Rudal Antarbenua Hwasong-18 Korut Bisa Bawa Banyak Nuklir, Momok bagi Amerika

Jum'at, 14 Juli 2023 - 19:10 WIB
loading...
Rudal Antarbenua Hwasong-18...
Rudal balistik antarbenua Hwasong-18 yang diuji tembak Korut bisa membawa banyak hulu ledak nuklir. Ini akan menjadi ancaman nyata bagi Amerika Serikat. Foto/KCNA via REUTERS
A A A
SEOUL - Korea Utara (Korut) telah menguji tembak rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-18 terbaru, Rabu lalu.

Para pakar memperingatkan bahwa senjata itu akan menjadi ancaman nyata bagi Washington karena bisa membawa banyak hulu ledak nuklir dan dapat menjangkau daratan Amerika Serikat (AS).

Uji tembak ICBM Hwasong-18 disaksikan pemimpin Korut Kim Jong-un setelah rezim Pyongyang pada hari Senin mengancam akan menembak jatuh pesawat mata-mata Washington karena melanggar wilayah udara negara komunis tersebut.

George William Herbert, seorang asisten profesor di Middlebury Institute of International Studies, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (14/7/2023), mengatakan Hwasong-18 tampak memiliki kemampuan untuk menstabilkan dirinya sendiri dalam penerbangan.

Dari video yang dirilis Korut, kata Herbert, senjata itu mengindikasikan sebagai rudal yang dirancang untuk membawa banyak hulu ledak nuklir.



Korea Utara mengatakan pada bulan April ketika meluncurkan ICBM untuk pertama kalinya bahwa Pyongyang bermaksud menggunakannya untuk membawa beberapa hulu ledak.

"Tes minggu ini tampaknya mengisyaratkan rudal memiliki pembawa MIRV [multiple independent reentry vehicle]," kata Herbert.

“Penerbangan kedua tampaknya berjalan dengan baik menunjukkan bahwa ini adalah desain yang secara umum sukses, bukan hanya uji keberuntungan satu kali saja,” katanya.

Korea Utara merilis video uji coba ICBM Hwasong di televisi pemerintah, menunjukkan rudal muncul dari tabungnya dan diangkat ke posisi untuk diluncurkan.

Rekaman video berisi bidikan yang diambil dari berbagai sudut oleh beberapa kamera, termasuk satu dari drone yang terbang di atas kepala yang nyaris ditabrak oleh roket yang lewat.

Rudal yang telah diluncurkan dua kali sepanjang tahun ini merupakan upgrade dari ICBM yang diuji rezim Kim Jong-un pada 2017 yang menimbulkan kekhawatiran global.

Pakar senjata mengatakan ICBM saat itu mampu membawa satu bom dan berbahan bakar cair, yang membuat mereka rentan terhadap serangan sebelum diluncurkan karena butuh waktu untuk mengisi mesin mereka dengan propelan di landasan.

Rudal berbahan bakar padat membuat propelan dimasukkan ke dalam roket, memungkinkan mereka untuk tetap tersembunyi dari satelit mata-mata, diluncurkan dan ditembakkan dalam hitungan menit, memberi AS lebih sedikit waktu untuk mempersiapkan intersepsi.

Tantangannya menjadi lebih besar jika rudal tersebut membawa beberapa hulu ledak nuklir, bukan satu.

Namun, tidak jelas apakah ICBM dapat mengalahkan sistem antirudal dan apakah hulu ledak dapat bertahan saat masuk kembali ke atmosfer untuk mencapai target mereka.

Kemampuan Kim Jong-un untuk mengirimkan serangan nuklir yang kredibel ke AS dapat mengurangi kemungkinan Washington akan mencoba melakukan serangan pendahuluan terhadap rezimnya dan meningkatkan taruhan untuk apa yang harus ditawarkan guna membujuknya melucuti persenjataannya.

