Ketika Rezim Nuklir Korut Tantang Perang Amerika
A
A
A
JAKARTA - Hari ini (11/4/2017), rezim Kim Jong-un penguasa Korea Utara (Korut) mengumbar nyali untuk perang melawan Amerika Serikat (AS). Dengan bekal senjata nuklir, “rezim nakal” di Asia ini menjanjikan “pukulan paling kejam” jika negeri Donald Trump berani menyerang wilayah Pyongyang walau hanya sejengkal.
Retorika perang Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK)—nama resmi Korut—terus diumbar dan hari ini menjadi retorika terkeras, setelah AS mengerahkan kapal induk USS Carl Vinson dan armada tempurnya ke dekat perairan Korut di Semenajung Korea.
Baca Juga: Didekati Kapal Induk AS, Korut Nyatakan Siap Perang
Kementerian Luar Negeri Korut mengutuk pengerahan kapal induk tersebut. ”Ini untuk membuktikan bahwa AS bergerak sembrono untuk menyerang DPRK dan telah mencapai tahap serius,” kata kementerian itu, sebagaimana dilansir kantor berita negara Korut, KCNA.
”DPRK siap untuk bereaksi terhadap modus perang yang diinginkan oleh AS,” lanjut kementerian itu sebagai penegasan bahwa rezim Kim Jong-un sudah siap untuk perang.
”Kami akan membuat AS sepenuhnya bertanggung jawab atas konsekuensi bencana yang akan diemban oleh tindakan keterlaluan,” imbuh kementerian itu. ”Kami akan mengambil penetralan terberat terhadap provokator untuk membela diri dengan kekuatan yang kuat dari senjata.”
Foto / REUTERS
Baca Juga: Intai Kim Jong-un, Jet-jet Tempur AS Sibuk di Langit Korea
Sebelum retorika berani Korut ini muncul, Presiden Trump sudah memerintahkan penasihat militernya untuk menyiapkan opsi rencana serangan terhadap rezim Pyongyang. Tujuan rencana serangan AS untuk melucuti senjata nuklir Korut yang jadi ancaman bagi warga AS dan sekutu-sekutu Washington.
Penasihat militer Trump, Letnan Jenderal H.R. McMaster, secara resmi mengonfirmasi perintah Trump itu dalam wawancaranya dengan Fox News. “Ini bijaksana untuk melakukannya, bukan?,” ujarnya .
”Presiden sebelumnya dan Presiden Trump sepakat bahwa ini tidak dapat diterima, bahwa apa yang harus terjadi adalah denuklirisasi Semenanjung (Korea),” ujar McMaster.
”Presiden telah meminta (kami) harus siap untuk memberikan berbagai macam pilihan untuk menghapus ancaman (nuklir) itu,” katanya.
Baca Juga: Trump Perintahkan Penasihat Militer Siapkan Serangan ke Korut
Retorika perang ini turut diramaikan dengan laporan China yang disebut telah mengerahkan sekitar 150.000 tentara dan unit medis ke dekat perbatasan Korut. Beijing tidak mengonfirmasi laporan itu. Namun, pengerahan ratusan ribu tentara China ini diduga untuk mengantisipasi para pengungsi Korut yang akan melarikan diri jika setiap saat AS meluncurkan serangan pendahuluan atau dikenal sebagai serangan pre-emptive.
Para ahli sudah memperingatkan dampak mengerikan jika perang AS dan Korut benar-benar pecah. Salah satunya, jika rezim Kim Jong-un nekat menembakkan senjata nuklir. Senjata andalan Pyongyang itu dikhawatirkan benar-benar mampu menghantam AS.
“Kebanyakan pakar berpikir bahwa apa pun yang terjadi di Korea, jika seseorang menyentuh tombol, pertempuran akan sangat intens tapi singkat dan akan menyebabkan kehancuran besar-besaran,” kata Profesor John Blaxland dari Studi Pusat Pertahanan dan Strategis di Universitas Nasional Australia, seperti dilansir news.com.au.
Dampak mengerikan lainnya, jika perang itu nantinya menyeret negara-negara nuklir lain seperti China dan Rusia. Korea Selatan dan Jepang sudah dipastikan bergabung dengan AS sebagai sekutu mereka.
