250 Rudal Hawk Bakal Dikirim ke Ukraina, Taiwan Jadi Target Balas Dendam Rusia?
loading...
A
A
A
TAIPEI - Amerika Serikat (AS) berencana membeli kembali 250 rudal pertahanan udara Hawk dari Taiwan sehingga mereka dapat dikirim ke militer Ukraina. Namun rencana itu menimbulkan kekhawatiran bahwa pulau tersebut bisa menjadi target balas dendam Rusia.
Militer Taiwan secara resmi mempensiunkan rudal anti-pesawat jarak menengah MIM-23 Phase III Hawk yang dibuat oleh produsen senjata Amerika; Raytheon Technologies, pada 29 Juni.
Selama akhir pekan lalu, laporan media Taiwan mengatakan AS tertarik untuk membeli kembali senjata tersebut, yang pertama kali digunakan di pulau itu pada tahun 1960.
Antara tahun 1965 hingga 2017, rudal Hawk telah dikerahkan dalam 41 latihan tempur oleh Angkatan Udara Taiwan.
“Ada laporan bahwa Amerika Serikat bermaksud untuk membeli kembali rudal Hawk yang dinonaktifkan di Taiwan bulan lalu dan memberikannya ke Ukraina, sebagai bagian dari paket bantuan militer Amerika," tulis
Central News Agency (CNA) dalam laporannya.
Public Television Service, media yang didanai pemerintah di Taipei, mengatakan jika rencana pembelian kembali rudal Hawk dikonfirmasi, dan sistem peluncuran yang sesuai diperoleh, Ukraina akan dapat menggunakan senjata tersebut dengan asumsi mereka masih dalam kondisi baik.
Mengutip sumber militer Taiwan yang tidak disebutkan namanya, surat kabar China Times di Taiwan melaporkan bahwa Taipei dan Washington telah membahas gagasan tersebut selama pertemuan keamanan baru-baru ini tentang apa yang harus dilakukan dengan ratusan rudal Hawk setelah dinonaktifkan.
“AS setuju untuk membeli kembali sebagian besar sistem dan mengirimkannya ke Ukraina untuk memperkuat pertahanan udaranya,” kata sumber itu kepada China Times setelah pertemuan tersebut.
Pada hari Senin (17/7/2023), Kementerian Pertahanan Taiwan menolak untuk mengonfirmasi atau menyangkal rencana tersebut, tetapi mengatakan: "Semua senjata yang dinonaktifkan dan dibuang oleh militer harus mematuhi peraturan yang relevan".
Rencana yang dilaporkan untuk mengirim rudal Hawk ke Ukraina untuk membantu mencegah serangan dari Moskow telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Taiwan mungkin akan menjadi sasaran Rusia.
“Rudal Hawk mampu menghantam pesawat tempur di ketinggian hingga 20 km (12,4 mil) dan jika mereka menyerang sesuatu yang dipedulikan Rusia, Taiwan bisa menjadi salah satu target balas dendamnya,” kata komentator politik dan mantan anggota Parlemen Julian Guo, seperti dikutip South China Morning Post, Selasa (18/7/2023).
Dia mengatakan AS telah membeli senjata konvensional yang lebih tua dan ketinggalan zaman dari sekutu lain, dan tidak mengherankan melihat penawaran serupa dibuat ke Taiwan.
Wang Hung-wei, seorang anggota Parlemen dari partai oposisi utama; Kuomintang, mengatakan bahwa karena AS adalah sekutu tidak resmi terbesar Taiwan, kecil kemungkinan Taiwan akan dapat mengatakan tidak jika Washington meminta untuk membeli kembali rudal tersebut.
“Untuk mencegah kami menjadi target, kami harus memastikan bahwa senjata yang dibeli kembali disediakan oleh Amerika Serikat ke Ukraina, bukan Taiwan, dan itu tidak boleh dianggap sebagai bantuan militer kami ke Ukraina,” katanya.
Chang Yen-ting, pensiunan Letnan Jenderal Angkatan Udara, mengatakan bahwa meskipun rudal telah beroperasi di Taiwan selama 63 tahun, mereka masih memiliki tingkat akurasi target 90,4 persen, yang akan menjadi dorongan efektif untuk perlawanan Ukraina terhadap pasukan Rusia.
“Karena rudal tidak hanya dirawat dengan baik tetapi juga tetap dalam kondisi baik, AS dapat dengan cepat mengirimkannya ke Ukraina tanpa perlu menghabiskan waktu untuk merombaknya,” kata Chang.
Chang mengatakan bahwa karena Taiwan telah menghentikan misil Hawk, AS dapat membelinya kembali dengan biaya yang sangat rendah. "Sementara pulau ini tidak perlu menghabiskan waktu dan uang untuk membuang senjata dengan benar," katanya.
Menurut laporan legislatif April dari Kementerian Pertahanan Taiwan, militer awalnya berencana menyiapkan anggaran agar National Chung-Shan Institute of Science and Technology menghancurkan sekitar 250 rudal Hawk pada akhir tahun ini.
Dirancang untuk menangkal ancaman yang ditimbulkan oleh pesawat canggih buatan Soviet tahun 1950-an, rudal Hawk pertama mulai beroperasi pada tahun 1959.
