Presiden Afrika Selatan kepada Putin: Perang Ukraina Harus Diakhiri

Minggu, 18 Juni 2023 - 08:14 WIB
loading...
Presiden Afrika Selatan kepada Putin: Perang Ukraina Harus Diakhiri
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa. Foto/PBS
A A A
MOSKOW - Presiden Afrika Selatan (Afsel) Cyril Ramaphosa kepada pemimpin Rusia Vladimir Putin perang di Ukraina harus diakhiri. Hal itusampaikanRamaphosa dia bertemu dengan Putin di St Petersburg sebagai bagian dari misi perdamaian dengan enam negara Afrika lainnya.

Pada pertemuan di St Petersburg, Ramaphosa juga meminta kedua belah pihak untuk mengembalikan tawanan perang mereka, dan mengatakan anak-anak yang dipindahkan oleh Rusia harus dikembalikan ke rumah.

Putin telah didakwa dengan kejahatan perang oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas pemindahan paksa ratusan anak Ukraina dari keluarga mereka selama pendudukan Rusia di Ukraina.

PBB mengatakan mereka memiliki bukti pemindahan ilegal ratusan anak Ukraina ke Rusia.

Ketika delegasi Afrika menyerukan kembalinya anak-anak ke keluarga mereka, Putin menyela pidato mereka dan mengklaim bahwa Rusia melindungi mereka.

"Anak-anak itu suci. Kami memindahkan mereka keluar dari zona konflik, menyelamatkan hidup dan kesehatan mereka", katanya seperti dikutip dari BBC, Minggu (18/6/2023).

Ramaphosa juga memperingatkan Putin tentang dampak perang di Afrika, dan mengatakan hal itu harus diselesaikan dengan diplomasi.

"Perang tidak bisa berlangsung selamanya. Semua perang harus diselesaikan dan berakhir pada tahap tertentu," ujarnya.

"Dan kami di sini untuk menyampaikan pesan yang sangat jelas bahwa kami ingin perang ini diakhiri," sambungnya.

Sebelumnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada delegasi yang sama pada hari Jumat bahwa dia tidak akan mengadakan pembicaraan dengan Rusia saat mereka menduduki tanah Ukraina. Sementara Putin mengatakan kepada para pemimpin Afrika bahwa Ukraina selalu menolak pembicaraan.



Perang telah sangat membatasi ekspor biji-bijian dari Ukraina dan pupuk dari Rusia, yang telah mempengaruhi negara-negara Afrika khususnya dan meningkatkan kerawanan pangan global.

Tetapi Putin menyalahkan Barat atas krisis biji-bijian - bukan perang di Ukraina - karena dia mengatakan hanya 3% dari ekspor biji-bijian yang diizinkan berdasarkan kesepakatan yang disponsori PBB untuk memastikan jalur aman melalui Laut Hitam pergi ke negara-negara termiskin di dunia.

Rusia telah berulang kali mengeluh bahwa sanksi Barat membatasi ekspor pertaniannya sendiri. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan tidak ada alasan untuk memperpanjang kesepakatan biji-bijian, karena sejauh ini apa yang dijanjikan kepada Rusia belum dilakukan.



Putin memuji apa yang dia gambarkan sebagai posisi seimbang Afrika dalam perang, yang terus disebut Rusia sebagai "operasi militer khusus".

Delegasi Afrika, terdiri dari wakil-wakil dari Afrika Selatan, Mesir, Senegal, Kongo-Brazzaville, Komoro, Zambia, dan Uganda telah dirancang khusus untuk keluasan dan keseimbangan, dengan anggota dari berbagai bagian Afrika dengan pandangan yang berbeda tentang konflik.

Afrika Selatan dan Uganda dipandang condong ke Rusia, sedangkan Zambia dan Komoro lebih dekat ke Barat. Mesir, Senegal, dan Kongo-Brazzaville sebagian besar tetap netral.

Negara-negara Afrika terutama melihat konflik tersebut sebagai konfrontasi antara Rusia dan Barat.

Delegasi tersebut juga bertemu dengan para pemimpin Ukraina pada hari Jumat, di mana Ramaphosa memperingatkan bahwa perang di Eropa mempengaruhi antara 1,2 dan 1,3 miliar orang di Afrika.

Setelah para pemimpin mendarat, sirene serangan udara terdengar di ibu kota Ukraina, Kiev, yang menurut Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, menunjukkan bahwa Putin menginginkan "lebih banyak perang".

Selama pertemuan mereka, Zelensky mengatakan kepada delegasi bahwa "hasil penting dari misi Anda" adalah menjadi perantara untuk membebaskan tahanan politik yang ditahan oleh Rusia.



Pertemuan itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina, saat Ukraina melancarkan serangan balasannya di dekat wilayah Bakhmut.

Rusia mengklaim serangan balasan telah gagal, tetapi Kiev mengatakan telah merebut kembali sekitar 100 km persegi wilayah di front selatannya.
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1616 seconds (0.1#10.140)