”(Negara-negara) ini memiliki militer yang paling kuat di dunia tanpa dipertanyakan,” ujar Blaxland.
Dari segi kekuatan personel, AS memiliki personel militer aktif 1,4 juta jiwa dan tentara cadangan 1,1 juta jiwa. Bandingkan dengan Korut yang memiliki 700.000 tentara aktif, namun diduga memiliki pasukan cadangan hingga 4,5 juta jiwa.
Prof Blaxland mengatakan Korea Utara juga telah mengumpulkan sekitar 20.000 roket dan rudal di dekat perbatasan Korea Selatan.
”Korut telah mengumpulkan artileri dan rudal yang berdekatan dengan zona demiliterisasi, dekat Seoul, yang menempatkan dalam kisaran populasi seukuran Australia, itu cukup menakutkan,” ujarnya.
Pasukan AS yang ditempatkan di Korea Selatan, sambung dia, mungkin bisa menembak jatuh sejumlah besar rudal. Tapi, tidak sedikit kemungkinan rudal Korut yang akan lolos.
”Tidak peduli seberapa baik teknologi Anda, jika (rudal) mereka menghantam tanah, akan ada korban massal,” katanya memperingatkan dampak yang mengerikan.
”Masalahnya adalah kuantitas, hanya (korban) massal belaka,” katanya. ”(Apalagi) jika Anda tidak khawatir tentang berapa banyak orang mati dalam proses ini, di mana Kim Jong-un tidak (peduli).”
Seberapa hebat kekuatan militer Korut dan AS jika perang benar-benar pecah. Berikut komparasinya yang dirangkum SINDOnews dari Global Firepower.
Amerika Serikat
Tentara Aktif: 1,4 juta personel.
Tentara Cadangan:1,1 juta personel.
Total Pesawat: 13.444 unit.
Kapal Perang Perusak: 62 unit.
Anggaran Pertahanan Tahunan: USD581.000.000.000.
Artileri Derek:1.299 unit.
Stok bom nuklir: 7.000 unit.
Korea Utara
Tentara Aktif: 700.000 personel.
Tentara Cadangan: 4,5 juta.
Total Pesawat: 944 unit.
Kapal Perang Perusak:- (tak diketahui).
Anggaran Pertahanan Tahunan: USD7.500.000.000
Artileri Derek: 4.500 unit.
Stok bom nuklir: 10 unit.
Retorika perang Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK)—nama resmi Korut—terus diumbar dan hari ini menjadi retorika terkeras, setelah AS mengerahkan kapal induk USS Carl Vinson dan armada tempurnya ke dekat perairan Korut di Semenajung Korea.
Baca Juga: Didekati Kapal Induk AS, Korut Nyatakan Siap Perang
Kementerian Luar Negeri Korut mengutuk pengerahan kapal induk tersebut. ”Ini untuk membuktikan bahwa AS bergerak sembrono untuk menyerang DPRK dan telah mencapai tahap serius,” kata kementerian itu, sebagaimana dilansir kantor berita negara Korut, KCNA.
”DPRK siap untuk bereaksi terhadap modus perang yang diinginkan oleh AS,” lanjut kementerian itu sebagai penegasan bahwa rezim Kim Jong-un sudah siap untuk perang.
”Kami akan membuat AS sepenuhnya bertanggung jawab atas konsekuensi bencana yang akan diemban oleh tindakan keterlaluan,” imbuh kementerian itu. ”Kami akan mengambil penetralan terberat terhadap provokator untuk membela diri dengan kekuatan yang kuat dari senjata.”
Foto / REUTERS
Baca Juga: Intai Kim Jong-un, Jet-jet Tempur AS Sibuk di Langit Korea
Sebelum retorika berani Korut ini muncul, Presiden Trump sudah memerintahkan penasihat militernya untuk menyiapkan opsi rencana serangan terhadap rezim Pyongyang. Tujuan rencana serangan AS untuk melucuti senjata nuklir Korut yang jadi ancaman bagi warga AS dan sekutu-sekutu Washington.
Penasihat militer Trump, Letnan Jenderal H.R. McMaster, secara resmi mengonfirmasi perintah Trump itu dalam wawancaranya dengan Fox News. “Ini bijaksana untuk melakukannya, bukan?,” ujarnya .
