PM Pashinyan: Armenia Bukan Sekutu Rusia dalam Perang Ukraina!
loading...
A
A
A
YEREVAN - Armenia bukan sekutu Rusia dalam perang Ukraina dan cemas tentang dampak konflik tersebut terhadap hubungannya dengan negara lain. Hal itu ditegaskan Perdana Menteri Nikol Pashinyan, Jumat (2/6/2023).
Negara kecil bekas Soviet di wilayah Kaukasus selatan itu memiliki hubungan keamanan dan ekonomi yang erat dengan Rusia, yang semakin diperkuat oleh perselisihan selama puluhan tahun dengan negara tetangga; Azerbaijan, atas wilayah Nagorno-Karabakh.
Armenia adalah anggota aliansi militer Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia, sedangkan Azerbaijan tidak.
“Kami bukan sekutu Rusia dalam perang dengan Ukraina. Dan perasaan kami dari perang itu, dari konflik itu, adalah kecemasan karena itu secara langsung memengaruhi semua hubungan kami,” kata Pashinyan kepada CNN Prima News dalam sebuah wawancara, yang dilansir Reuters.
Menurutnya, Armenia merasa terjebak di antara kedua belah pihak.
“Di Barat mereka melihat bahwa kami adalah sekutu Rusia...di Rusia mereka melihat bahwa kami bukan sekutu mereka dalam perang Ukraina, dan ternyata kami bukan sekutu siapa pun dalam situasi ini, yang artinya kami rentan," ujarnya.
Ditanya tentang pernyataan Pashinyan pada hari Jumat, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menjawab dengan hati-hati, dengan mengatakan bahwa Moskow telah memperhatikan apa yang disebutnya sebagai “pernyataan penting".
“Kami tahu bahwa ada nuansa tertentu dalam pendekatan Armenia terhadap konflik Ukraina. Kami memperhitungkan mereka, kami mengenal mereka, tetapi pada saat yang sama kami terus mengembangkan hubungan sekutu kami dengan Armenia,” kata Peskov.
Mantan penasihat Kremlin Sergei Markov, mengomentari pernyataan Peskov, mengatakan di saluran Telegramnya: "Moskow mengisyaratkan bahwa ia melihat bahwa Pashinyan membawa Armenia menjauh dari persahabatan dengan Rusia ke pelukan musuh Rusia."
Armenia dan Azerbaijan telah melanjutkan pembicaraan yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan damai untuk menyelesaikan perselisihan mereka atas Nagorno-Karabakh, yang diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi sebagian besar dihuni oleh etnis Armenia.
Azerbaijan, pada tahun 2020, merebut kembali sebagian wilayahny yang hilang dalam konflik dengan Armenia.
Negara kecil bekas Soviet di wilayah Kaukasus selatan itu memiliki hubungan keamanan dan ekonomi yang erat dengan Rusia, yang semakin diperkuat oleh perselisihan selama puluhan tahun dengan negara tetangga; Azerbaijan, atas wilayah Nagorno-Karabakh.
Armenia adalah anggota aliansi militer Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia, sedangkan Azerbaijan tidak.
“Kami bukan sekutu Rusia dalam perang dengan Ukraina. Dan perasaan kami dari perang itu, dari konflik itu, adalah kecemasan karena itu secara langsung memengaruhi semua hubungan kami,” kata Pashinyan kepada CNN Prima News dalam sebuah wawancara, yang dilansir Reuters.
Menurutnya, Armenia merasa terjebak di antara kedua belah pihak.
“Di Barat mereka melihat bahwa kami adalah sekutu Rusia...di Rusia mereka melihat bahwa kami bukan sekutu mereka dalam perang Ukraina, dan ternyata kami bukan sekutu siapa pun dalam situasi ini, yang artinya kami rentan," ujarnya.
Ditanya tentang pernyataan Pashinyan pada hari Jumat, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menjawab dengan hati-hati, dengan mengatakan bahwa Moskow telah memperhatikan apa yang disebutnya sebagai “pernyataan penting".
“Kami tahu bahwa ada nuansa tertentu dalam pendekatan Armenia terhadap konflik Ukraina. Kami memperhitungkan mereka, kami mengenal mereka, tetapi pada saat yang sama kami terus mengembangkan hubungan sekutu kami dengan Armenia,” kata Peskov.
Mantan penasihat Kremlin Sergei Markov, mengomentari pernyataan Peskov, mengatakan di saluran Telegramnya: "Moskow mengisyaratkan bahwa ia melihat bahwa Pashinyan membawa Armenia menjauh dari persahabatan dengan Rusia ke pelukan musuh Rusia."
Armenia dan Azerbaijan telah melanjutkan pembicaraan yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan damai untuk menyelesaikan perselisihan mereka atas Nagorno-Karabakh, yang diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi sebagian besar dihuni oleh etnis Armenia.
Azerbaijan, pada tahun 2020, merebut kembali sebagian wilayahny yang hilang dalam konflik dengan Armenia.
(mas)