Ini Senjata Ukraina yang Ledakkan Sistem Rudal S-400 Rusia di Crimea
loading...
A
A
A
KYIV - Militer Ukraina telah meledakkan baterai sistem pertahanan rudal S-400 Rusia di Crimea. Senjata yang digunakan untuk serangan itu dilaporkan sebagai rudal anti-kapal Neptune.
Mengutip Forbes, Sabtu (26/8/2023), Angkatan Laut Ukraina menggunakan beberapa rudal anti-kapal Neptune dalam mode serangan darat sekunder di Crimea barat pada hari Rabu.
Misil Neptune seberat satu ton dapat menyerang sasaran di darat bukanlah hal yang mengejutkan.
Biro Desain Luch Ukraina memodelkan Neptune dengan Kh-35 Rusia, yang merupakan jawaban terhadap rudal anti-kapal Harpoon Amerika Serikat, yang juga memiliki mode serangan darat.
Angkatan udara Rusia mengerahkan baterai S-400 ke Cape Tarkhankut atau Tanjung Tarkhankut di Crimea pada 2016, dua tahun setelah pasukan Rusia menguasai semenanjung strategis tersebut.
S-400 dan radar Podlet K1 yang terpasang dapat mendeteksi dan menyerang pesawat dan rudal sejauh 200 mil, memungkinkannya mengendalikan seluruh Laut Hitam bagian barat hingga pelabuhan Odessa di Ukraina selatan.
S-400, radar Podlet, dan senjata lainnya di tanjung Crimea—termasuk serangkaian rudal anti-kapal Bastion—menduduki daftar target prospektif ketika Ukraina memperluas kemampuan serangan dalam tahun ini.
Untuk memperluas jangkauan pasukannya dalam menyerang pasukan Rusia, Ukraina telah membeli rudal anti-kapal Harpoon yang diluncurkan di darat buatan Amerika ditambah rudal jelajah yang diluncurkan dari udara buatan Barat: Storm Shadow Inggris dan SCALP Prancis.
Pada saat yang sama, Ukraina telah mengembangkan amunisi serangan dalam, termasuk rudal pertahanan udara S-200 yang diluncurkan dari darat yang dimodifikasi oleh Angkatan Udara Ukraina menjadi senjata serangan darat. Angkatan Laut Ukraina melakukan modifikasi serupa pada rudal anti-kapal Neptune yang diluncurkan di darat, yang paling terkenal adalah melubangi dan menenggelamkan kapal penjelajah Moskva Angkatan Laut Rusia pada April 2022.
Rudal Neptune subsonik yang terbang rendah cocok untuk melakukan peran serangan darat, seperti halnya rudal pendahulunya—Kh-35 dan Harpoon. Untuk memberikan mode serangan darat pada Harpoon generasi pertama yang hanya anti-kapal pada model Block II pada akhir tahun 1990-an, pembuat rudal Amerika; Boeing, menambahkan navigasi inersia berbantuan GPS, melengkapi pencari radar Harpoon yang asli.
Pencari radar saja sudah cukup untuk menyerang kapal, karena kapal mencerminkan tanda radar yang jelas dibandingkan dengan perairan datar di sekitarnya. Sebaliknya, target darat dikelilingi oleh bangunan, pepohonan, dan medan yang tidak rata. Namun denganrudal yang dipandu radar dengan GPS, penyerang dapat mengarahkan amunisi melewati hambatan.
Luch dengan kebijaksanaannya melengkapi Neptune dengan GPS sejak awal. Namun biro desain baru-baru ini membuat penyesuaian tambahan pada pencari rudal untuk mengoptimalkan mode serangan daratnya. Demikian disampaikan seorang pejabat Ukraina kepada The War Zone.
“Setelah kami mendapatkannya, Neptune dapat mencapai target yang jauhnya [225 mil],” kata pejabat itu. “Kami cukup dekat.”
Dengan jangkauan 225 mil, baterai Neptune dapat menembak dari tempat yang relatif aman di Odessa dan menyerang pasukan Rusia di sebagian besar Crimea. Serangan pada hari Rabu terhadap baterai S-400 mungkin merupakan pertama kalinya Ukraina menggunakan Neptune yang dimodifikasi.
Para pejabat Angkatan Udara Rusia tentu bertanya-tanya mengapa S-400—sistem pertahanan udara terbaik mereka—gagal mencegat Neptune yang menghancurkannya.
Serangan S-400 mungkin bukan yang terakhir bagi Neptune yang telah di-upgrade. Meskipun Wali Kota Mariupol yang diduduki Rusia di Ukraina mengeklaim serangan hari Rabu itu menghancurkan baterai rudal anti-kapal Bastion Rusia, menjadi jelas bahwa Bastion lolos dari kerusakan. Namun Rusia mungkin menjadi sasaran berikutnya ketika Ukraina meningkatkan serangan mereka terhadap pasukan Moskow di Crimea.