AS menghentikan sistem Hawk setelah Perang Dingin karena prioritas pertahanan udara bergeser dari pesawat terbang ke pertahanan rudal balistik. Namun Hawk MIM-23 Phase III yang diperbarui masih beroperasi di banyak negara, termasuk Jepang dan Singapura.
Militer Taiwan secara resmi mempensiunkan rudal anti-pesawat jarak menengah MIM-23 Phase III Hawk yang dibuat oleh produsen senjata Amerika; Raytheon Technologies, pada 29 Juni.
Selama akhir pekan lalu, laporan media Taiwan mengatakan AS tertarik untuk membeli kembali senjata tersebut, yang pertama kali digunakan di pulau itu pada tahun 1960.
Antara tahun 1965 hingga 2017, rudal Hawk telah dikerahkan dalam 41 latihan tempur oleh Angkatan Udara Taiwan.
“Ada laporan bahwa Amerika Serikat bermaksud untuk membeli kembali rudal Hawk yang dinonaktifkan di Taiwan bulan lalu dan memberikannya ke Ukraina, sebagai bagian dari paket bantuan militer Amerika," tulis
Central News Agency (CNA) dalam laporannya.
Public Television Service, media yang didanai pemerintah di Taipei, mengatakan jika rencana pembelian kembali rudal Hawk dikonfirmasi, dan sistem peluncuran yang sesuai diperoleh, Ukraina akan dapat menggunakan senjata tersebut dengan asumsi mereka masih dalam kondisi baik.
Mengutip sumber militer Taiwan yang tidak disebutkan namanya, surat kabar China Times di Taiwan melaporkan bahwa Taipei dan Washington telah membahas gagasan tersebut selama pertemuan keamanan baru-baru ini tentang apa yang harus dilakukan dengan ratusan rudal Hawk setelah dinonaktifkan.
“AS setuju untuk membeli kembali sebagian besar sistem dan mengirimkannya ke Ukraina untuk memperkuat pertahanan udaranya,” kata sumber itu kepada China Times setelah pertemuan tersebut.
Pada hari Senin (17/7/2023), Kementerian Pertahanan Taiwan menolak untuk mengonfirmasi atau menyangkal rencana tersebut, tetapi mengatakan: "Semua senjata yang dinonaktifkan dan dibuang oleh militer harus mematuhi peraturan yang relevan".
Rencana yang dilaporkan untuk mengirim rudal Hawk ke Ukraina untuk membantu mencegah serangan dari Moskow telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Taiwan mungkin akan menjadi sasaran Rusia.
“Rudal Hawk mampu menghantam pesawat tempur di ketinggian hingga 20 km (12,4 mil) dan jika mereka menyerang sesuatu yang dipedulikan Rusia, Taiwan bisa menjadi salah satu target balas dendamnya,” kata komentator politik dan mantan anggota Parlemen Julian Guo, seperti dikutip South China Morning Post, Selasa (18/7/2023).
Dia mengatakan AS telah membeli senjata konvensional yang lebih tua dan ketinggalan zaman dari sekutu lain, dan tidak mengherankan melihat penawaran serupa dibuat ke Taiwan.
Wang Hung-wei, seorang anggota Parlemen dari partai oposisi utama; Kuomintang, mengatakan bahwa karena AS adalah sekutu tidak resmi terbesar Taiwan, kecil kemungkinan Taiwan akan dapat mengatakan tidak jika Washington meminta untuk membeli kembali rudal tersebut.
“Untuk mencegah kami menjadi target, kami harus memastikan bahwa senjata yang dibeli kembali disediakan oleh Amerika Serikat ke Ukraina, bukan Taiwan, dan itu tidak boleh dianggap sebagai bantuan militer kami ke Ukraina,” katanya.
Chang Yen-ting, pensiunan Letnan Jenderal Angkatan Udara, mengatakan bahwa meskipun rudal telah beroperasi di Taiwan selama 63 tahun, mereka masih memiliki tingkat akurasi target 90,4 persen, yang akan menjadi dorongan efektif untuk perlawanan Ukraina terhadap pasukan Rusia.
“Karena rudal tidak hanya dirawat dengan baik tetapi juga tetap dalam kondisi baik, AS dapat dengan cepat mengirimkannya ke Ukraina tanpa perlu menghabiskan waktu untuk merombaknya,” kata Chang.
Chang mengatakan bahwa karena Taiwan telah menghentikan misil Hawk, AS dapat membelinya kembali dengan biaya yang sangat rendah. "Sementara pulau ini tidak perlu menghabiskan waktu dan uang untuk membuang senjata dengan benar," katanya.
Menurut laporan legislatif April dari Kementerian Pertahanan Taiwan, militer awalnya berencana menyiapkan anggaran agar National Chung-Shan Institute of Science and Technology menghancurkan sekitar 250 rudal Hawk pada akhir tahun ini.
Dirancang untuk menangkal ancaman yang ditimbulkan oleh pesawat canggih buatan Soviet tahun 1950-an, rudal Hawk pertama mulai beroperasi pada tahun 1959.
AS menghentikan sistem Hawk setelah Perang Dingin karena prioritas pertahanan udara bergeser dari pesawat terbang ke pertahanan rudal balistik. Namun Hawk MIM-23 Phase III yang diperbarui masih beroperasi di banyak negara, termasuk Jepang dan Singapura.
(mas)