Kondisi di Sudan Genting, KBRI Khartoum Siaga 2
loading...
A
A
A
KHARTOUM - Situasi perang saudara di Sudan saat ini sedang genting dan membahayakan. Hal ini turut dirasakan sejumlah warga negara Indonesia (WNI) yang berada di sana.
WNI di Sudan melaporkan bahwa mereka melihat hujan rudal, jet tempur yang wara-wiri saat perang, dan peluru nyasar yang melubangi asrama mahasiswa juga rumah WNI yang ada di Khartoum Sudan.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) sudah memberi imbauan. Karena situasi memburuk, KBRI Khartoum mengimbau WNI untuk terus waspada namun tetap tenang dan berhati-hati.
“Tetap tinggal di rumah dan menjauhi jendela, meningkatkan saling komunikasi, berkumpul bersama di titik-titik aman, tidak berkeliaran, menyiapkan dokumen paspor dan beberapa barang keperluan pribadi dalam satu ransel,” bunyi himbauan KBRI dalam keterangan tertulisnya, Selasa (18/4/2023).
Saat ini status keadaan yang dirilis KBRI adalah “Siaga 2.” Namun jika mencapai “Siaga 1”, WNI akan diungsikan keluar Sudan baik melalui udara, atau darat menuju Mesir, dan darat menuju Jeddah, Arab Saudi.
"Atas nama kemanusiaan, mari perbanyak doa untuk keselamatan saudara-saudara kita di Sudan, khususnya WNI, semoga konflik di Sudan segera berakhir dan damai kembali. Aamiin," demikian bunyi keterangan tertulis KBRI Khartoum.
Sedikitnya 185 orang tewas dan 1.800 lainnya terluka dalam pertempuran selama 3 hari antara faksi-faksi yang bersaing di Sudan. Hal itu diungkapkan perwakilan khusus PBB untuk Sudan, saat Kelompok 7 (G7) menyerukan untuk segera diakhirinya permusuhan.
“Ini adalah situasi yang sangat cair sehingga sangat sulit untuk mengatakan ke mana keseimbangan bergeser,” kata Volker Perthes pada hari Senin tentang kekerasan antara tentara dan pasukan paramiliter yang dipimpin oleh para jenderal yang bersaing seperti dikutip dari Al Jazeera.
Pecahnya kekerasan yang tiba-tiba selama akhir pekan antara dua jenderal tertinggi negara itu, masing-masing didukung oleh puluhan ribu pejuang bersenjata berat, menjebak jutaan orang di rumah mereka atau di mana pun mereka dapat menemukan tempat berlindung, dengan persediaan yang menipis di banyak daerah.
Perebutan kekuasaan mengadu Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, komandan angkatan bersenjata, melawan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, kepala Pasukan Dukungan Cepat (RSF), sebuah kelompok paramiliter. Mantan sekutu bersama-sama mengatur kudeta militer Oktober 2021.
Lihat Juga: Artis K-Pop Dukung Pemakzulan Presiden Korea Selatan dengan Bagikan Makanan ke Demonstran
WNI di Sudan melaporkan bahwa mereka melihat hujan rudal, jet tempur yang wara-wiri saat perang, dan peluru nyasar yang melubangi asrama mahasiswa juga rumah WNI yang ada di Khartoum Sudan.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) sudah memberi imbauan. Karena situasi memburuk, KBRI Khartoum mengimbau WNI untuk terus waspada namun tetap tenang dan berhati-hati.
“Tetap tinggal di rumah dan menjauhi jendela, meningkatkan saling komunikasi, berkumpul bersama di titik-titik aman, tidak berkeliaran, menyiapkan dokumen paspor dan beberapa barang keperluan pribadi dalam satu ransel,” bunyi himbauan KBRI dalam keterangan tertulisnya, Selasa (18/4/2023).
Saat ini status keadaan yang dirilis KBRI adalah “Siaga 2.” Namun jika mencapai “Siaga 1”, WNI akan diungsikan keluar Sudan baik melalui udara, atau darat menuju Mesir, dan darat menuju Jeddah, Arab Saudi.
"Atas nama kemanusiaan, mari perbanyak doa untuk keselamatan saudara-saudara kita di Sudan, khususnya WNI, semoga konflik di Sudan segera berakhir dan damai kembali. Aamiin," demikian bunyi keterangan tertulis KBRI Khartoum.
Sedikitnya 185 orang tewas dan 1.800 lainnya terluka dalam pertempuran selama 3 hari antara faksi-faksi yang bersaing di Sudan. Hal itu diungkapkan perwakilan khusus PBB untuk Sudan, saat Kelompok 7 (G7) menyerukan untuk segera diakhirinya permusuhan.
Baca Juga
“Ini adalah situasi yang sangat cair sehingga sangat sulit untuk mengatakan ke mana keseimbangan bergeser,” kata Volker Perthes pada hari Senin tentang kekerasan antara tentara dan pasukan paramiliter yang dipimpin oleh para jenderal yang bersaing seperti dikutip dari Al Jazeera.
Pecahnya kekerasan yang tiba-tiba selama akhir pekan antara dua jenderal tertinggi negara itu, masing-masing didukung oleh puluhan ribu pejuang bersenjata berat, menjebak jutaan orang di rumah mereka atau di mana pun mereka dapat menemukan tempat berlindung, dengan persediaan yang menipis di banyak daerah.
Perebutan kekuasaan mengadu Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, komandan angkatan bersenjata, melawan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, kepala Pasukan Dukungan Cepat (RSF), sebuah kelompok paramiliter. Mantan sekutu bersama-sama mengatur kudeta militer Oktober 2021.
Lihat Juga: Artis K-Pop Dukung Pemakzulan Presiden Korea Selatan dengan Bagikan Makanan ke Demonstran
(ian)