Ukraina: Pertahanan Udara Rusia Tak Berdaya Hadapi Rudal Jelajah Barat
loading...
A
A
A
KYIV - Angkatan Udara Ukraina pada hari Minggu mengatakan pertahanan udara Rusia tidak berdaya menghadapi serangan Kyiv yang menggunakan rudal jelajah buatan Barat.
“Kami telah menerima senjata yang sudah lama kami tunggu-tunggu. Ini adalah rudal jelajah. Musuh tidak dapat menembak jatuh rudal-rudal ini meskipun memiliki pertahanan anti-pesawat yang hebat, yang ‘tidak ada analognya’,” kata juru bicara Angkatan Udara Ukraina Yuriy Ihnat seperti dikutip kantor berita negara Ukraina; Ukrinform, Senin (25/9/2023).
"Agaknya, mereka berhasil menjatuhkan beberapa rudal tersebut, tetapi, seperti yang kami lihat, rudal kami menembus pertahanan mereka, dan Crimea, yang dipersenjatai dengan sistem pertahanan udara, tidak dapat mengatasi rudal jelajah buatan Barat," papar Inhat.
Menurutnya, itulah sebabnya Ukraina mengharapkan lebih banyak rudal semacam itu datang dari Barat—khususnya dari Jerman, Prancis, dan Inggris.
"Dan ATACMS Amerika sudah menjadi rudal balistik—mereka akan membantu kami mengubah situasi di garis depan secara signifikan. Dan dengan kedatangan pesawat tempur buatan Barat, ceritanya akan sangat berbeda," kata Inhat.
Ukraina telah lama menginginkan pertahanan udara yang kuat untuk melindungi dari serangan udara Rusia dan mampu membalas tembakan.
Pada bulan Agustus, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menekankan bahwa pertahanan Ukraina belum mampu melindungi seluruh wilayahnya dari serangan Rusia.
Juga pada bulan Agustus, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan dia meminta AS untuk memberikan Ukraina rudal jarak jauh ATACMS melalui panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Lebih lanjut, Ihnat mengatakan: “Ada kabar bahwa Jerman juga akan menyerahkan drone permukaan laut, dan senjata lainnya juga akan tiba. Dan yang terbaik dari semuanya adalah rudal Neptune kami, yang kinerjanya cukup efektif. Dan F-16 yang membawa Harpoon muncul, kapal-kapal Rusia tidak akan melakukan apa pun di Laut Hitam sama sekali.”
“Kami telah menerima senjata yang sudah lama kami tunggu-tunggu. Ini adalah rudal jelajah. Musuh tidak dapat menembak jatuh rudal-rudal ini meskipun memiliki pertahanan anti-pesawat yang hebat, yang ‘tidak ada analognya’,” kata juru bicara Angkatan Udara Ukraina Yuriy Ihnat seperti dikutip kantor berita negara Ukraina; Ukrinform, Senin (25/9/2023).
"Agaknya, mereka berhasil menjatuhkan beberapa rudal tersebut, tetapi, seperti yang kami lihat, rudal kami menembus pertahanan mereka, dan Crimea, yang dipersenjatai dengan sistem pertahanan udara, tidak dapat mengatasi rudal jelajah buatan Barat," papar Inhat.
Menurutnya, itulah sebabnya Ukraina mengharapkan lebih banyak rudal semacam itu datang dari Barat—khususnya dari Jerman, Prancis, dan Inggris.
"Dan ATACMS Amerika sudah menjadi rudal balistik—mereka akan membantu kami mengubah situasi di garis depan secara signifikan. Dan dengan kedatangan pesawat tempur buatan Barat, ceritanya akan sangat berbeda," kata Inhat.
Ukraina telah lama menginginkan pertahanan udara yang kuat untuk melindungi dari serangan udara Rusia dan mampu membalas tembakan.
Pada bulan Agustus, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menekankan bahwa pertahanan Ukraina belum mampu melindungi seluruh wilayahnya dari serangan Rusia.
Juga pada bulan Agustus, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan dia meminta AS untuk memberikan Ukraina rudal jarak jauh ATACMS melalui panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Lebih lanjut, Ihnat mengatakan: “Ada kabar bahwa Jerman juga akan menyerahkan drone permukaan laut, dan senjata lainnya juga akan tiba. Dan yang terbaik dari semuanya adalah rudal Neptune kami, yang kinerjanya cukup efektif. Dan F-16 yang membawa Harpoon muncul, kapal-kapal Rusia tidak akan melakukan apa pun di Laut Hitam sama sekali.”
(mas)