Ankit Panda, seorang senior fellow dalam program kebijakan nuklir di Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan keberhasilan peluncuran Hwasong-18 merupakan pencapaian luar biasa yang datang dari negara yang kurang berpengalaman dengan rudal propelan padat bertingkat besar sebelum tes ini.

“Bagaimana Korea Utara berhasil mencapai tingkat kesuksesan yang menakjubkan ini dengan ICBM propelan padatnya tetap menjadi misteri, tetapi Kim Jong-un hanya memiliki sedikit keluhan,” tulis Panda dalam analisis untuk NK Pro.

Menurut Panda, kedua misil Hwasong-18 ditembakkan dari tempat yang sama di wilayah Pyongyang, yang dapat menimbulkan pertanyaan tentang kemampuannya untuk diangkut melalui jalan darat.

Dia menambahkan bahwa lokasi tersebut mungkin dipilih karena dekat dengan salah satu rumah besar Kim Jong-un, menjadikannya tempat yang nyaman bagi sang pemimpin.

Kim Jong-un mengawasi uji coba ICBM Hwasong dan memperingatkan AS dan Korea Selatan akan ada lebih banyak lagi kecuali mereka menghentikan manuver militer mereka termasuk membawa lebih banyak aset nuklir Amerika ke semenanjung Korea.

Korut juga mengancam akan menembak jatuh pesawat mata-mata AS, sesuatu yang terakhir kali terjadi pada tahun 1969, yang menewaskan 31 orang di dalamnya.

Joost Oliemans, pakar senjata yang ikut menulis buku "The Armed Forces of North Korea" mengatakan sebagai bagian dari strategi ini, Pyongyang tampaknya sedang mengerjakan rudal balistik berbasis silo dan rudal yang dapat membawa banyak hulu ledak. Ini dapat meningkatkan kemampuan untuk meluncurkan serangan balasan.

Korea Utara juga telah menguji tembak ICBM Hwasong-17 dalam beberapa bulan terakhir. Ini adalah roket berbahan bakar cair yang dianggap oleh para ahli senjata sebagai ICBM laik jalan terbesar di dunia dan dapat membawa muatan tiga bom nuklir.

Korea Utara telah bekerja selama bertahun-tahun untuk mengecilkan hulu ledaknya, yang memungkinkannya digunakan dalam berbagai sistem senjata.

Kim Jong-un telah mengunjungi fasilitas hulu ledak pada bulan Maret dan analisis tentang apa yang disampaikan kepada pemimpin dari Open Nuclear Network menunjukkan kemajuan.

Hulu ledak yang ditunjukkan oleh Korea Utara sebelum tahun 2023 memiliki diameter maksimum 600 milimeter, sementara hulu ledak nuklir Hwasan-31 yang baru, yang ditunjukkan dalam foto dari kunjungan Kim Jong-un, memiliki diameter yang lebih kecil sekitar 460 mm yang menunjukkan kemajuan dalam miniaturisasi.

Perangkat tersebut belum diuji, tetapi citra satelit dari situs yang telah digunakan Korea Utara untuk enam ledakan perangkat nuklir sebelumnya menunjukkan bahwa fasilitas tersebut telah siap selama lebih dari setahun.

Rusia dan China, yang memiliki hak veto di Dewan Keamanan PBB, mengizinkan sanksi untuk menghukum rezim Kim Jong-un atas uji coba rudal balistik dalam perangkat nuklir pada 2017 tetapi telah memblokir hukuman baru terhadap Pyongyang atas rentetan uji coba rudal berkemampuan nuklirnya baru-baru ini di tengah ketegangan dengan AS yang semakin meningkat.

“Ada sedikit, jika ada, konsekuensi dari uji coba rudal. Jadi pertanyaannya adalah, seberapa parah konsekuensinya bagi Kim jika dia melakukan uji coba nuklir ketujuh?" kata Soo Kim, mantan analis Korea di Central Intelligence Agency (CIA) AS yang sekarang bekerja di perusahaan konsultan manajemen LMI yang berbasis di AS.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1303 seconds (0.1#10.140)