Eks Anggota Parlemen Ukraina Untung Besar dari Penjualan Senjata
loading...
A
A
A
KIEV - Mantan anggota parlemen Ukraina Sergey Pashinsky menjadi target dari berbagai tuduhan korupsi. Dia telah menghasilkan jutaan dolar dari penjualan senjata sejak konflik Rusia-Ukraina meletus pada Februari 2022, menurut laporan New York Times (NYT) pada Sabtu (12/8/2023).
Nama Sergey Pashinsky pernah disebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai 'penjahat'.
“Satu perusahaan yang diduga berafiliasi dengan Sergey Pashinsky telah menjadi salah satu pemasok senjata utama untuk militer Kiev,” klaim surat kabar itu.
Dilaporkan, “Kementerian Pertahanan Ukraina menghubungi Pashinsky yang terisolasi secara politik tak lama setelah Moskow melancarkan serangan militernya.”
Menurut laporan itu, pejabat militer Ukraina sangat ingin mendapatkan sebanyak mungkin amunisi jenis Uni Soviet, dan berharap mantan anggota parlemen itu dapat membantu dengan menggunakan koneksi informalnya dalam bisnis senjata.
“Pashinsky sebelumnya menghabiskan waktu bertahun-tahun mengawasi anggaran pengeluaran militer,” ungkap surat kabar itu.
Lebih lanjut ditambahkan, Ukrainian Armored Technology, perusahaan yang diketahui terkait Pashinsky, telah menjadi “pemasok senjata swasta terbesar di Ukraina.”
Perusahaan tersebut dilaporkan membeli dan menjual kembali granat, peluru artileri, dan roket ke militer Ukraina, menggunakan jaringan perantara trans-Eropa.
Pada tahun 2022, Ukrainian Armored Technology melaporkan penjualan dengan total lebih dari USD350 juta, meningkat dari hanya USD2,8 juta pada tahun sebelumnya.
Surat kabar itu, mengutip pejabat Ukraina yang tidak disebutkan namanya, menuduh pihak berwenang sedang menyelidiki harga perusahaan serta dugaan hubungan keuangan Pashinsky dengan para pejabat pengadaan dan perusahaan-perusahaan di luar negeri.
Outlet media menggambarkan salah satu dugaan skema Pashinsky yang melibatkan Bulgaria, produsen utama amunisi jenis Soviet yang menolak memasoknya langsung ke Ukraina.
Mantan anggota parlemen Ukraina itu dilaporkan meminta koneksi lokalnya untuk memesan dan memastikan pabrik senjata Bulgaria memprioritaskan mereka.
“Pengiriman itu secara salah terdaftar sebagai tujuan Polandia dengan bantuan perantara Andrzej Kowalczyk,” ungkap klaim NYT.
Menurut artikel itu, harga naik di setiap langkah karena para perantara melakukan pemotongan, dengan militer Ukraina yang menanggung akibatnya.
“Namun, biayanya sebagian besar ditanggung bantuan Eropa,” ungkap laporan surat kabar itu.
“Meski para pejabat Barat secara pribadi tidak senang dengan kebangkitan tokoh-tokoh bayangan seperti Pashinsky, mereka tetap diam karena takut mempermainkan narasi Rusia tentang korupsi Ukraina,” papar laporan NYT.
Mantan anggota parlemen itu membantah menegosiasikan kesepakatan semacam itu, menggambarkan dirinya sebagai "warga negara yang bertanggung jawab di negara saya".
Pada 2019, Presiden Zelensky menyebut Pashinsky sebagai "penjahat", dengan biro antikorupsi negara itu kemudian meluncurkan penyelidikan terhadap mantan anggota parlemen itu. Rumah dan kantornya digerebek pada tahun 2020.
Laporan tersebut menduga pemerintah Ukraina telah menunda kampanye anti-korupsi dan mendorong transparansi yang lebih besar untuk mengamankan aliran senjata dan amunisi yang tidak terputus ke negara tersebut.
