Amal Saudi di Indonesia, Bangun 150 Masjid hingga Kampus Gratis
A
A
A
JAKARTA - Diplomasi spektakuler Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud yang dibalas sambutan luar biasa oleh publik Indonesia telah menjadi sorotan dunia. Media Amerika Serikat, New York Times, menjuluki kunjungan Raja Salman ke Indonesia sebagai “diplomasi gemerlap”.
Kunjungan Raja Salman ke Indonesia mulai Rabu lalu, menjadi kunjungan pertama Raja Saudi sejak 1970. Kunjungan Raja Salman diikuti dengan investasi Saudi senilai triliunan rupiah di Indonesia.
Meski kunjungan Raja Salman ke Indonesia baru pertama kali, namun Saudi sejatinya telah memiliki ikatan kuat dengan Indonesia selama beberapa dekade. Selama beberapa dekade ini, tanpa jarang diketahui publik, Saudi sebenarnya juga telah memberikan “amal” kepada Indonesia yang turut mempengaruhi perkembangan budaya di Tanah Air.
Peneliti di Royal Netherlands Institute of Southeast Asia, Chris Chaplin, mengatakan, kunjungan Raja Salman saat ini sebenanya adalah puncak dari kampanye metodis. ”Dan memiliki potensi untuk mempercepat perluasan sumber daya budaya Arab Saudi di Indonesia,” katanya.
“Bahkan, mengingat jumlah rombongannya, saya tidak akan terkejut jika akan ada kesibukan jaringan di antara alumni Indonesia dari universitas Saudi,” katanya lagi.
Menurut laporan The Atlantic yang dikutip Jumat (3/3/2017), sejak tahun 1980, Saudi telah menggelontorkan jutaan dolar untuk "mengekspor" salah satu nilai dari Islam yang dikenal sebagai Salafisme. Gerakan Saudi ini diiringi dengan membangun lebih dari 150 masjid di Indonesia.
Sebuah universitas besar dan gratis di Jakarta juga dibangun Saudi. Selain itu, Saudi juga memasok lebih dari 100 pesantren dengan buku-buku dan guru.
Belum cukup, Saudi menyalurkan pengkhotbah, guru, dan menyalurkan ribuan beasiswa untuk studi pascasarjana bagi pelajar Indonesia di Arab Saudi.
”Munculnya Salafisme di Indonesia merupakan bagian dari proyek global Arab Saudi untuk menyebarkan merek Islam di seluruh dunia Muslim,” ucap Din Wahid, seorang ahli Salafisme Indonesia di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang dilansir media asing tersebut.
Salaf adalah istilah bahasa Arab yang bermakna “leluhur”. Sedangkan Salafisme adalah gerakan Sunni yang menganjurkan kembali ke tradisi Islam Nabi Muhammad dan sezamannya. Gerakan ini muncul sebagai reaksi terhadap kolonialisme Eropa pada abad 18 di Timur Tengah, tetapi berakar khususnya di Arab Saudi di tangan ulama berpengaruh Muhammad bin Abd al-Wahhab.
Aliansi al-Wahhab dengan “House of Saud” (Keluarga Kerajaaan Saudi) pada tahun 1744 direkatkan menjadi “Wahhabisme” sebagai tulang punggung spiritual dari negara Arab Saudi. Sejak itu, Saudi kemudian dikenal identik dengan paham “Wahhabi”.
Jantung Salafisme Indonesia adalah Lembaga Studi Islam dan Arab (LIPIA), sebuah universitas di Jakarta Selatan yang sepenuhnya didanai Saudi. Para mahasiswa di kampus ini senang ketika pertama mendengar laporan bahwa Raja Salman akan berkunjung ke Indonesia.
”Ini benar-benar hebat bahwa, kedua negara menjadi lebih dekat,” kata salah satu mahasiswa yang di LIPIA, yang menolak diidentifikasi. ”Saya sudah membaca semua berita tentang kunjungan (kerabat) kerajaan. Saya berharap untuk melanjutkan studi saya sendiri di Arab Saudi, Insya Allah.”
LIPIA dibuka pada tahun 1980. Kampus ini menyebarkan bahasa Arab. Menurut sejumlah laporan, kampus ini jarang menggunakan bahasa Indonesia sebagai percakapan.
