UE: Jika Kita Tidak Mendukung, Ukraina Akan Jatuh dalam Hitungan Hari
loading...
A
A
A
FLORENCE - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell, mengatakan Ukraina akan menyerah pada pasukan Rusia yang menyerang dalam hitungan hari tanpa dukungan militer dari negara-negara Barat.
Borrell bersikeras bahwa situasi saat ini, di dalam negara yang dilanda perang, tidak kondusif untuk meluncurkan pembicaraan damai formal.
"Sayangnya, ini bukan saatnya untuk percakapan diplomatik tentang perdamaian. Ini adalah momen untuk mendukung perang secara militer," kata Borrell.
"Kalau mau damai, dorong Rusia mundur. Dorong Rusia hentikan perang. Jangan suruh saya berhenti mendukung Ukraina, karena kalau saya berhenti mendukung Ukraina, pasti perang akan segera selesai," lanjutnya.
"Kita tidak bisa menyelesaikannya begitu saja karena (jika kita melakukannya) Ukraina tidak dapat mempertahankan diri dan harus menyerah. Dan pasukan Rusia akan berada di perbatasan Polandia dan Ukraina akan menjadi Belarusia kedua. Apakah Anda ingin mengakhiri perang seperti ini? Tidak," tegasnya seperti dikutip dari Euronews, Sabtu (6/5/2023).
Borrell lantas menggambarkan proposal 10 poin yang dipromosikan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sebagai satu-satunya hal yang dapat disebut rencana perdamaian dan menolak dokumen 12 poin China yang disebutnya sebagai angan-angan.
"Bahkan jika mereka berada di pihak Rusia, saya pikir China memiliki peran untuk dimainkan. China adalah anggota tetap Dewan Keamanan (PBB). China adalah orang yang memiliki pengaruh terbesar di Rusia," tambah Borrell.
"Mari kita hadapi kenyataan. Suka atau tidak suka, kenyataannya Putin terus mengatakan: 'Saya memiliki tujuan militer dan sejauh saya tidak mendapatkan tujuan militer ini, saya akan terus berjuang.' Jadi rencana perdamaian itu bagus, tetapi Anda membutuhkan seseorang yang ingin berbicara tentang perdamaian," tuturnya.
Borrell kemudian merenungkan perubahan transformasional yang melanda Uni Eropa sejak Kremlin memutuskan untuk meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina, menjungkirbalikkan hukum internasional, rantai pasokan makanan, dan harga energi.
Borrell bersikeras bahwa situasi saat ini, di dalam negara yang dilanda perang, tidak kondusif untuk meluncurkan pembicaraan damai formal.
"Sayangnya, ini bukan saatnya untuk percakapan diplomatik tentang perdamaian. Ini adalah momen untuk mendukung perang secara militer," kata Borrell.
"Kalau mau damai, dorong Rusia mundur. Dorong Rusia hentikan perang. Jangan suruh saya berhenti mendukung Ukraina, karena kalau saya berhenti mendukung Ukraina, pasti perang akan segera selesai," lanjutnya.
"Kita tidak bisa menyelesaikannya begitu saja karena (jika kita melakukannya) Ukraina tidak dapat mempertahankan diri dan harus menyerah. Dan pasukan Rusia akan berada di perbatasan Polandia dan Ukraina akan menjadi Belarusia kedua. Apakah Anda ingin mengakhiri perang seperti ini? Tidak," tegasnya seperti dikutip dari Euronews, Sabtu (6/5/2023).
Borrell lantas menggambarkan proposal 10 poin yang dipromosikan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sebagai satu-satunya hal yang dapat disebut rencana perdamaian dan menolak dokumen 12 poin China yang disebutnya sebagai angan-angan.
"Bahkan jika mereka berada di pihak Rusia, saya pikir China memiliki peran untuk dimainkan. China adalah anggota tetap Dewan Keamanan (PBB). China adalah orang yang memiliki pengaruh terbesar di Rusia," tambah Borrell.
"Mari kita hadapi kenyataan. Suka atau tidak suka, kenyataannya Putin terus mengatakan: 'Saya memiliki tujuan militer dan sejauh saya tidak mendapatkan tujuan militer ini, saya akan terus berjuang.' Jadi rencana perdamaian itu bagus, tetapi Anda membutuhkan seseorang yang ingin berbicara tentang perdamaian," tuturnya.
Borrell kemudian merenungkan perubahan transformasional yang melanda Uni Eropa sejak Kremlin memutuskan untuk meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina, menjungkirbalikkan hukum internasional, rantai pasokan makanan, dan harga energi.