Timor Leste Antusias Pilih Presiden Baru

Selasa, 21 Maret 2017 - 19:31 WIB
Timor Leste Antusias Pilih Presiden Baru
Timor Leste Antusias Pilih Presiden Baru
A A A
DILI - Ratusan ribu rakyat Timor Leste kemarin antusias memberikan suaranya pada pemilu presiden untuk memilih pemimpin yang mampu menyelesaikan segudang masalah mulai dari kemiskinan hingga pengangguran.

Banyak pemilih yang mengantre di tempat pemungutan suara untuk memilih satu dari delapan calon presiden (capres) pada pemilu presiden keempat. Isu utama pemilu pada negara berpenduduk 1,2 juta orang itu adalah kegagalan memanfaatkan sumber daya gas dan minyak ditambah dengan tingkat pengangguran yang sangat tinggi karena mencapai 60%.

Komisi Pemilihan Umum Timor Leste menyatakan, sebanyak 747.000 orang terdaftar sebagai pemilih yang tersebar di 13 distrik. Mereka memberikan suaranya di tempat pemungutan suara sejak pukul 07.00 hingga 19.00 waktu setempat. Francisco ”Lu Olo” Guterres yang didukung Fretilin disebut banyak pihak sebagai capres unggulan. Dia juga didukung penuh Xanana Gusmao dan partainya, CNRT.

”Saya ingin mengubah kondisi rakyat dalam segala aspek, seperti kesehatan, pendidikan, dan kehidupan ekonomi berkelanjutan,” kata Guterres setelah memberikan suaranya di Dili, ibu kota Timor Leste, dilansir AFP. Sejak masa kampanye, aparat keamanan berjaga ketat untuk mengantisipasi kerusuhan antar pendukung capres.

Pada saat pemungutan suara, polisi juga disebar ke tempat pemungutan suara dan titik strategis. Banyak pendukung capres Guterres menggunakan truk dan berkeliling sambil berteriak ”Viva Lu Olo, Viva Fretilin, Viva CNRT ”.

”Saya yakin akan mendapatkan sejumlah suara untuk menang pada putaran pertama,” kata Guterres. Capres lainnya yang diunggulkan adalah politikus Partai Demokrat Antonio da Conceicao.

Menteri pendidikan itu mendapatkan dukungan dari partainya sendiri dan presiden petahana Jose Maria de Vasconcelos. Dia juga cukup mendapatkan dukungan dan simpati dari masyarakat Timor Leste.

Rita Sera do Carmo, perempuan muda yang berusia 20 tahunan, mengungkapkan, dia memilih da Conceicao. ”Dia (da Conceicao) memiliki rencana bagus yang saya percaya bisa membawa negara ini memiliki masa depan yang lebih baik,” ungkapnya kepada Reuters.

Enam kandidat lainnya meliputi Antonio Maher dari Partai Sosialis Timor, Angela Freitas dari Partai Buruh, Jose Luis Guterres dari Frenti Mudanca. Selain itu, terdapat tiga kandidat independen yakni Amorim Vieira, Jose Antonio das Neves, dan Luis Alves Tilman. Jika tidak ada capres yang berhasil meraih lebih dari 50% suara, maka pemilu presiden putaran kedua akan digelar bulan depan.

Meskipun peran presiden sebenarnya hanya seremonial, tetapi posisi itu bertujuan untuk mendukung persatuan di negara yang masih berusia muda tersebut. Wewenang pemerintahan lebih banyak dipegang oleh perdana menteri (PM) dan kabinetnya.

Namun demikian, presiden dengan jabatan selama lima tahun merupakan panglima tertinggi militer dan mampu memveto perancangan undangundang, membubarkan parlemen, dan menyeru penggelaran pemilu.

Banyak analis mengatakan jika da Conceicao terpilih menjadi presiden, hal itu amat mungkin mengindikasikan presiden petahana Vasconcelos yang memiliki julukan ”Taur Matan Ruak” (dua mata tajam), diperkirakan akan maju pada posisi PM pada pemilu parlemen mendatang. Vasconcelos diprediksi akan mudah meraih posisi PM karena dia merupakan politikus berkuasa.

Dalam pandangan mantan presiden dan PM Timor Leste Jose Ramos Horta memprediksi pemilu presiden akan berlangsung dalam dua putaran. Para pemilih akan kembali ke tempat pemungutan suara pada April mendatang untuk memilih Guterres atau Conceicao.

”Pemimpin generasi mudah sudah mulai berkembang. Sudah menjadi hal klise jika para pemimpin tua masih berjuang mendominasi parlemen,” katanya.

Para analis menyatakan, tantangan pemerintahan mendatang adalah mengurangi ketergantungan dari uang minyak. Pemerintahan baru akan mendapatkan warisan anggaran yang defisit karena penurunan pendapatan minyak dari ladang Bayu-Udan yang dioperasikan ConocoPhillips. Ladang minyak itu diprediksi akan mengering dalam lima tahun mendatang.

Tekanan pemerintahan baru semakin kencang dalam penyelesaian ketegangan sumber baru di ladang minyak Greater Sunrise. Tapi, Timor Leste menghadapi sengketa dengan Australia dalam pengembangan ladang minyak tersebut.

Ladang minyak baru itu diperkirakan mengandung 5,1 triliun kubik kaki gas dan 226 juta barel minyak. Nilai ladang minyak tersebut diperkirakan mencapai USD40 miliar.

Selain itu, pemerintahan mendatang juga harus melakukan diversifikasi sumber mendatang dari sektor pertanian dan manufaktur. Sektor energi mencapai 60% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Timor Leste pada 2014 dan memasok 60% pendapatan pemerintah. Baik pemilu presiden dan parlemen memiliki arti penting bagi rakyat Timor Leste untuk mencari pemimpin yang mampu menyelesaikan tugas berat.

Tugas itu sebenarnya sangat sulit karena permasalahan itu harus diselesaikan seluruh elemen rakyat Timor Leste. Akan tetapi, niat politik pemimpin Timor Leste sangat diperlukan untuk memperbaiki keadaan negara.

”Dalam lima tahun mendatang, kepemimpinan baru menghadapi masa yang kritis. Itu karena ladang minyak sudah mulai mengering,” ungkap pakar politik dari Lao Hamutuk berbasis di Dili, Charles Scheiner.

Dia menyarankan agar pemimpin Timor Leste baru harus mengurangi ketergantungan terhadap minyak. ”Pemimpin harus melakukan diversifikasi terhadap produk pertanian dan pabrik,” ujarnya.

Dalam pandangan Michael Leach dari Universitas Swinburne, Australia, Guterres diprediksi akan memenangkan pemilu presiden. ”Kesempatan Guterres karena mendapatkan dukungan dari Xanana Gusmao dan CNRT,” kata Leach.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3156 seconds (0.1#10.140)