Ilmuwan Nuklir Israel Ancam Mengundurkan Diri Massal, Ini Alasannya
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Para ilmuwan nuklir di Komisi Energi Atom Israel telah mengancam akan mengundurkan diri massal.
Musababnya, mereka tidak setuju dengan pengesahan rancangan undang-undang (RUU) pertama dari rencana reformasi yudisial pada hari Senin.
Mengutip laporan Channel 13, Kamis (27/7/2023), lusinan ilmuwan yang bertanggung jawab atas pengembangan kemampuan nuklir Israel telah memutuskan tentang kemungkinan pengunduran diri dalam beberapa pekan terakhir.
Laporan itu mengatakan belum ada aksi protes kolektif karena para ilmuwan masih berdiskusi dengan kepala komunitas ilmiah militer.
Baca Juga: Mantan PM Ehud Olmert: Israel Akan Perang Saudara Sekarang
Menurut Times of Israel, fasilitas penelitian nuklir Dimona Israel Selatan, yang secara resmi disebut Pusat Penelitian Nuklir Shimon Peres Negev, adalah rumah bagi program senjata nuklir Israel. Padahal Tel Aviv tidak pernah mengonfirmasi memiliki senjata nuklir.
Ancaman pengunduran diri para ilmuwan nuklir itu muncul di tengah protes publik besar-besaran terhadap reformasi peradilan oleh pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Mereka yang protes termasuk ribuan tentara cadangan yang telah bersumpah untuk mengakhiri tugas sukarela mereka. Ratusan dokter Israel juga mengancam akan meninggalkan negara itu dan bekerja di luar negeri.
"RUU Kewajaran" lolos pembahasan kedua dan ketiga pada hari Senin oleh mayoritas 64 dari 120 anggota Knesset (Parlemen), meskipun oposisi lokal meluas dan protes telah terjadi selama 29 minggu.
RUU tersebut membatasi kekuasaan Mahkamah Agung untuk membatalkan keputusan pemerintah dan pengangkatan menteri yang dianggap "tidak masuk akal".
Beberapa pihak menuduh Netanyahu telah mendorong Israel menuju otokrasi.
Sementara itu, serikat pekerja terbesar Israel, Histadrut, yang mewakili sekitar 800.000 pekerja, mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka akan bersidang dalam beberapa hari mendatang untuk merencanakan mogok massal nasional sebagai tanggapan atas pengesahan RUU tersebut.
Musababnya, mereka tidak setuju dengan pengesahan rancangan undang-undang (RUU) pertama dari rencana reformasi yudisial pada hari Senin.
Mengutip laporan Channel 13, Kamis (27/7/2023), lusinan ilmuwan yang bertanggung jawab atas pengembangan kemampuan nuklir Israel telah memutuskan tentang kemungkinan pengunduran diri dalam beberapa pekan terakhir.
Laporan itu mengatakan belum ada aksi protes kolektif karena para ilmuwan masih berdiskusi dengan kepala komunitas ilmiah militer.
Baca Juga: Mantan PM Ehud Olmert: Israel Akan Perang Saudara Sekarang
Menurut Times of Israel, fasilitas penelitian nuklir Dimona Israel Selatan, yang secara resmi disebut Pusat Penelitian Nuklir Shimon Peres Negev, adalah rumah bagi program senjata nuklir Israel. Padahal Tel Aviv tidak pernah mengonfirmasi memiliki senjata nuklir.
Ancaman pengunduran diri para ilmuwan nuklir itu muncul di tengah protes publik besar-besaran terhadap reformasi peradilan oleh pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Mereka yang protes termasuk ribuan tentara cadangan yang telah bersumpah untuk mengakhiri tugas sukarela mereka. Ratusan dokter Israel juga mengancam akan meninggalkan negara itu dan bekerja di luar negeri.
"RUU Kewajaran" lolos pembahasan kedua dan ketiga pada hari Senin oleh mayoritas 64 dari 120 anggota Knesset (Parlemen), meskipun oposisi lokal meluas dan protes telah terjadi selama 29 minggu.
RUU tersebut membatasi kekuasaan Mahkamah Agung untuk membatalkan keputusan pemerintah dan pengangkatan menteri yang dianggap "tidak masuk akal".
Beberapa pihak menuduh Netanyahu telah mendorong Israel menuju otokrasi.
Sementara itu, serikat pekerja terbesar Israel, Histadrut, yang mewakili sekitar 800.000 pekerja, mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka akan bersidang dalam beberapa hari mendatang untuk merencanakan mogok massal nasional sebagai tanggapan atas pengesahan RUU tersebut.
(mas)