Mengutip Forbes, Sabtu (26/8/2023), Angkatan Laut Ukraina menggunakan beberapa rudal anti-kapal Neptune dalam mode serangan darat sekunder di Crimea barat pada hari Rabu.
Misil Neptune seberat satu ton dapat menyerang sasaran di darat bukanlah hal yang mengejutkan.
Biro Desain Luch Ukraina memodelkan Neptune dengan Kh-35 Rusia, yang merupakan jawaban terhadap rudal anti-kapal Harpoon Amerika Serikat, yang juga memiliki mode serangan darat.
Baca Juga
Angkatan udara Rusia mengerahkan baterai S-400 ke Cape Tarkhankut atau Tanjung Tarkhankut di Crimea pada 2016, dua tahun setelah pasukan Rusia menguasai semenanjung strategis tersebut.
S-400 dan radar Podlet K1 yang terpasang dapat mendeteksi dan menyerang pesawat dan rudal sejauh 200 mil, memungkinkannya mengendalikan seluruh Laut Hitam bagian barat hingga pelabuhan Odessa di Ukraina selatan.
S-400, radar Podlet, dan senjata lainnya di tanjung Crimea—termasuk serangkaian rudal anti-kapal Bastion—menduduki daftar target prospektif ketika Ukraina memperluas kemampuan serangan dalam tahun ini.
Untuk memperluas jangkauan pasukannya dalam menyerang pasukan Rusia, Ukraina telah membeli rudal anti-kapal Harpoon yang diluncurkan di darat buatan Amerika ditambah rudal jelajah yang diluncurkan dari udara buatan Barat: Storm Shadow Inggris dan SCALP Prancis.
Pada saat yang sama, Ukraina telah mengembangkan amunisi serangan dalam, termasuk rudal pertahanan udara S-200 yang diluncurkan dari darat yang dimodifikasi oleh Angkatan Udara Ukraina menjadi senjata serangan darat. Angkatan Laut Ukraina melakukan modifikasi serupa pada rudal anti-kapal Neptune yang diluncurkan di darat, yang paling terkenal adalah melubangi dan menenggelamkan kapal penjelajah Moskva Angkatan Laut Rusia pada April 2022.
Rudal Neptune subsonik yang terbang rendah cocok untuk melakukan peran serangan darat, seperti halnya rudal pendahulunya—Kh-35 dan Harpoon. Untuk memberikan mode serangan darat pada Harpoon generasi pertama yang hanya anti-kapal pada model Block II pada akhir tahun 1990-an, pembuat rudal Amerika; Boeing, menambahkan navigasi inersia berbantuan GPS, melengkapi pencari radar Harpoon yang asli.
Pencari radar saja sudah cukup untuk menyerang kapal, karena kapal mencerminkan tanda radar yang jelas dibandingkan dengan perairan datar di sekitarnya. Sebaliknya, target darat dikelilingi oleh bangunan, pepohonan, dan medan yang tidak rata. Namun denganrudal yang dipandu radar dengan GPS, penyerang dapat mengarahkan amunisi melewati hambatan.
Luch dengan kebijaksanaannya melengkapi Neptune dengan GPS sejak awal. Namun biro desain baru-baru ini membuat penyesuaian tambahan pada pencari rudal untuk mengoptimalkan mode serangan daratnya. Demikian disampaikan seorang pejabat Ukraina kepada The War Zone.
“Setelah kami mendapatkannya, Neptune dapat mencapai target yang jauhnya [225 mil],” kata pejabat itu. “Kami cukup dekat.”
Dengan jangkauan 225 mil, baterai Neptune dapat menembak dari tempat yang relatif aman di Odessa dan menyerang pasukan Rusia di sebagian besar Crimea. Serangan pada hari Rabu terhadap baterai S-400 mungkin merupakan pertama kalinya Ukraina menggunakan Neptune yang dimodifikasi.
Para pejabat Angkatan Udara Rusia tentu bertanya-tanya mengapa S-400—sistem pertahanan udara terbaik mereka—gagal mencegat Neptune yang menghancurkannya.
Serangan S-400 mungkin bukan yang terakhir bagi Neptune yang telah di-upgrade. Meskipun Wali Kota Mariupol yang diduduki Rusia di Ukraina mengeklaim serangan hari Rabu itu menghancurkan baterai rudal anti-kapal Bastion Rusia, menjadi jelas bahwa Bastion lolos dari kerusakan. Namun Rusia mungkin menjadi sasaran berikutnya ketika Ukraina meningkatkan serangan mereka terhadap pasukan Moskow di Crimea.
(mas)