”Presiden sebelumnya dan Presiden Trump sepakat bahwa ini tidak dapat diterima, bahwa apa yang harus terjadi adalah denuklirisasi Semenanjung (Korea),” ujar McMaster.
”Presiden telah meminta (kami) harus siap untuk memberikan berbagai macam pilihan untuk menghapus ancaman (nuklir) itu,” katanya.
Baca Juga: Trump Perintahkan Penasihat Militer Siapkan Serangan ke Korut
Retorika perang ini turut diramaikan dengan laporan China yang disebut telah mengerahkan sekitar 150.000 tentara dan unit medis ke dekat perbatasan Korut. Beijing tidak mengonfirmasi laporan itu. Namun, pengerahan ratusan ribu tentara China ini diduga untuk mengantisipasi para pengungsi Korut yang akan melarikan diri jika setiap saat AS meluncurkan serangan pendahuluan atau dikenal sebagai serangan pre-emptive.
Para ahli sudah memperingatkan dampak mengerikan jika perang AS dan Korut benar-benar pecah. Salah satunya, jika rezim Kim Jong-un nekat menembakkan senjata nuklir. Senjata andalan Pyongyang itu dikhawatirkan benar-benar mampu menghantam AS.
“Kebanyakan pakar berpikir bahwa apa pun yang terjadi di Korea, jika seseorang menyentuh tombol, pertempuran akan sangat intens tapi singkat dan akan menyebabkan kehancuran besar-besaran,” kata Profesor John Blaxland dari Studi Pusat Pertahanan dan Strategis di Universitas Nasional Australia, seperti dilansir news.com.au.
Dampak mengerikan lainnya, jika perang itu nantinya menyeret negara-negara nuklir lain seperti China dan Rusia. Korea Selatan dan Jepang sudah dipastikan bergabung dengan AS sebagai sekutu mereka.
”(Negara-negara) ini memiliki militer yang paling kuat di dunia tanpa dipertanyakan,” ujar Blaxland.
Dari segi kekuatan personel, AS memiliki personel militer aktif 1,4 juta jiwa dan tentara cadangan 1,1 juta jiwa. Bandingkan dengan Korut yang memiliki 700.000 tentara aktif, namun diduga memiliki pasukan cadangan hingga 4,5 juta jiwa.
Prof Blaxland mengatakan Korea Utara juga telah mengumpulkan sekitar 20.000 roket dan rudal di dekat perbatasan Korea Selatan.
”Korut telah mengumpulkan artileri dan rudal yang berdekatan dengan zona demiliterisasi, dekat Seoul, yang menempatkan dalam kisaran populasi seukuran Australia, itu cukup menakutkan,” ujarnya.
Pasukan AS yang ditempatkan di Korea Selatan, sambung dia, mungkin bisa menembak jatuh sejumlah besar rudal. Tapi, tidak sedikit kemungkinan rudal Korut yang akan lolos.
”Tidak peduli seberapa baik teknologi Anda, jika (rudal) mereka menghantam tanah, akan ada korban massal,” katanya memperingatkan dampak yang mengerikan.
”Masalahnya adalah kuantitas, hanya (korban) massal belaka,” katanya. ”(Apalagi) jika Anda tidak khawatir tentang berapa banyak orang mati dalam proses ini, di mana Kim Jong-un tidak (peduli).”
Seberapa hebat kekuatan militer Korut dan AS jika perang benar-benar pecah. Berikut komparasinya yang dirangkum SINDOnews dari Global Firepower.
Amerika Serikat
Tentara Aktif: 1,4 juta personel.
Tentara Cadangan:1,1 juta personel.
Total Pesawat: 13.444 unit.
Kapal Perang Perusak: 62 unit.
Anggaran Pertahanan Tahunan: USD581.000.000.000.
Artileri Derek:1.299 unit.
Stok bom nuklir: 7.000 unit.
Korea Utara
Tentara Aktif: 700.000 personel.
Tentara Cadangan: 4,5 juta.
Total Pesawat: 944 unit.
Kapal Perang Perusak:- (tak diketahui).
Anggaran Pertahanan Tahunan: USD7.500.000.000
Artileri Derek: 4.500 unit.
Stok bom nuklir: 10 unit.
(mas)