5 Kelemahan Tentara Israel, Nomor 4 Sering Menolak Bertugas di Garda Depan
loading...
A
A
A
JERUSALEM - Israel menempati urutan ke-18 sebagai militer terkuat di dunia versi Global Fire Power. Tapi, tak dipungkiri jika tentara Israel dianggap manja dan lemah.
Kelemahan tentara Israel terbukti ketika tiga prajuritnya ditembak oleh seorang petugas kepolisian perbatasan Mesir. Selain itu, kabar yang beredar, banyak tentara Israel menolak bertugas di wilayah perbatasan.
Padahal, Tentara Pertahanan Israel atau IDF memiliki 173.000 prajurit dan 465.000 tentara cadangan. Mereka memiliki 241 pesawat tempur dan 26 helikopter perang. IDF juga mengoperasikan 2.200 tank. Ditambah dengan 7 corvette dan 45 kapal patroli dengan dukungan lima kapal selam.
Tak bisa disangkal, teknologi militer Israel memang mendapatkan pujian. Tapi, kualitas tentaranya masih banyak analis yang mempertanyakan.
Foto/Reuters
Terlepas dari peralatan militer yang dimiliki IDF sangatlah canggih, tetapi banyak rakyat Israel sesekali terdengar memperingatkan tentang apa yang mereka sebut sebagai "bencana" yang menunggu Pasukan Pertahanan Israel.
Itu adalah bentuk penurunan kepercayaan publik terhadap kemampuan operasional tentara karena kualitas sumber daya manusia yang buruk.
Kenapa? “Kualitas tentara IDF tidak bisa mengimbangi kurangnya kesiapan tempur prajuritnya,” kata Adnan Abu Amer, pakar sejarah Palestina, dilansir Middle East Monitor.
Rakyat Israel sendiri tidak yakin bahwa IDF akan mampu menghadapi para pejuang Palestina. Mereka juga tidak percaya IDF mampu memberikan rasa aman.
Itu ditambah dengan tingkat korupsi yang tinggi di kalangan para pejabat IDF.
Foto/Reuters
Selama pelatihan tentara IDF, yang umumnya berlangsung selama delapan bulan, prajurit dan perwira junior tidak bertemu dengan perwira senior. Terlalu banyak perwira senior menghabiskan terlalu banyak waktu di meja kerja.
Dengan begitu, proses transformasi pengalaman tidak terjadi.
Kegagalan ini mengakibatkan masalah saat tentara IDF mencoba meningkatkan keterampilan.
Foto/Reuters
Para prajurit IDF dikenal memiliki disiplin yang buruk. “Hal itu terjadi karena tidak adanya panutan yang baik,” kata Amer.
Selain itu, para tentara IDF saat ini memiliki standar lebih rendah dari sebelumnya. Apalagi, dengan masing-masing komandan korps menerapkan standar mereka sendiri sesuai dengan pemahaman mereka sendiri.
Tentara Israel tidak hanya menghadapi masalah logistik dan praktis, tetapi juga kelonggaran disiplin di banyak batalion. Perintah tidak diikuti dan tidak ada pengawasan oleh perwira senior untuk memastikan bahwa perintah mereka telah diikuti.
Perwira junior dan tentara tampaknya tidak peduli tentang akibat - jika ada - tidak mematuhi perintah. Sedikit yang menunjukkan inisiatif, dan hanya melakukan apa yang diminta dari mereka, tidak lebih.
Bahkan lebih sedikit petugas yang tampaknya memimpin dengan memberi contoh dan membantu tentara untuk menjalankan tugas mereka. Sejumlah perwira senior Israel sekarang percaya bahwa banyak dari batalion reguler mungkin siap untuk berperang tingkat rendah, tetapi konflik skala besar akan menjadi bencana.
Foto/Reuters
Ada sedikit kontrol atau pengawasan dari atas ke bawah. “Ketrampilan dan pengetahuan profesional masih kurang, dan tentara semakin enggan dipertimbangkan untuk peran tempur garis depan,” ujar Amer.
Pada saat yang sama, jelas bahwa para komandan senior tidak mau mendengar tentang masalah, dan tidak mencoba menyelesaikannya. Akibatnya, hubungan mereka dengan prajurit mereka didasarkan pada saling diam.
Foto/Reuters
Upaya IDF untuk meningkatkan kemampuan tinggi pertempuran multidimensi, mengoperasikan helikopter tempur, mengumpulkan intelijen, dan menggunakan artileri presisi, serta peralatan anti-tank, infanteri, dan lapis baja.
”Namun, fakta di lapangan mengungkapkan bahwa ada masalah dalam menggunakan peralatan terbaru karena kurangnya pelatihan dan kekurangan tentara profesional,” ujar Amer.
