendalian senjata.



Sebuah uji coba pada 2019 yang gagal berakibat fatal, di mana misil yang jatuh ke laut meledak selama upaya pengambilan dan menewaskan tujuh orang.

“Ini eksotik—berbahaya dalam tahap pengujian dan pengembangannya,” kata Daryl G. Kimball, direktur eksekutif Arms Control Association, yang dilansir New York Times, Selasa (3/10/2023).

Apakah Burevestnik telah diuji lagi sejak tahun 2019 masih belum jelas. "Tetapi bahkan jika peluncurannya berhasil, rudal tersebut masih memerlukan waktu bertahun-tahun untuk disebarkan secara operasional," kata Kimball.

Dalam pengujian sebelumnya, rudal tersebut gagal terbang mendekati jangkauan yang dirancang, diperkirakan sekitar 14.000 mil. Para pejabat AS menilai bahwa selama uji terbang paling sukses, yang hanya berlangsung lebih dari dua menit, rudal tersebut terbang sejauh 22 mil sebelum jatuh ke laut.

Dalam uji coba lainnya, reaktor nuklir rudal tersebut gagal aktif sehingga menyebabkan rudal tersebut jatuh hanya beberapa mil dari lokasi peluncuran. Agar uji coba berhasil, reaktor nuklir rudal perlu diluncurkan dalam penerbangan, sehingga rudal dapat menjangkau lebih banyak wilayah.

Menurut laporan Nuclear Threat Initiative, rudal tersebut adalah senjata serangan kedua dengan jarak strategis, yang dimaksudkan untuk diluncurkan setelah gelombang serangan nuklir menghancurkan sasaran-sasaran di Rusia.

Rudal tersebut dapat membawa hulu ledak konvensional namun, dalam praktiknya, kemungkinan besar akan membawa muatan nuklir, meskipun ukurannya lebih kecil dibandingkan kebanyakan senjata berkemampuan nuklir lainnya.

Jika digunakan pada masa perang, kata para pakar, rudal tersebut berpotensi menghancurkan wilayah perkotaan besar dan sasaran militer.

Meskipun Rusia hanya memberikan sedikit informasi mengenai desain spesifik Burevestnik, Presiden Vladimir Vladimir Putin mengatakan bahwa misil tersebut bertenaga nuklir.

Rudal tersebut diperkirakan diluncurkan oleh motor roket berbahan bakar padat sebelum reaktor nuklir kecil diaktifkan dalam penerbangan, sehingga secara teori memungkinkan rudal tersebut tetap terbang tanpa batas waktu.

Burevestnik adalah salah satu dari enam senjata strategis, bersama dengan senjata lain seperti rudal balistik Kinzhal dan kendaraan luncur hipersonik Avangard, yang diperkenalkan Putin dalam pidatonya pada tahun 2018.

Dia menegaskan bahwa senjata tersebut dapat mengalahkan dan mengungguli pertahanan AS yang ada. Berbicara kepada Barat, dia berkata,“Anda telah gagal membendung Rusia.”

Bukti visual dari persiapan pengujian misil ini mencakup citra satelit sebelum dan sesudah.

Citra satelit yang diambil pada pagi hari tanggal 20 September menunjukkan sejumlah kendaraan berada di landasan peluncuran di pangkalan tersebut, termasuk sebuah truk dengan trailer yang tampaknya sesuai dengan dimensi rudal tersebut.

Tempat perlindungan cuaca yang biasanya mencakup lokasi peluncuran tertentu telah dipindahkan sekitar 50 kaki. Sore harinya, trailer tersebut telah hilang dan shelter dipindahkan kembali ke posisi semula.

Citra satelit tambahan yang diambil pada 28 September menunjukkan landasan peluncuran aktif kembali, dengan adanya trailer serupa dan tempat perlindungan kembali ditarik.

Pada 31 Agustus, pihak berwenang Rusia mengeluarkan pemberitahuan penerbangan untuk “daerah bahaya sementara", yang menyarankan pilot untuk menghindari bagian Laut Barents di lepas pantai dan 12 mil dari lokasi peluncuran, yang dikenal sebagai Pankovo.

Pemberitahuan tersebut telah diperpanjang beberapa kali dan, pada hari Minggu, dijadwalkan akan berlaku hingga 6 Oktober. Rusia mengeluarkan pemberitahuan serupa sebelum uji coba Burevestnik pada tahun 2019.

Selain itu, dua pesawat Rusia yang khusus digunakan untuk mengumpulkan data peluncuran rudal diparkir sekitar 100 mil selatan lokasi peluncuran pada awal Agustus, di pangkalan udara Rogachevo, menurut analisis citra satelit oleh Bellona, sebuah organisasi lingkungan hidup Norwegia.

Pesawat tersebut dimiliki oleh Rosatom, perusahaan energi atom Rusia. Mereka tetap berada di pangkalan itu setidaknya sampai 26 September, menurut citra satelit tambahan.

Selama uji coba Burevestnik pada tahun 2018, pesawat dengan jenis yang sama juga berada di sekitarnya.

Sebuah pesawat pengintai Angkatan Udara AS, RC-135W Rivet Joint, juga menerbangkan setidaknya dua misi di lepas pantai pulau Arktik tempat lokasi peluncurannya, pada 19 September dan 26 September, menurut platform pelacakan Flightradar24.

Kedua misi tersebut mewakili sedikit peningkatan dari aktivitas yang biasa diketahui.

Sifat inisiatif rudal Burevestnik yang sangat rahasia dan lokasi peluncuran yang jauh membuat sulit untuk menentukan apakah uji coba akan dilakukan atau apakah senjata tersebut mungkin sudah diuji ulang baru-baru ini—atau mungkin keduanya.

Meskipun uji peluncuran Burevestnik telah dilakukan di pangkalan Arktik di masa lalu, Rusia juga dapat menguji motor roket atau komponen rudal itu sendiri.

Gedung Putih menolak mengomentari temuan New York Times.

Para ahli mengatakan rudal tersebut berbahaya tidak hanya karena kemampuannya membawa hulu ledak nuklir yang kuat namun juga potensinya melepaskan emisi radioaktif yang berbahaya jika rudal tersebut meledak atau mengalami kegagalan fungsi selama pengujian.

Jika digunakan, Burevestnik akan dianggap sebagai bagian dari persenjataan nuklir Rusia, sehingga tunduk pada perjanjian pengurangan senjata nuklir yang ditandatangani Moskow pada tahun 2011. Perjanjian tersebut membatasi jumlah hulu ledak dan kendaraan pengiriman yang dapat dikerahkan negara tersebut.

Namun dengan perjanjian tersebut, yang dikenal sebagai New START, yang akan berakhir pada bulan Februari 2026, rudal tersebut dapat berkontribusi pada “perlombaan senjata yang tidak terkendali” jika tidak ada perjanjian baru yang menggantikan perjanjian yang telah berakhir tersebut.

Pada akhirnya, kata Kimball, uji coba rudal tersebut akan menjadi “tanda bahwa Rusia bergerak ke arah yang salah.”
(mas)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0727 seconds (0.1#10.140)