Tentara Ukraina Selesaikan Pelatihan Penggunaan Peluru Depleted Uranium
loading...
A
A
A
“Ketika penetrator DU menyerang target, mereka pecah dan terbakar, menghasilkan partikulat DU yang beracun dan radioaktif secara kimiawi yang menimbulkan risiko penghirupan bagi manusia," ungkap Doug Weir, seorang ahli dari Observatorium Konflik dan Lingkungan, kepada Declassified UK.
“Ini akan menjadi beban lain bagi Ukraina, dalam konflik yang telah menimbulkan masalah polusi yang serius,” ujar dia.
Weir mengidentifikasi amunisi dalam video MoD sebagai versi tampilan inert dari CHARM3, amunisi DU 120 milimeter yang digunakan militer Inggris.
Kementerian Pertahanan mengatakan kepada wartawan pekan lalu bahwa, "Dampak terhadap kesehatan pribadi dan lingkungan dari penggunaan amunisi depleted uranium kemungkinan kecil."
Dalam artikel yang diterbitkan di Spectator pada Minggu, seorang peneliti di lembaga pemikir Royal United Services Institute (RUSI) yang didanai pemerintah mengakui DU "beracun".
“Tentara Rusia tidak boleh tidur sambil menggendong peluru depleted uranium, atau menjilat ujungnya,” canda Jack Watling.
Dia menambahkan, “Proyektil itu berjalan sekitar 1.800 meter per detik dan terbakar saat terbang akan lebih mengkhawatirkan target apa pun daripada radioaktivitasnya.”
Inggris mengumumkan pekan lalu akan mengirim amunisi DU ke Ukraina bersama dengan tank Challengers.
Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut langkah itu sebagai tanda “kecerobohan mutlak, tidak bertanggung jawab, dan impunitas.”
Militer Rusia tampaknya tidak mengkhawatirkan potensi efek DU dalam pertempuran.
“Ini akan menjadi beban lain bagi Ukraina, dalam konflik yang telah menimbulkan masalah polusi yang serius,” ujar dia.
Weir mengidentifikasi amunisi dalam video MoD sebagai versi tampilan inert dari CHARM3, amunisi DU 120 milimeter yang digunakan militer Inggris.
Kementerian Pertahanan mengatakan kepada wartawan pekan lalu bahwa, "Dampak terhadap kesehatan pribadi dan lingkungan dari penggunaan amunisi depleted uranium kemungkinan kecil."
Dalam artikel yang diterbitkan di Spectator pada Minggu, seorang peneliti di lembaga pemikir Royal United Services Institute (RUSI) yang didanai pemerintah mengakui DU "beracun".
“Tentara Rusia tidak boleh tidur sambil menggendong peluru depleted uranium, atau menjilat ujungnya,” canda Jack Watling.
Dia menambahkan, “Proyektil itu berjalan sekitar 1.800 meter per detik dan terbakar saat terbang akan lebih mengkhawatirkan target apa pun daripada radioaktivitasnya.”
Inggris mengumumkan pekan lalu akan mengirim amunisi DU ke Ukraina bersama dengan tank Challengers.
Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut langkah itu sebagai tanda “kecerobohan mutlak, tidak bertanggung jawab, dan impunitas.”
Militer Rusia tampaknya tidak mengkhawatirkan potensi efek DU dalam pertempuran.