10 Kota Terpadat di Dunia, Apakah Ada Jakarta?
loading...
A
A
A
Pertumbuhan kota metropolitan ini luar biasa. Pada tahun 1900, populasinya hanya mencapai 500.000 orang. Namun karena banyaknya orang dari daerah pedesaan yang datang ke kota untuk mencari pekerjaan, angka ini membengkak menjadi sembilan juta pada tahun 1970-an. Karena kurangnya perumahan, arus masuk ini menyebabkan sejumlah besar orang membangun gubuk ilegal di sekitar kota.
Mexico City kini menjadi pusat bisnis dan juga objek wisata populer, penuh dengan museum dan tempat makan. Hebatnya, jika Mexico City adalah negara merdeka, itu akan menjadi ekonomi terbesar kelima di Amerika Selatan.
Masalah suplai air adalah masalah di SĂŁo Paulo, dengan sedikit sumber air minum alami di kota. Tata letak kota dan bangunannya yang serampangan tidak membantu.
Namun, kejahatan telah menurun dan kualitas udara terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, menjadikannya tempat tinggal yang lebih baik bagi 22 juta penduduknya.
Ini juga merupakan rumah bagi distrik perbelanjaan Nanjing Road, perpaduan antara mal modern dan toko tradisional Tiongkok serta gerai makanan. Jalan sepanjang 5,5 km di samping Oxford Street di London dan Champs-Élysées di Paris sebagai salah satu area komersial tersibuk di dunia, dengan satu juta orang berbelanja di sana setiap hari.
Kota itu sendiri telah ada selama lebih dari 2.000 tahun, yang membawa masalah tersendiri. Infrastruktur sudah ketinggalan zaman, meskipun ada banyak proyek pembangunan jalan baru-baru ini yang membantu meringankan lalu lintas.
Polusi dari jalan raya dan industri juga menjadi masalah besar di Delhi, seperti halnya standar perumahan. Diperkirakan 50 persen penduduk tinggal di akomodasi di bawah standar.
Foto/Reuters
Kota metropolis Tokyo yang padat hanya mencakup 13.452 km2, yang berarti rata-rata ada 2.642 orang di setiap km di seluruh Area Tokyo Raya. Kepadatan yang tinggi ini jelas menimbulkan masalah bagi penghuninya dalam hal ruang hidup dan perjalanan.
Seperti yang diharapkan, kekurangan perumahan tersebar luas. Oleh karena itu, apartemen mungil yang hanya berukuran 9m2 menjadi semakin populer di kalangan penduduk muda, karena mereka berusaha mencari lokasi yang dekat dengan pusat kota untuk bekerja.
Berkeliling kota juga sangat bermasalah. Jalan-jalan seringkali penuh sesak di dalam dan sekitar kota. Angkutan umum juga seringkali penuh sesak dan mahal, meski hampir selalu sesuai jadwal.
Mexico City kini menjadi pusat bisnis dan juga objek wisata populer, penuh dengan museum dan tempat makan. Hebatnya, jika Mexico City adalah negara merdeka, itu akan menjadi ekonomi terbesar kelima di Amerika Selatan.
4. SĂŁo Paulo, Brasil - 21,8 juta orang
Ini sedikit klise, tetapi SĂŁo Paulo adalah kota yang sangat kontras. Tempat di mana kemiskinan ekstrem bertemu kekayaan besar, dengan gedung pencakar langit terbesar di distrik keuangan yang menjulang tinggi di daerah kumuh kota, yang dikenal sebagai favelas.Masalah suplai air adalah masalah di SĂŁo Paulo, dengan sedikit sumber air minum alami di kota. Tata letak kota dan bangunannya yang serampangan tidak membantu.
Namun, kejahatan telah menurun dan kualitas udara terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, menjadikannya tempat tinggal yang lebih baik bagi 22 juta penduduknya.
3. Shanghai, China - 26,3 juta orang
Bertahun-tahun yang lalu, Shanghai dulunya adalah desa nelayan kecil. Namun berkat lokasinya di muara selatan Sungai Yangtze, kota ini berkembang menjadi kota terbesar di China, dan salah satu yang terbesar di dunia.Ini juga merupakan rumah bagi distrik perbelanjaan Nanjing Road, perpaduan antara mal modern dan toko tradisional Tiongkok serta gerai makanan. Jalan sepanjang 5,5 km di samping Oxford Street di London dan Champs-Élysées di Paris sebagai salah satu area komersial tersibuk di dunia, dengan satu juta orang berbelanja di sana setiap hari.
2. Delhi, India - 29,3 juta orang
Wilayah Ibu Kota Nasional Delhi (NCT) meliputi kota New Delhi (ibu kota negara), serta beberapa negara bagian regional lainnya.Kota itu sendiri telah ada selama lebih dari 2.000 tahun, yang membawa masalah tersendiri. Infrastruktur sudah ketinggalan zaman, meskipun ada banyak proyek pembangunan jalan baru-baru ini yang membantu meringankan lalu lintas.
Polusi dari jalan raya dan industri juga menjadi masalah besar di Delhi, seperti halnya standar perumahan. Diperkirakan 50 persen penduduk tinggal di akomodasi di bawah standar.
1. Tokyo, Jepang - 37,4 juta orang
Foto/Reuters
Kota metropolis Tokyo yang padat hanya mencakup 13.452 km2, yang berarti rata-rata ada 2.642 orang di setiap km di seluruh Area Tokyo Raya. Kepadatan yang tinggi ini jelas menimbulkan masalah bagi penghuninya dalam hal ruang hidup dan perjalanan.
Seperti yang diharapkan, kekurangan perumahan tersebar luas. Oleh karena itu, apartemen mungil yang hanya berukuran 9m2 menjadi semakin populer di kalangan penduduk muda, karena mereka berusaha mencari lokasi yang dekat dengan pusat kota untuk bekerja.
Berkeliling kota juga sangat bermasalah. Jalan-jalan seringkali penuh sesak di dalam dan sekitar kota. Angkutan umum juga seringkali penuh sesak dan mahal, meski hampir selalu sesuai jadwal.