Inggris Sangkal Ingin Kerahkan Tentara ke Ukraina usai Diancam Rusia
loading...
A
A
A
LONDON - Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak menyangkal bahwa negaranya ingin mengirim tentara ke Ukraina untuk melatih pasukan Kyiv.
Pernyataan Sunak muncul setelah Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev menegaskan bahwa pasukan Inggris akan menjadi target sah pasukan Moskow jika dikirim ke Ukraina.
Gagasan mengirim pasukan London ke Ukraina sebelumnya disampaikan Menteri Pertahanan Inggris yang baru, Grant Shapps.
PM Sunak mengklarifikasi bahwa ada beberapa kesalahan pelaporan atas komentar Shapps.
Selama kunjungan ke Burnley pada hari Minggu, Sunak mengatakan dia ingin membuat situasi benar-benar jelas, menjelaskan bahwa Shapps tidak bermaksud bahwa tentara Inggris akan dikerahkan ke Ukraina selama konflik Kyiv dengan Moskow.
"Inggris telah melatih tentara Ukraina di wilayah Inggris untuk waktu yang lama,” katanya.
Menurut PM Sunak, Shapps sebenarnya bermaksud; “Mungkin saja suatu hari nanti kita bisa melakukan beberapa pelatihan tersebut di Ukraina.”
“Tapi itu adalah sesuatu untuk jangka panjang, bukan saat ini, tidak ada tentara Inggris yang akan dikirim untuk berperang dalam konflik saat ini. Bukan itu yang terjadi,” tegas Sunak, seperti dikutip RT, Senin (2/10/2023).
"London terus memberikan pelatihan militer kepada Ukraina, namun mereka melakukan hal yang sama di Inggris," imbuh Sunak.
Shapps mengatakan kepada The Telegraph pada hari Jumat bahwa dia sedang berdiskusi dengan para komandan militer Inggris tentang kemungkinan pada akhirnya membawa pelatihan tersebut lebih dekat dan benar-benar ke Ukraina juga.
“Saya pikir peluangnya sekarang adalah untuk membawa lebih banyak hal ‘di dalam negeri’, terutama ke Ukraina bagian barat," katanya dengan menyebutkan pelatihan serta perusahaan pertahanan Inggris yang meluncurkan produksi di sana.
Medvedev, yang juga mantan Presiden Rusia, menyebut Menteri Pertahanan Inggris sebagai “orang bodoh” atas pernyataannya, dan memperingatkan bahwa penempatan instruktur militer Inggris ke Ukraina dapat memicu Perang Dunia III.
“(Ini akan) mengubah instruktur mereka menjadi target sah angkatan bersenjata kami,” tulis Medvedev di Telegram, seperti dikutip Reuters.
“Pahami dengan baik bahwa mereka akan dihancurkan dengan kejam. Dan bukan sebagai tentara bayaran, tapi sebagai spesialis NATO Inggris," lanjut Medvedev.
Anggota Kongres AS dari Partai Republik Marjorie Taylor Greene juga menyuarakan kekhawatirannya atas rencana Inggris mengirim pasukan ke Ukraina.
“Mereka akan memulai Perang Dunia III dan bahwa AS tidak dapat berpartisipasi dalam penempatan pasukan tersebut," tulis Greene di media sosial X. "Tidak ada pasukan Amerika di Ukraina," lanjut dia.
Sejak dimulainya perang Rusia di Ukraina pada Februari 2022, Moskow telah berulang kali berargumen bahwa penyediaan senjata, pembagian intelijen, dan pelatihan pasukan Kyiv berarti bahwa negara-negara Barat secara de facto telah menjadi pihak dalam konflik tersebut.
Pernyataan Sunak muncul setelah Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev menegaskan bahwa pasukan Inggris akan menjadi target sah pasukan Moskow jika dikirim ke Ukraina.
Gagasan mengirim pasukan London ke Ukraina sebelumnya disampaikan Menteri Pertahanan Inggris yang baru, Grant Shapps.
PM Sunak mengklarifikasi bahwa ada beberapa kesalahan pelaporan atas komentar Shapps.
Selama kunjungan ke Burnley pada hari Minggu, Sunak mengatakan dia ingin membuat situasi benar-benar jelas, menjelaskan bahwa Shapps tidak bermaksud bahwa tentara Inggris akan dikerahkan ke Ukraina selama konflik Kyiv dengan Moskow.
"Inggris telah melatih tentara Ukraina di wilayah Inggris untuk waktu yang lama,” katanya.
Menurut PM Sunak, Shapps sebenarnya bermaksud; “Mungkin saja suatu hari nanti kita bisa melakukan beberapa pelatihan tersebut di Ukraina.”
“Tapi itu adalah sesuatu untuk jangka panjang, bukan saat ini, tidak ada tentara Inggris yang akan dikirim untuk berperang dalam konflik saat ini. Bukan itu yang terjadi,” tegas Sunak, seperti dikutip RT, Senin (2/10/2023).
"London terus memberikan pelatihan militer kepada Ukraina, namun mereka melakukan hal yang sama di Inggris," imbuh Sunak.
Shapps mengatakan kepada The Telegraph pada hari Jumat bahwa dia sedang berdiskusi dengan para komandan militer Inggris tentang kemungkinan pada akhirnya membawa pelatihan tersebut lebih dekat dan benar-benar ke Ukraina juga.
“Saya pikir peluangnya sekarang adalah untuk membawa lebih banyak hal ‘di dalam negeri’, terutama ke Ukraina bagian barat," katanya dengan menyebutkan pelatihan serta perusahaan pertahanan Inggris yang meluncurkan produksi di sana.
Medvedev, yang juga mantan Presiden Rusia, menyebut Menteri Pertahanan Inggris sebagai “orang bodoh” atas pernyataannya, dan memperingatkan bahwa penempatan instruktur militer Inggris ke Ukraina dapat memicu Perang Dunia III.
“(Ini akan) mengubah instruktur mereka menjadi target sah angkatan bersenjata kami,” tulis Medvedev di Telegram, seperti dikutip Reuters.
“Pahami dengan baik bahwa mereka akan dihancurkan dengan kejam. Dan bukan sebagai tentara bayaran, tapi sebagai spesialis NATO Inggris," lanjut Medvedev.
Anggota Kongres AS dari Partai Republik Marjorie Taylor Greene juga menyuarakan kekhawatirannya atas rencana Inggris mengirim pasukan ke Ukraina.
“Mereka akan memulai Perang Dunia III dan bahwa AS tidak dapat berpartisipasi dalam penempatan pasukan tersebut," tulis Greene di media sosial X. "Tidak ada pasukan Amerika di Ukraina," lanjut dia.
Sejak dimulainya perang Rusia di Ukraina pada Februari 2022, Moskow telah berulang kali berargumen bahwa penyediaan senjata, pembagian intelijen, dan pelatihan pasukan Kyiv berarti bahwa negara-negara Barat secara de facto telah menjadi pihak dalam konflik tersebut.
(mas)