Kuwait Puji Hasil Kunjungan Menteri Luar Negeri Iran ke Arab Saudi
loading...
A
A
A
KUWAIT - Menteri Luar Negeri (Menlu) Kuwait Salem Abdullah Al-Jaber Al-Sabah menyambut baik hasil kunjungan menlu Iran ke Arab Saudi. Dia berharap itu akan menjadi "awal dari halaman yang cerah dalam sejarah hubungan Teluk dan Teheran".
Sambutan menlu Kuwait itu muncul pada Jumat (18/8/2023), dilansir Anadolu Agency.
Pada Kamis, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian tiba di Arab Saudi dalam kunjungan resmi pertama oleh seorang diplomat top Iran ke Arab Saudi dalam lebih dari tujuh tahun.
Menteri Luar Negeri Kuwait Salem Abdullah Al-Jaber Al-Sabah menyatakan, “Menyambut baik hasil kunjungan Menteri Luar Negeri Iran, bersahabat dengan Arab Saudi, dan pertemuannya dengan mitranya dari Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan.”
Namun, Al-Sabah tidak mengklarifikasi atau mengungkapkan sifat dari hasil pertemuan tersebut.
Kunjungan tersebut dilakukan di tengah perselisihan Arab Saudi-Kuwait dengan Iran atas ladang gas alam Durra/Arash, yang belum terselesaikan.
Arab Saudi dan Kuwait menjunjung tinggi hak dan kedaulatan penuh mereka atas ladang gas ini, yang mereka sebut Durra.
Namun Iran mengatakan ladang gas itu, yang disebut Arash, adalah hak mereka.
Ladang gas alam itu terletak di Teluk Persia utara dengan perkiraan kapasitas 220 miliar meter kubik gas.
Teheran mengklaim 40% lapangan terletak di perairan teritorial Iran, sementara 60% berada di zona netral yang terbagi antara Kuwait dan Arab Saudi.
Al-Sabah mengungkapkan harapannya, “Kunjungan ini akan menjadi langkah dalam membangun hubungan yang kuat antara kedua negara yang didominasi oleh rasa saling menghormati dan akan menjadi awal dari halaman yang cerah dalam sejarah hubungan Teluk-Iran.”
Dia juga menyatakan keinginannya agar hubungan ini didasarkan pada “prinsip-prinsip bertetangga yang baik dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, memperkuat hubungan dan membangun jembatan kerja sama, dialog, dan saling pengertian.”
Riyadh dan Teheran baru-baru ini membuka kembali kedutaan, berdasarkan kesepakatan yang dicapai Maret lalu di Beijing.
Kedua negara telah memutuskan hubungan diplomatik pada Januari 2016 setelah Kedutaan Besar Saudi di Teheran dan konsulat di Mashhad diserbu massa yang marah menyusul eksekusi seorang ulama Syiah oleh Saudi.
Kedua tetangga itu meluncurkan pembicaraan untuk menghidupkan kembali hubungan pada April 2021, yang ditengahi oleh Irak dan Oman. Terobosan dicapai hampir dua tahun kemudian atas dorongan China.
Sambutan menlu Kuwait itu muncul pada Jumat (18/8/2023), dilansir Anadolu Agency.
Pada Kamis, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian tiba di Arab Saudi dalam kunjungan resmi pertama oleh seorang diplomat top Iran ke Arab Saudi dalam lebih dari tujuh tahun.
Menteri Luar Negeri Kuwait Salem Abdullah Al-Jaber Al-Sabah menyatakan, “Menyambut baik hasil kunjungan Menteri Luar Negeri Iran, bersahabat dengan Arab Saudi, dan pertemuannya dengan mitranya dari Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan.”
Namun, Al-Sabah tidak mengklarifikasi atau mengungkapkan sifat dari hasil pertemuan tersebut.
Kunjungan tersebut dilakukan di tengah perselisihan Arab Saudi-Kuwait dengan Iran atas ladang gas alam Durra/Arash, yang belum terselesaikan.
Arab Saudi dan Kuwait menjunjung tinggi hak dan kedaulatan penuh mereka atas ladang gas ini, yang mereka sebut Durra.
Namun Iran mengatakan ladang gas itu, yang disebut Arash, adalah hak mereka.
Ladang gas alam itu terletak di Teluk Persia utara dengan perkiraan kapasitas 220 miliar meter kubik gas.
Teheran mengklaim 40% lapangan terletak di perairan teritorial Iran, sementara 60% berada di zona netral yang terbagi antara Kuwait dan Arab Saudi.
Al-Sabah mengungkapkan harapannya, “Kunjungan ini akan menjadi langkah dalam membangun hubungan yang kuat antara kedua negara yang didominasi oleh rasa saling menghormati dan akan menjadi awal dari halaman yang cerah dalam sejarah hubungan Teluk-Iran.”
Dia juga menyatakan keinginannya agar hubungan ini didasarkan pada “prinsip-prinsip bertetangga yang baik dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, memperkuat hubungan dan membangun jembatan kerja sama, dialog, dan saling pengertian.”
Riyadh dan Teheran baru-baru ini membuka kembali kedutaan, berdasarkan kesepakatan yang dicapai Maret lalu di Beijing.
Kedua negara telah memutuskan hubungan diplomatik pada Januari 2016 setelah Kedutaan Besar Saudi di Teheran dan konsulat di Mashhad diserbu massa yang marah menyusul eksekusi seorang ulama Syiah oleh Saudi.
Kedua tetangga itu meluncurkan pembicaraan untuk menghidupkan kembali hubungan pada April 2021, yang ditengahi oleh Irak dan Oman. Terobosan dicapai hampir dua tahun kemudian atas dorongan China.
(sya)