Sekjen Serukan Reformasi Dewan Keamanan PBB, IMF, dan Bank Dunia

Senin, 20 Juli 2020 - 12:11 WIB
loading...
Sekjen Serukan Reformasi Dewan Keamanan PBB, IMF, dan Bank Dunia
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berbicara saat menjadi pembicara dalam KTT iklim virtual di Berlin, Jerman, beberapa waktu lalu. Foto/Reuters
A A A
NEW YORK - Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menuding kekuatan dunia atau negara-negara maju mengabaikan ketidaksetaraan dalam institusi global. Namun, dia mengungkapkan, pandemi corona justru mampu menciptakan “kesempatan umum” untuk membangun kesetaraan lebih luas dan dunia yang lebih berkelanjutan.

Itu disampaikan Guterres dalam kuliah tahunan Nelson Mandela Foundation melalui internet. Dia menekankan perlunya New Global Deal untuk menjamin kekuasaan, kekayaan, dan kesempatan untuk dibagi secara adil serta lebih luas pada level internasional. (Baca: Deretan Rudal Taiwan Ini Akan Bikin China Berpikir Ulang Lakukan Invasi)

“Negara-negara yang berada di atas selama lebih dari tujuh dekade telah menolak berkontemplasi mereformasi untuk mengubah hubungan kekuasaan di institusi internasional,” ujar Guterres. “Komposisi dan pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB dan dewan Bretton Woods menjadi hal yang menjadi sasaran,” ujarnya.

Sistem Bretton Woods termasuk Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia. Guterres pun menyerukan ketidaksetaraan itu memang harus direformasi. Dia mengungkapkan, pandemi telah mengungkap mereka semua. “Seperti sinar-x, keretakan tulang di masyarakat yang sudah dibangun telah terlihat,” katanya. (Baca juga: Masih Banyak Warga Enrekang Tak Patuh Protokol Kesehatan)

Pandemi, menurut Guterres, telah mengungkap “kekeliruan dan kepalsuan” di mana-mana. “Kebohongan di mana pasar bebas bisa mewujudkan perawatan kesehatan untuk semua, fiksi pekerja perawatan yang tidak dibayar; delusi di mana kita hidup di dunia pos-rasisme, mitos yang menyebutkan bahwa kita berada di kapal yang sama,” ujar mantan Perdana Menteri Portugal berhaluan sosialis.

Guterres mengungkapkan, ketika banyak orang berlayar di lautan yang sama, sebagian orang menggunakan kapal mewah, sedangkan lainnya bergantung pada sampah mengambang. Itu terbukti saat pandemi karena negara kaya gagal mewujudkan dan membantu dunia berkembang. “Pandemi telah menyebabkan tragedi perpecahan antara kepentingan diri dan kepentingan bersama. Kesenjangan besar dalam struktur pemerintahan dan kerangka etik,” ujarnya. (Lihat videonya: Seorang nenek Renta di Banyuasin Digugat Anaknya Sendiri Perihal Warisan)

Perubahan dunia membutuhkan perlindungan sosial baru dengan jaringan keselamatan, termasuk perawatan kesehatan universal dan kesempatan mendapatkan gaji dasar yang sama. “Saat ini adalah waktunya pemimpin dunia memutuskan; akankah kita akan tenggelam ke kekisruhan, perpecahan, dan ketidaksetaraan? Atau kita bergerak ke arah tepat dan bersama-sama menuju kebaikan semuanya,” katanya. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1739 seconds (0.1#10.140)