Kelemahan tentara Israel terbukti ketika tiga prajuritnya ditembak oleh seorang petugas kepolisian perbatasan Mesir. Selain itu, kabar yang beredar, banyak tentara Israel menolak bertugas di wilayah perbatasan.
Padahal, Tentara Pertahanan Israel atau IDF memiliki 173.000 prajurit dan 465.000 tentara cadangan. Mereka memiliki 241 pesawat tempur dan 26 helikopter perang. IDF juga mengoperasikan 2.200 tank. Ditambah dengan 7 corvette dan 45 kapal patroli dengan dukungan lima kapal selam.
Tak bisa disangkal, teknologi militer Israel memang mendapatkan pujian. Tapi, kualitas tentaranya masih banyak analis yang mempertanyakan.
Berikut adalah 5 kelemahan tentara Israel. Itu menjadi titik fatal ketika berhadapan dengan para pejuang Palestina.
1. Tidak Dipercaya Rakyat israel
Foto/Reuters
Terlepas dari peralatan militer yang dimiliki IDF sangatlah canggih, tetapi banyak rakyat Israel sesekali terdengar memperingatkan tentang apa yang mereka sebut sebagai "bencana" yang menunggu Pasukan Pertahanan Israel.
Itu adalah bentuk penurunan kepercayaan publik terhadap kemampuan operasional tentara karena kualitas sumber daya manusia yang buruk.
Kenapa? “Kualitas tentara IDF tidak bisa mengimbangi kurangnya kesiapan tempur prajuritnya,” kata Adnan Abu Amer, pakar sejarah Palestina, dilansir Middle East Monitor.
Rakyat Israel sendiri tidak yakin bahwa IDF akan mampu menghadapi para pejuang Palestina. Mereka juga tidak percaya IDF mampu memberikan rasa aman.
Itu ditambah dengan tingkat korupsi yang tinggi di kalangan para pejabat IDF.
2. Buruknya Kepemimpinan Militer Israel
Foto/Reuters
Selama pelatihan tentara IDF, yang umumnya berlangsung selama delapan bulan, prajurit dan perwira junior tidak bertemu dengan perwira senior. Terlalu banyak perwira senior menghabiskan terlalu banyak waktu di meja kerja.
Dengan begitu, proses transformasi pengalaman tidak terjadi.
Kegagalan ini mengakibatkan masalah saat tentara IDF mencoba meningkatkan keterampilan.
3. Tidak Disiplin
Foto/Reuters
Para prajurit IDF dikenal memiliki disiplin yang buruk. “Hal itu terjadi karena tidak adanya panutan yang baik,” kata Amer.
Selain itu, para tentara IDF saat ini memiliki standar lebih rendah dari sebelumnya. Apalagi, dengan masing-masing komandan korps menerapkan standar mereka sendiri sesuai dengan pemahaman mereka sendiri.
Tentara Israel tidak hanya menghadapi masalah logistik dan praktis, tetapi juga kelonggaran disiplin di banyak batalion. Perintah tidak diikuti dan tidak ada pengawasan oleh perwira senior untuk memastikan bahwa perintah mereka telah diikuti.
Perwira junior dan tentara tampaknya tidak peduli tentang akibat - jika ada - tidak mematuhi perintah. Sedikit yang menunjukkan inisiatif, dan hanya melakukan apa yang diminta dari mereka, tidak lebih.
Bahkan lebih sedikit petugas yang tampaknya memimpin dengan memberi contoh dan membantu tentara untuk menjalankan tugas mereka. Sejumlah perwira senior Israel sekarang percaya bahwa banyak dari batalion reguler mungkin siap untuk berperang tingkat rendah, tetapi konflik skala besar akan menjadi bencana.
4. Kerap Menolak Bertugas di Garda Depan
Foto/Reuters
Ada sedikit kontrol atau pengawasan dari atas ke bawah. “Ketrampilan dan pengetahuan profesional masih kurang, dan tentara semakin enggan dipertimbangkan untuk peran tempur garis depan,” ujar Amer.
Pada saat yang sama, jelas bahwa para komandan senior tidak mau mendengar tentang masalah, dan tidak mencoba menyelesaikannya. Akibatnya, hubungan mereka dengan prajurit mereka didasarkan pada saling diam.
5. Tidak Bisa Mengoperasikan Peralatan Tempur
Foto/Reuters
Upaya IDF untuk meningkatkan kemampuan tinggi pertempuran multidimensi, mengoperasikan helikopter tempur, mengumpulkan intelijen, dan menggunakan artileri presisi, serta peralatan anti-tank, infanteri, dan lapis baja.
”Namun, fakta di lapangan mengungkapkan bahwa ada masalah dalam menggunakan peralatan terbaru karena kurangnya pelatihan dan kekurangan tentara profesional,” ujar Amer.
(ahm)