Biaya kuliah di LIPIA gratis untuk semua 3.500 siswa. Mahasiswa dan mahasiswi dilarang berinteraksi secara langsung. Interaksi biasanya terjadi saat kuliah berlangsung lewat live-streaming, di mana mahasiswa dan mahasiswi berada di ruang kuliah secara terpisah.
Kunjungan Raja Salman ke Indonesia mulai Rabu lalu, menjadi kunjungan pertama Raja Saudi sejak 1970. Kunjungan Raja Salman diikuti dengan investasi Saudi senilai triliunan rupiah di Indonesia.
Meski kunjungan Raja Salman ke Indonesia baru pertama kali, namun Saudi sejatinya telah memiliki ikatan kuat dengan Indonesia selama beberapa dekade. Selama beberapa dekade ini, tanpa jarang diketahui publik, Saudi sebenarnya juga telah memberikan “amal” kepada Indonesia yang turut mempengaruhi perkembangan budaya di Tanah Air.
Peneliti di Royal Netherlands Institute of Southeast Asia, Chris Chaplin, mengatakan, kunjungan Raja Salman saat ini sebenanya adalah puncak dari kampanye metodis. ”Dan memiliki potensi untuk mempercepat perluasan sumber daya budaya Arab Saudi di Indonesia,” katanya.
“Bahkan, mengingat jumlah rombongannya, saya tidak akan terkejut jika akan ada kesibukan jaringan di antara alumni Indonesia dari universitas Saudi,” katanya lagi.
Menurut laporan The Atlantic yang dikutip Jumat (3/3/2017), sejak tahun 1980, Saudi telah menggelontorkan jutaan dolar untuk "mengekspor" salah satu nilai dari Islam yang dikenal sebagai Salafisme. Gerakan Saudi ini diiringi dengan membangun lebih dari 150 masjid di Indonesia.
Sebuah universitas besar dan gratis di Jakarta juga dibangun Saudi. Selain itu, Saudi juga memasok lebih dari 100 pesantren dengan buku-buku dan guru.
Belum cukup, Saudi menyalurkan pengkhotbah, guru, dan menyalurkan ribuan beasiswa untuk studi pascasarjana bagi pelajar Indonesia di Arab Saudi.
”Munculnya Salafisme di Indonesia merupakan bagian dari proyek global Arab Saudi untuk menyebarkan merek Islam di seluruh dunia Muslim,” ucap Din Wahid, seorang ahli Salafisme Indonesia di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang dilansir media asing tersebut.
Salaf adalah istilah bahasa Arab yang bermakna “leluhur”. Sedangkan Salafisme adalah gerakan Sunni yang menganjurkan kembali ke tradisi Islam Nabi Muhammad dan sezamannya. Gerakan ini muncul sebagai reaksi terhadap kolonialisme Eropa pada abad 18 di Timur Tengah, tetapi berakar khususnya di Arab Saudi di tangan ulama berpengaruh Muhammad bin Abd al-Wahhab.
Aliansi al-Wahhab dengan “House of Saud” (Keluarga Kerajaaan Saudi) pada tahun 1744 direkatkan menjadi “Wahhabisme” sebagai tulang punggung spiritual dari negara Arab Saudi. Sejak itu, Saudi kemudian dikenal identik dengan paham “Wahhabi”.
Jantung Salafisme Indonesia adalah Lembaga Studi Islam dan Arab (LIPIA), sebuah universitas di Jakarta Selatan yang sepenuhnya didanai Saudi. Para mahasiswa di kampus ini senang ketika pertama mendengar laporan bahwa Raja Salman akan berkunjung ke Indonesia.
”Ini benar-benar hebat bahwa, kedua negara menjadi lebih dekat,” kata salah satu mahasiswa yang di LIPIA, yang menolak diidentifikasi. ”Saya sudah membaca semua berita tentang kunjungan (kerabat) kerajaan. Saya berharap untuk melanjutkan studi saya sendiri di Arab Saudi, Insya Allah.”
LIPIA dibuka pada tahun 1980. Kampus ini menyebarkan bahasa Arab. Menurut sejumlah laporan, kampus ini jarang menggunakan bahasa Indonesia sebagai percakapan.
Biaya kuliah di LIPIA gratis untuk semua 3.500 siswa. Mahasiswa dan mahasiswi dilarang berinteraksi secara langsung. Interaksi biasanya terjadi saat kuliah berlangsung lewat live-streaming, di mana mahasiswa dan mahasiswi berada di ruang kuliah secara terpisah.
(mas)