Menlu AS Tuding Wagner Coba Ambil Keuntungan dari Kudeta Niger
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Kelompok tentara bayaran Wagner Rusia "mengambil keuntungan" dari ketidakstabilan di Niger . Hal itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken kepada BBC.
Niger telah diperintah oleh junta militer menyusul penggulingan Presiden Mohamed Bazoum hampir dua minggu lalu. Ada dugaan, para pemimpin kudeta meminta bantuan dari Wagner, yang diketahui hadir di negara tetangga Mali.
Blinken mengatakan dia tidak berpikir Rusia atau Wagner menghasut kudeta Niger. Namun AS khawatir tentang kelompok itu yang mungkin memanifestasikan dirinya di beberapa bagian wilayah Sahel.
"Saya pikir apa yang terjadi, dan apa yang terus terjadi di Niger tidak dipicu oleh Rusia atau Wagner, tapi... mereka mencoba memanfaatkannya," kata Blinken kepada program Focus on Africa BBC.
"Setiap tempat dimana kelompok Wagner ini pergi, kematian, kehancuran, dan eksploitasi mengikutinya," imbuh Blinken.
"Ketidakamanan telah naik, bukan turun," cetusnya seperti dikutip dari media Inggris itu, Rabu (9/8/2023).
Dia menambahkan bahwa ada pengulangan dari apa yang terjadi di negara lain, di mana Wagner hanya membawa hal-hal buruk di belakang mereka.
Baik AS dan Prancis mengoperasikan pangkalan militer di Niger sebagai bagian dari operasi untuk mengganggu kelompok teroris yang beroperasi di wilayah yang lebih luas. Niger menjadi pangkalan utama pasukan Prancis setelah mereka disuruh meninggalkan Mali menyusul kudeta di sana.
Wagner diyakini memiliki ribuan pejuang di negara-negara Afrika termasuk Republik Afrika Tengah (CAR) dan Mali, di mana kelompok itu memiliki kepentingan bisnis yang menguntungkan tetapi juga mendukung hubungan diplomatik dan ekonomi Rusia.
Niger telah diperintah oleh junta militer menyusul penggulingan Presiden Mohamed Bazoum hampir dua minggu lalu. Ada dugaan, para pemimpin kudeta meminta bantuan dari Wagner, yang diketahui hadir di negara tetangga Mali.
Blinken mengatakan dia tidak berpikir Rusia atau Wagner menghasut kudeta Niger. Namun AS khawatir tentang kelompok itu yang mungkin memanifestasikan dirinya di beberapa bagian wilayah Sahel.
"Saya pikir apa yang terjadi, dan apa yang terus terjadi di Niger tidak dipicu oleh Rusia atau Wagner, tapi... mereka mencoba memanfaatkannya," kata Blinken kepada program Focus on Africa BBC.
"Setiap tempat dimana kelompok Wagner ini pergi, kematian, kehancuran, dan eksploitasi mengikutinya," imbuh Blinken.
"Ketidakamanan telah naik, bukan turun," cetusnya seperti dikutip dari media Inggris itu, Rabu (9/8/2023).
Dia menambahkan bahwa ada pengulangan dari apa yang terjadi di negara lain, di mana Wagner hanya membawa hal-hal buruk di belakang mereka.
Baik AS dan Prancis mengoperasikan pangkalan militer di Niger sebagai bagian dari operasi untuk mengganggu kelompok teroris yang beroperasi di wilayah yang lebih luas. Niger menjadi pangkalan utama pasukan Prancis setelah mereka disuruh meninggalkan Mali menyusul kudeta di sana.
Wagner diyakini memiliki ribuan pejuang di negara-negara Afrika termasuk Republik Afrika Tengah (CAR) dan Mali, di mana kelompok itu memiliki kepentingan bisnis yang menguntungkan tetapi juga mendukung hubungan diplomatik dan ekonomi Rusia.