3 Organisasi Tibet Serukan Pembebasan Aktivis di Hari Keadilan Tahanan Internasional
loading...
A
A
A
LHASA - Tiga organisasi Tibet mengadakan kegiatan nyala lilin (candlelight vigil) di Dharamshala untuk menandai Hari Keadilan Tahanan Internasional, dan untuk menyatakan belasungkawa mereka atas kematian mantan tahanan politik Tibet, Lobsang Tenpa, di Lhasa, baru-baru ini.
Lobsang meninggal setelah sempat mengalami penyiksaan oleh otoritas China ketika dirinya berada di penjara.
Ketiga organisasi itu adalah Students for Free Tibet India (SFT), Tibetan Woman's Association, dan National Democratic Party (NDPT). Para aktivis dan warga Tibet di sekitar Dharamshala memegang lilin di tangan mereka, dan berkumpul di sekitar pasar Mcleod Ganj dan kuil Buddha pada 10 Agustus 2023.
"Hari ini, di Hari Keadilan Tahanan Internasional, kewaspadaan kolektif kami menyoroti penderitaan mengerikan para Pejuang Kemerdekaan Tibet yang gugur dan bergema dengan paduan suara global untuk keadilan melawan kejahatan keji pelanggaran hak asasi manusia dan kebebasan yang dialami oleh tahanan politik yang tak terhitung jumlahnya," bunyi pernyataan bersama tiga organisasi tersebut, seperti dikutip dari ANI.
"Dalam bayang-bayang peringatan ini, pikiran kita menyatu pada ketidakadilan yang mencolok: Tibet, wadah penderitaan sejak pendudukan China, tetap menjadi penjara terbuka. Kebenaran yang tak terhapuskan ini terukir dalam naungan pengawasan, represi, dan kontrol menindas yang mencekik sumber kehidupan keberadaan Tibet, memutilasi identitas, budaya, dan spiritualitas mereka," lanjut pernyataan tersebut.
Para aktivis Tibet yang berpartisipasi dalam acara nyala lilin membawa foto pemimpin spiritual Dalai Lama dan menyerukan pembebasan sejumlah tahanan politik.
Tashi Dhondup, presiden NDPT, menyerukan komunitas internasional mengirim sebuah tim ke Tibet untuk menginspeksi sejumlah penjara yang ada di sana. Dia mengatakan bahwa jumlah penjara di Wilayah Otonom Tibet (TAR) kini sudah mencapai 79 orang.
Berbicara kepada ANI, Dhondup berkata, "Banyak orang tidak sadar atau hanya sedikit menyadari mengenai penjara di Tibet dan para tahanan yang ada di dalamnya."
"Kami ada di sini untuk menyoroti kasus penjara Tibet dan kondisi para tahanannya. Lewat aksi menyalakan lilin ini, kami meminta komunitas internasional untuk segera mengintervensi atau mengirim tim inspeksi ke Tibet," paparnya.
"Menurut keterangan mereka yang sudah dibebaskan, para tahanan dipaksa bekerja 17 jam sehari dan juga tidak diberi makan secara layak," sambung Dhondup.
Tenzin Pasang, direktur Nasional SFT, juga mengatakan kepada ANI; "Kami mencoba menyoroti nasib para pejuang Tibet, dan juga untuk keadilan tahanan politik yang mengalami pelanggaran hak asasi manusia dan kebebasan di Tibet."
Lebih lanjut, Tenzin Pasang mengatakan bahwa kondisi di Tibet pun terasa seperti "penjara terbuka" karena ketatnya pengawasan dari otoritas China. Dia merasa kondisi seperti ini dapat menghilangkan identitas, eksistensi, kebudayaan serta spiritualitas masyarakat Tibet.
Dia dan para pejuang Tibet lain mengaku berduka untuk Lobsang Tenpa, yang meninggal pada 3 Agustus lalu usai dijebloskan ke penjara hanya karena tuduhan mengikuti unjuk rasa damai.
"Kami mengungkapkan solidaritas untuknya, dan juga untuk tahanan-tahanan politik lain," pungkas Tenzin Pasang.
Lobsang meninggal setelah sempat mengalami penyiksaan oleh otoritas China ketika dirinya berada di penjara.
Ketiga organisasi itu adalah Students for Free Tibet India (SFT), Tibetan Woman's Association, dan National Democratic Party (NDPT). Para aktivis dan warga Tibet di sekitar Dharamshala memegang lilin di tangan mereka, dan berkumpul di sekitar pasar Mcleod Ganj dan kuil Buddha pada 10 Agustus 2023.
"Hari ini, di Hari Keadilan Tahanan Internasional, kewaspadaan kolektif kami menyoroti penderitaan mengerikan para Pejuang Kemerdekaan Tibet yang gugur dan bergema dengan paduan suara global untuk keadilan melawan kejahatan keji pelanggaran hak asasi manusia dan kebebasan yang dialami oleh tahanan politik yang tak terhitung jumlahnya," bunyi pernyataan bersama tiga organisasi tersebut, seperti dikutip dari ANI.
"Dalam bayang-bayang peringatan ini, pikiran kita menyatu pada ketidakadilan yang mencolok: Tibet, wadah penderitaan sejak pendudukan China, tetap menjadi penjara terbuka. Kebenaran yang tak terhapuskan ini terukir dalam naungan pengawasan, represi, dan kontrol menindas yang mencekik sumber kehidupan keberadaan Tibet, memutilasi identitas, budaya, dan spiritualitas mereka," lanjut pernyataan tersebut.
Para aktivis Tibet yang berpartisipasi dalam acara nyala lilin membawa foto pemimpin spiritual Dalai Lama dan menyerukan pembebasan sejumlah tahanan politik.
Tashi Dhondup, presiden NDPT, menyerukan komunitas internasional mengirim sebuah tim ke Tibet untuk menginspeksi sejumlah penjara yang ada di sana. Dia mengatakan bahwa jumlah penjara di Wilayah Otonom Tibet (TAR) kini sudah mencapai 79 orang.
Berbicara kepada ANI, Dhondup berkata, "Banyak orang tidak sadar atau hanya sedikit menyadari mengenai penjara di Tibet dan para tahanan yang ada di dalamnya."
"Kami ada di sini untuk menyoroti kasus penjara Tibet dan kondisi para tahanannya. Lewat aksi menyalakan lilin ini, kami meminta komunitas internasional untuk segera mengintervensi atau mengirim tim inspeksi ke Tibet," paparnya.
"Menurut keterangan mereka yang sudah dibebaskan, para tahanan dipaksa bekerja 17 jam sehari dan juga tidak diberi makan secara layak," sambung Dhondup.
Tenzin Pasang, direktur Nasional SFT, juga mengatakan kepada ANI; "Kami mencoba menyoroti nasib para pejuang Tibet, dan juga untuk keadilan tahanan politik yang mengalami pelanggaran hak asasi manusia dan kebebasan di Tibet."
Lebih lanjut, Tenzin Pasang mengatakan bahwa kondisi di Tibet pun terasa seperti "penjara terbuka" karena ketatnya pengawasan dari otoritas China. Dia merasa kondisi seperti ini dapat menghilangkan identitas, eksistensi, kebudayaan serta spiritualitas masyarakat Tibet.
Dia dan para pejuang Tibet lain mengaku berduka untuk Lobsang Tenpa, yang meninggal pada 3 Agustus lalu usai dijebloskan ke penjara hanya karena tuduhan mengikuti unjuk rasa damai.
"Kami mengungkapkan solidaritas untuknya, dan juga untuk tahanan-tahanan politik lain," pungkas Tenzin Pasang.
(mas)