Putin dan Kim Jong-un Bertukar Surat, Rusia Minta Amunisi dari Korut?
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Gedung Putih mengatakan mereka memiliki informasi intelijen baru yang menunjukkan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un telah bertukar surat ketika Moskow meminta Pyongyang untuk mendapatkan amunisi untuk perang di Ukraina.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby merinci temuan terbaru ini hanya beberapa minggu setelah Gedung Putih mengatakan bahwa mereka telah menetapkan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu selama kunjungannya baru-baru ini ke Pyongyang meminta para pejabat Korut untuk meningkatkan penjualan amunisi ke Moskow untuk perang di Ukraina.
Kirby mengatakan bahwa Rusia sedang mencari peluru artileri tambahan dan material dasar lainnya untuk menopang basis industri pertahanannya.
Ia menambahkan bahwa surat-surat tersebut “lebih bersifat permukaan” namun perundingan Rusia dan Korut mengenai penjualan senjata mengalami kemajuan. Para pemimpin saling bertukar surat setelah kunjungan Shoigu.
“Setelah kunjungan Shoigu, sekelompok pejabat Rusia lainnya melakukan perjalanan ke Pyongyang untuk berdiskusi lebih lanjut mengenai potensi kesepakatan senjata antara DPRK dan Rusia,” kata Kirby, menggunakan akronim dari Republik Rakyat Demokratik Korea seperti dilansir dari AP, Rabu (30/8/2023).
Kirby menolak merinci bagaimana para pejabat AS mengumpulkan informasi intelijen tersebut.
Pemerintahan Biden telah berulang kali menyatakan bahwa Kremlin menjadi bergantung pada Korut, serta Iran, untuk mendapatkan senjata yang dibutuhkannya untuk berperang melawan Ukraina. Korut dan Iran sebagian besar terisolasi di panggung internasional karena program nuklir dan catatan hak asasi manusia mereka.
Pada bulan Maret, Gedung Putih mengatakan pihaknya telah mengumpulkan informasi intelijen yang menunjukkan bahwa Rusia ingin menjadi perantara kesepakatan pangan untuk senjata dengan Korut, di mana Moskow akan menyediakan makanan dan komoditas lain yang dibutuhkan Korut dengan imbalan amunisi dari Pyongyang.
Akhir tahun lalu, Gedung Putih mengatakan pihaknya telah menetapkan bahwa Wagner Group, sebuah perusahaan militer swasta Rusia, telah menerima kiriman senjata dari Korut untuk membantu memperkuat pasukannya yang berperang di Ukraina atas nama Rusia.
Baik Korut maupun Rusia sebelumnya membantah tuduhan AS mengenai senjata. Namun Korut berpihak pada Rusia terkait perang di Ukraina, dan bersikeras bahwa “kebijakan hegemonik” negara-negara Barat yang dipimpin Amerika telah memaksa Moskow mengambil tindakan militer untuk melindungi kepentingan keamanannya.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby merinci temuan terbaru ini hanya beberapa minggu setelah Gedung Putih mengatakan bahwa mereka telah menetapkan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu selama kunjungannya baru-baru ini ke Pyongyang meminta para pejabat Korut untuk meningkatkan penjualan amunisi ke Moskow untuk perang di Ukraina.
Kirby mengatakan bahwa Rusia sedang mencari peluru artileri tambahan dan material dasar lainnya untuk menopang basis industri pertahanannya.
Ia menambahkan bahwa surat-surat tersebut “lebih bersifat permukaan” namun perundingan Rusia dan Korut mengenai penjualan senjata mengalami kemajuan. Para pemimpin saling bertukar surat setelah kunjungan Shoigu.
“Setelah kunjungan Shoigu, sekelompok pejabat Rusia lainnya melakukan perjalanan ke Pyongyang untuk berdiskusi lebih lanjut mengenai potensi kesepakatan senjata antara DPRK dan Rusia,” kata Kirby, menggunakan akronim dari Republik Rakyat Demokratik Korea seperti dilansir dari AP, Rabu (30/8/2023).
Kirby menolak merinci bagaimana para pejabat AS mengumpulkan informasi intelijen tersebut.
Pemerintahan Biden telah berulang kali menyatakan bahwa Kremlin menjadi bergantung pada Korut, serta Iran, untuk mendapatkan senjata yang dibutuhkannya untuk berperang melawan Ukraina. Korut dan Iran sebagian besar terisolasi di panggung internasional karena program nuklir dan catatan hak asasi manusia mereka.
Pada bulan Maret, Gedung Putih mengatakan pihaknya telah mengumpulkan informasi intelijen yang menunjukkan bahwa Rusia ingin menjadi perantara kesepakatan pangan untuk senjata dengan Korut, di mana Moskow akan menyediakan makanan dan komoditas lain yang dibutuhkan Korut dengan imbalan amunisi dari Pyongyang.
Akhir tahun lalu, Gedung Putih mengatakan pihaknya telah menetapkan bahwa Wagner Group, sebuah perusahaan militer swasta Rusia, telah menerima kiriman senjata dari Korut untuk membantu memperkuat pasukannya yang berperang di Ukraina atas nama Rusia.
Baik Korut maupun Rusia sebelumnya membantah tuduhan AS mengenai senjata. Namun Korut berpihak pada Rusia terkait perang di Ukraina, dan bersikeras bahwa “kebijakan hegemonik” negara-negara Barat yang dipimpin Amerika telah memaksa Moskow mengambil tindakan militer untuk melindungi kepentingan keamanannya.
(ian)