Medvedev: Rusia Bebas Mengerahkan Senjata Kapan pun Diperlukan
loading...
A
A
A
MOSKOW - Setelah mengecam perjanjian yang tidak lagi relevan tentang angkatan bersenjata konvensional di Eropa (Perjanjian CFE), Rusia bebas mengerahkan senjata kapan pun diperlukan untuk melindungi kepentingan nasionalnya. Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, Selasa (16/5/2023).
"Duma Negara telah mengecam Perjanjian CFE. Dokumen ini menjadi tidak relevan bagi kami pada tahun 2007,” ungkap Medvedev, seperti dikutip dari TASS.
“Sekarang, tidak ada komitmen internasional yang sebelumnya ditangguhkan yang dapat mencegah kami menempatkan senjata kami di mana pun kami ingin melindungi kepentingan nasional kami. Termasuk bagian dari Rusia yang ada di Eropa," lanjutnya.
Medvedev menambahkan, bahwa Rusia akan "memaksimalkan produksi senjata, peralatan militer dan khusus serta alat penghancur."
Medvedev juga menanggapi pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron bahwa Rusia mengalami kekalahan geopolitik dan menjadi terlalu bergantung pada China.
“Ngomong-ngomong, salut untuk Macron. Menurut logikanya, ini juga merupakan kerugian geopolitik bagi Rusia,” tulisnya.
Perjanjian CFE ditandatangani pada tahun 1990 dan diadaptasi pada tahun 1997. Negara-negara NATO tidak meratifikasi versi yang diadaptasi dari dokumen ini dan terus mematuhi ketentuan tahun 1990, yang berisi norma senjata konvensional yang berlaku untuk keseimbangan antara NATO dan Pakta Warsawa. Akibatnya, Rusia terpaksa mendeklarasikan moratorium penerapan ketentuan perjanjian pada 2007.
Pada 11 Maret 2015, Rusia menghentikan partisipasinya dalam pertemuan Kelompok Konsultatif Bersama Perjanjian CFE, dengan demikian menyelesaikan proses penangguhan keanggotaannya dalam perjanjian tersebut.
Sementara secara hukum masih tetap menjadi penandatangannya. Sejak saat itu, kepentingan Rusia dalam Joint Consultative Group diwakili oleh Belarusia.
"Duma Negara telah mengecam Perjanjian CFE. Dokumen ini menjadi tidak relevan bagi kami pada tahun 2007,” ungkap Medvedev, seperti dikutip dari TASS.
“Sekarang, tidak ada komitmen internasional yang sebelumnya ditangguhkan yang dapat mencegah kami menempatkan senjata kami di mana pun kami ingin melindungi kepentingan nasional kami. Termasuk bagian dari Rusia yang ada di Eropa," lanjutnya.
Medvedev menambahkan, bahwa Rusia akan "memaksimalkan produksi senjata, peralatan militer dan khusus serta alat penghancur."
Medvedev juga menanggapi pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron bahwa Rusia mengalami kekalahan geopolitik dan menjadi terlalu bergantung pada China.
“Ngomong-ngomong, salut untuk Macron. Menurut logikanya, ini juga merupakan kerugian geopolitik bagi Rusia,” tulisnya.
Perjanjian CFE ditandatangani pada tahun 1990 dan diadaptasi pada tahun 1997. Negara-negara NATO tidak meratifikasi versi yang diadaptasi dari dokumen ini dan terus mematuhi ketentuan tahun 1990, yang berisi norma senjata konvensional yang berlaku untuk keseimbangan antara NATO dan Pakta Warsawa. Akibatnya, Rusia terpaksa mendeklarasikan moratorium penerapan ketentuan perjanjian pada 2007.
Pada 11 Maret 2015, Rusia menghentikan partisipasinya dalam pertemuan Kelompok Konsultatif Bersama Perjanjian CFE, dengan demikian menyelesaikan proses penangguhan keanggotaannya dalam perjanjian tersebut.
Sementara secara hukum masih tetap menjadi penandatangannya. Sejak saat itu, kepentingan Rusia dalam Joint Consultative Group diwakili oleh Belarusia.
(esn)