Rusia Ancam Gunakan Senjata Nuklir Jika Serangan Balik Ukraina Sukses
loading...
A
A
A
MOSKOW - Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan Moskow harus menggunakan senjata nuklir jika serangan balasanKiev yang sedang berlangsung berhasil.
Medvedev mengatakan dalam sebuah pesan di akun media sosial resminya bahwa Rusia akan dipaksa untuk mundur dari doktrin nuklirnya sendiri dalam skenario seperti itu.
“Bayangkan jika...ofensif, yang didukung oleh NATO, berhasil dan mereka merobek sebagian tanah kami maka kami akan dipaksa untuk menggunakan senjata nuklir sesuai aturan keputusan dari presiden Rusia," kata Medvedev.
"Tidak akan ada pilihan lain. Jadi musuh kita harus berdoa untuk (kesuksesan) prajurit kita. Mereka memastikan bahwa api nuklir global tidak tersulut," imbuh wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, sebuah badan yang diketuai oleh Presiden Vladimir Putin seperti dilansir dari Reuters, Senin (31/7/2023).
Medvedev tampaknya mengacu pada bagian dari doktrin nuklir Rusia yang menetapkan bahwa senjata nuklir dapat digunakan sebagai tanggapan atas agresi terhadap Rusia yang dilakukan dengan menggunakan senjata konvensional yang mengancam keberadaan negara Rusia.
Ukraina mencoba untuk merebut kembali wilayah yang telah dianeksasi secara sepihak oleh Rusia dan dinyatakan sebagai bagian dari wilayahnya sendiri, sebuah langkah yang dikutuk oleh Kiev dan sebagian besar Barat.
Putin mengatakan pada hari Sabtu bahwa tidak ada perubahan medan perang yang serius untuk dilaporkan dalam beberapa hari terakhir dan bahwa Ukraina telah kehilangan sejumlah besar peralatan militer sejak 4 Juni.
Namun Kiev mengatakan pasukannya membuat beberapa kemajuan dalam upaya mereka untuk merebut kembali wilayahnya, meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat dari yang diinginkan.
Kritikus Kremlin di masa lalu menuduh Medvedev membuat pernyataan ekstrem dalam upaya menghalangi negara-negara Barat untuk terus memasok senjata ke Ukraina. Medvedev, yang menyebut dirinya sebagai salah satu suara Moskow yang paling hawkish, kadang-kadang mengangkat momok konflik nuklir atas Ukraina.
Medvedev mengatakan dalam sebuah pesan di akun media sosial resminya bahwa Rusia akan dipaksa untuk mundur dari doktrin nuklirnya sendiri dalam skenario seperti itu.
“Bayangkan jika...ofensif, yang didukung oleh NATO, berhasil dan mereka merobek sebagian tanah kami maka kami akan dipaksa untuk menggunakan senjata nuklir sesuai aturan keputusan dari presiden Rusia," kata Medvedev.
Baca Juga
"Tidak akan ada pilihan lain. Jadi musuh kita harus berdoa untuk (kesuksesan) prajurit kita. Mereka memastikan bahwa api nuklir global tidak tersulut," imbuh wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, sebuah badan yang diketuai oleh Presiden Vladimir Putin seperti dilansir dari Reuters, Senin (31/7/2023).
Medvedev tampaknya mengacu pada bagian dari doktrin nuklir Rusia yang menetapkan bahwa senjata nuklir dapat digunakan sebagai tanggapan atas agresi terhadap Rusia yang dilakukan dengan menggunakan senjata konvensional yang mengancam keberadaan negara Rusia.
Ukraina mencoba untuk merebut kembali wilayah yang telah dianeksasi secara sepihak oleh Rusia dan dinyatakan sebagai bagian dari wilayahnya sendiri, sebuah langkah yang dikutuk oleh Kiev dan sebagian besar Barat.
Putin mengatakan pada hari Sabtu bahwa tidak ada perubahan medan perang yang serius untuk dilaporkan dalam beberapa hari terakhir dan bahwa Ukraina telah kehilangan sejumlah besar peralatan militer sejak 4 Juni.
Namun Kiev mengatakan pasukannya membuat beberapa kemajuan dalam upaya mereka untuk merebut kembali wilayahnya, meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat dari yang diinginkan.
Kritikus Kremlin di masa lalu menuduh Medvedev membuat pernyataan ekstrem dalam upaya menghalangi negara-negara Barat untuk terus memasok senjata ke Ukraina. Medvedev, yang menyebut dirinya sebagai salah satu suara Moskow yang paling hawkish, kadang-kadang mengangkat momok konflik nuklir atas Ukraina.
(ian)