“Oleh karena itu, beberapa tokoh meragukan yang sebelumnya dikecam sebagai koruptor telah memperoleh kesempatan menebalkan kantong mereka dengan kontrak negara lagi, sementara para pejabat melihat ke arah lain,” ungkap laporan NYT.
Nama Sergey Pashinsky pernah disebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai 'penjahat'.
“Satu perusahaan yang diduga berafiliasi dengan Sergey Pashinsky telah menjadi salah satu pemasok senjata utama untuk militer Kiev,” klaim surat kabar itu.
Dilaporkan, “Kementerian Pertahanan Ukraina menghubungi Pashinsky yang terisolasi secara politik tak lama setelah Moskow melancarkan serangan militernya.”
Menurut laporan itu, pejabat militer Ukraina sangat ingin mendapatkan sebanyak mungkin amunisi jenis Uni Soviet, dan berharap mantan anggota parlemen itu dapat membantu dengan menggunakan koneksi informalnya dalam bisnis senjata.
“Pashinsky sebelumnya menghabiskan waktu bertahun-tahun mengawasi anggaran pengeluaran militer,” ungkap surat kabar itu.
Lebih lanjut ditambahkan, Ukrainian Armored Technology, perusahaan yang diketahui terkait Pashinsky, telah menjadi “pemasok senjata swasta terbesar di Ukraina.”
Perusahaan tersebut dilaporkan membeli dan menjual kembali granat, peluru artileri, dan roket ke militer Ukraina, menggunakan jaringan perantara trans-Eropa.
Pada tahun 2022, Ukrainian Armored Technology melaporkan penjualan dengan total lebih dari USD350 juta, meningkat dari hanya USD2,8 juta pada tahun sebelumnya.
Surat kabar itu, mengutip pejabat Ukraina yang tidak disebutkan namanya, menuduh pihak berwenang sedang menyelidiki harga perusahaan serta dugaan hubungan keuangan Pashinsky dengan para pejabat pengadaan dan perusahaan-perusahaan di luar negeri.
Outlet media menggambarkan salah satu dugaan skema Pashinsky yang melibatkan Bulgaria, produsen utama amunisi jenis Soviet yang menolak memasoknya langsung ke Ukraina.
Mantan anggota parlemen Ukraina itu dilaporkan meminta koneksi lokalnya untuk memesan dan memastikan pabrik senjata Bulgaria memprioritaskan mereka.
“Pengiriman itu secara salah terdaftar sebagai tujuan Polandia dengan bantuan perantara Andrzej Kowalczyk,” ungkap klaim NYT.
Menurut artikel itu, harga naik di setiap langkah karena para perantara melakukan pemotongan, dengan militer Ukraina yang menanggung akibatnya.
“Namun, biayanya sebagian besar ditanggung bantuan Eropa,” ungkap laporan surat kabar itu.
“Meski para pejabat Barat secara pribadi tidak senang dengan kebangkitan tokoh-tokoh bayangan seperti Pashinsky, mereka tetap diam karena takut mempermainkan narasi Rusia tentang korupsi Ukraina,” papar laporan NYT.
Mantan anggota parlemen itu membantah menegosiasikan kesepakatan semacam itu, menggambarkan dirinya sebagai "warga negara yang bertanggung jawab di negara saya".
Pada 2019, Presiden Zelensky menyebut Pashinsky sebagai "penjahat", dengan biro antikorupsi negara itu kemudian meluncurkan penyelidikan terhadap mantan anggota parlemen itu. Rumah dan kantornya digerebek pada tahun 2020.
Laporan tersebut menduga pemerintah Ukraina telah menunda kampanye anti-korupsi dan mendorong transparansi yang lebih besar untuk mengamankan aliran senjata dan amunisi yang tidak terputus ke negara tersebut.
“Oleh karena itu, beberapa tokoh meragukan yang sebelumnya dikecam sebagai koruptor telah memperoleh kesempatan menebalkan kantong mereka dengan kontrak negara lagi, sementara para pejabat melihat ke arah lain,” ungkap laporan NYT.
(sya)