Meski Sekutu Rusia, Armenia Minta AS Ikut Campur Hentikan Agresi Azerbaijan
loading...
A
A
A
YEREVAN - Armenia pada Rabu (20/9/2023) meminta Amerika Serikat (AS) ikut campur untuk menghentikan agresi Azerbaijan terhadap wilayah sengketa Nagorno-Karabakh.
Armenia merupakan sekutu Rusia di bawah Perjanjian Keamanan Kollektif (CSTO). Namun hubungan kedua negara retak setelah Moskow sibuk perang di Ukraina dan dianggap tidak melindungi sekutunya dalam konflik dengan Azerbaijan.
Duta Besar Armenia Edmon Marukyan telah meminta AS ikut campur dalam pertempuran terbaru di Nagorno-Karabakh, dan meminta Washington untuk membela penduduk sipil di wilayah tersebut.
Sekadar diketahui, Nagorno-Karabakh adalah sebuah wilayah yang sudah lama memisahkan diri dari Azerbaijan. Wilayah ini terletak di Kaukasus Selatan dan sebagian besar penduduknya adalah etnis Armenia. Wilayah tersebut disengketakan oleh kedua negara dan menjadi sumber konflik bertahun-tahun.
“Sekarang, Azerbaijan telah memulai agresi dan operasi militer besar-besaran terhadap masyarakat damai Nagorno-Karabakh,” tulis Marukyan di media sosial X.
"Sekarang giliran AS mengenai tindakan apa yang akan digunakan untuk menghentikan agresi dan serangan militer terhadap orang-orang yang terjebak dan kelaparan," lanjut diplomat Yerevan tersebut.
Diplomat itu juga mengajukan permintaan serupa kepada Presiden AS Joe Biden, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan para pemimpin Uni Eropa, meminta mereka untuk mengecam Baku.
Moskow telah bereaksi terhadap komentar Marukyan dengan mendesak kedua pihak untuk menghormati perjanjian gencatan senjata tahun 2020.
“Seharusnya tidak ada perubahan apa pun,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
“Harus ada upaya konkrit berdasarkan kerangka hukum yang nyata dan nyata, yang memberikan peluang untuk mewujudkan penyelesaian damai," ujarnya.
Pada hari Selasa, Baku mengumumkan dimulainya operasi “kontraterorisme” di wilayah Nagorno-Karabakh.
Sedangkan Armenia menuduh Azerbaijan melakukan agresi yang tidak beralasan.
Lihat Juga: Daftar 11 Kapal Induk Bertenaga Nuklir AS, Aset Strategis untuk Pertahankan Pengaruh Global
Armenia merupakan sekutu Rusia di bawah Perjanjian Keamanan Kollektif (CSTO). Namun hubungan kedua negara retak setelah Moskow sibuk perang di Ukraina dan dianggap tidak melindungi sekutunya dalam konflik dengan Azerbaijan.
Duta Besar Armenia Edmon Marukyan telah meminta AS ikut campur dalam pertempuran terbaru di Nagorno-Karabakh, dan meminta Washington untuk membela penduduk sipil di wilayah tersebut.
Sekadar diketahui, Nagorno-Karabakh adalah sebuah wilayah yang sudah lama memisahkan diri dari Azerbaijan. Wilayah ini terletak di Kaukasus Selatan dan sebagian besar penduduknya adalah etnis Armenia. Wilayah tersebut disengketakan oleh kedua negara dan menjadi sumber konflik bertahun-tahun.
“Sekarang, Azerbaijan telah memulai agresi dan operasi militer besar-besaran terhadap masyarakat damai Nagorno-Karabakh,” tulis Marukyan di media sosial X.
"Sekarang giliran AS mengenai tindakan apa yang akan digunakan untuk menghentikan agresi dan serangan militer terhadap orang-orang yang terjebak dan kelaparan," lanjut diplomat Yerevan tersebut.
Diplomat itu juga mengajukan permintaan serupa kepada Presiden AS Joe Biden, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan para pemimpin Uni Eropa, meminta mereka untuk mengecam Baku.
Moskow telah bereaksi terhadap komentar Marukyan dengan mendesak kedua pihak untuk menghormati perjanjian gencatan senjata tahun 2020.
“Seharusnya tidak ada perubahan apa pun,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
“Harus ada upaya konkrit berdasarkan kerangka hukum yang nyata dan nyata, yang memberikan peluang untuk mewujudkan penyelesaian damai," ujarnya.
Pada hari Selasa, Baku mengumumkan dimulainya operasi “kontraterorisme” di wilayah Nagorno-Karabakh.
Sedangkan Armenia menuduh Azerbaijan melakukan agresi yang tidak beralasan.
Lihat Juga: Daftar 11 Kapal Induk Bertenaga Nuklir AS, Aset Strategis untuk Pertahankan Pengaruh Global
(mas)