5 Akar Permasalahan Konflik pada Kamp Pengungsi Palestina Ein el-Hilweh di Lebanon
loading...
A
A
A
BEIRUT - Sedikitnya sembilan orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam bentrokan di kamp Ein el-Hilweh yang menjadi tempat bagi 63.000 pengungsi Palestina .
Pertempuran tiga hari antar faksi Palestina di Ein el-Hilweh, kamp pengungsi Palestina terbesar di Lebanon, menjadi perhatian banyak pihak. Baku tembak itu memaksa ribuan warga yang ketakutan meninggalkan kamp yang dikelola Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA).
Lima anggota kelompok Fatah dan satu pejuang dari kelompok bersenjata Junud al-Sham termasuk di antara mereka yang tewas dalam bentrokan itu. Media lokal melaporkan bahwa lebih dari 40 orang, termasuk anak-anak, terluka di kamp dekat kota pelabuhan Sidon di Lebanon selatan.
Foto/Reuters
Kekerasan dimulai pada hari Sabtu (29/7/2023) ketika seorang pria bersenjata tak dikenal mencoba membunuh seorang anggota kelompok bersenjata bernama Mahmoud Khalil tetapi malah menembak mati rekannya.
Dalam bentrokan berikutnya, komandan Fatah Abu Ashraf al-Armouchi dan beberapa pembantunya tewas. Al-Armouchi bertanggung jawab atas keamanan di dalam Ein el-Hilweh.
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita Palestina WAFA, kepresidenan Palestina mengecam “pembantaian keji dan pembunuhan teroris terhadap pasukan keamanan nasional yang bekerja keras untuk menjaga keselamatan dan keamanan kamp dan penghuninya”. Keamanan kamp-kamp Palestina di Lebanon adalah "garis merah", tambahnya, dilansir Al Jazeera.
Kamp padat penduduk telah menjadi tempat pertikaian sengit antara faksi-faksi Palestina selama beberapa dekade.
Foto/Reuters
Seperti banyak kamp pengungsi Palestina lainnya di Lebanon dan negara-negara tetangga, Ein el-Hilweh didirikan setelah Nakba 1948, yang berarti “malapetaka”.
Nakba adalah pengusiran setidaknya 750.000 warga Palestina dari rumah, desa, dan kota mereka oleh milisi Zionis selama pembentukan negara Israel.
Pertempuran tiga hari antar faksi Palestina di Ein el-Hilweh, kamp pengungsi Palestina terbesar di Lebanon, menjadi perhatian banyak pihak. Baku tembak itu memaksa ribuan warga yang ketakutan meninggalkan kamp yang dikelola Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA).
Lima anggota kelompok Fatah dan satu pejuang dari kelompok bersenjata Junud al-Sham termasuk di antara mereka yang tewas dalam bentrokan itu. Media lokal melaporkan bahwa lebih dari 40 orang, termasuk anak-anak, terluka di kamp dekat kota pelabuhan Sidon di Lebanon selatan.
Berikut adalah 5 akar permasalahan konflik pada kamp pengungsi Palestina Ein el-Hilweh di Lebanon.
1. Konflik Antar-faksi di Pengungsi Palestina
Foto/Reuters
Kekerasan dimulai pada hari Sabtu (29/7/2023) ketika seorang pria bersenjata tak dikenal mencoba membunuh seorang anggota kelompok bersenjata bernama Mahmoud Khalil tetapi malah menembak mati rekannya.
Dalam bentrokan berikutnya, komandan Fatah Abu Ashraf al-Armouchi dan beberapa pembantunya tewas. Al-Armouchi bertanggung jawab atas keamanan di dalam Ein el-Hilweh.
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita Palestina WAFA, kepresidenan Palestina mengecam “pembantaian keji dan pembunuhan teroris terhadap pasukan keamanan nasional yang bekerja keras untuk menjaga keselamatan dan keamanan kamp dan penghuninya”. Keamanan kamp-kamp Palestina di Lebanon adalah "garis merah", tambahnya, dilansir Al Jazeera.
Kamp padat penduduk telah menjadi tempat pertikaian sengit antara faksi-faksi Palestina selama beberapa dekade.
2. Para Pengungsi Palestina yang Ditindas Israel
Foto/Reuters
Seperti banyak kamp pengungsi Palestina lainnya di Lebanon dan negara-negara tetangga, Ein el-Hilweh didirikan setelah Nakba 1948, yang berarti “malapetaka”.
Nakba adalah pengusiran setidaknya 750.000 warga Palestina dari rumah, desa, dan kota mereka oleh milisi Zionis selama pembentukan negara Israel.