4 Kesepakatan Pembelian Jet Tempur yang Mengubah Peta Pertahanan Timur Tengah

Selasa, 18 Juli 2023 - 01:14 WIB
loading...
A A A
Irak dilaporkan telah bernegosiasi untuk 14 pesawat tempur Rafale. Kesepakatan itu akan menjadi pertama kalinya Baghdad membeli jet tempur dari Prancis sejak rezim Saddam Hussein memesan 133 unit Mirage F1 pada 1970-an dan 1980-an.

Pada tahun-tahun sejak 2003 – di mana angkatan udara Irak telah berjuang untuk pulih di tengah Perang Irak dan perang melawan ISIS – akuisisi pesawat tempur Irak yang paling besar tidak diragukan lagi adalah 36 F-16C/D buatan AS. Sebelumnya, Irak mengakuisisi armada sederhana jet latih T-50 dari Korea Selatan dan pesawat tempur ringan subsonik L-159 buatan Ceko.

F-16 pertama Irak dikirim pada tahun 2015 dan menjadi andalan angkatan udaranya, tetapi dalam lima tahun perawatan kronis dan masalah teknis membuat masa depan mereka dipertanyakan. Namun demikian, dalam beberapa bulan terakhir jet telah menjadi pesawat serang utama Irak melawan sisa-sisa ISIS - sebagian karena perang di Ukraina telah mencegah Rusia untuk memasok suku cadang yang dibutuhkan Irak untuk helikopter buatan Rusia.

Sepertinya Irak tidak menginginkan Rafale untuk melengkapi armada F-16 yang lebih besar dalam serangan udara terhadap militan di darat. Bagdad kemungkinan besar menginginkan jet Prancis yang ramping terutama untuk pertahanan udara.

Irak telah beralih ke Prancis untuk radar jarak jauh, meresmikan Thales Ground Master 403 pertamanya pada bulan September.

4. Eagle Mesir

4 Kesepakatan Pembelian Jet Tempur yang Mengubah Peta Pertahanan Timur Tengah

Foto/Reuters

Sejak berdamai dengan Israel pada 1979, Mesir terutama menjadi klien senjata AS, mengumpulkan F-16, helikopter serang AH-64, dan tank M1.

Di sisi lain, Mesir tidak pernah diizinkan membeli F-15 Eagles meskipun AS pada prinsipnya setuju untuk menjualnya dan meskipun AS menjualnya ke Arab Saudi dan Qatar, keduanya tidak menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Pada tahun 2002, AS dan Israel "mencapai serangkaian kesepahaman" mengenai penjualan senjata AS ke Mesir, salah satu elemennya adalah larangan Mesir membeli F-15.

Sementara Mesir akhirnya memperoleh F-16 – sekarang memiliki armada terbesar keempat di dunia. Mesir tidak pernah mendapatkan AIM-120, sangat membatasi kemampuan pertahanan udara mereka.

Setelah ditolak F-15 selama hampir 40 tahun, Mesir beralih ke Rusia, memesan hampir empat puluh MiG-29 seharga USD2 miliar pada tahun 2014 dan kemudian dua puluh Su-35 seharga USD2 miliar pada tahun 2018. Kairo berharap mereka dapat beroperasi sebagai "angkatan udara di dalam angkatan udara" dan sebagian memperbaiki kemampuan udara-ke-udaranya yang terbatas.

Mesir sejak itu mundur dari kesepakatan Su-35, kemungkinan karena ancaman sanksi AS dan karena perang di Ukraina dapat mempengaruhi ekspor senjata Rusia.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1041 seconds (0.1#10.140)