Jenderal Mark Milley: AS Miliki Beberapa Opsi Jika Iran Membuat Bom Nuklir
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Militer Amerika Serikat (AS) memiliki beberapa opsi jika Iran memutuskan untuk mengembangkan bom nuklir . Demikian disampaikan Panglima Militer AS Jenderal Mark Milley kepada Parlemen di Washington, Kamis.
Jenderal Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan AS, mengatakan dalam sidang Komite Alokasi Parlemen bahwa Iran dapat menghasilkan bahan fisil yang cukup untuk senjata nuklir dalam waktu kurang dari dua minggu, setelah itu akan memakan waktu beberapa bulan lagi untuk mengembangkan senjata nuklir.
Pejabat AS lainnya telah menawarkan perkiraan serupa tentang apa yang disebut "waktu pelarian" Iran untuk menghasilkan cukup uranium yang diperkaya untuk satu bom nuklir, yaitu sekitar satu tahun ketika kesepakatan nuklir 2015 berlaku.
Wakil Menteri Pertahanan untuk Kebijakan Colin Kahl mengatakan bulan lalu bahwa Iran akan membutuhkan sekitar 12 hari untuk mengumpulkan bahan fisil senilai satu bom nuklir.
"Amerika Serikat tetap berkomitmen sebagai kebijakan bahwa Iran tidak akan memiliki senjata nuklir," kata Jenderal Milley kepada para anggota Parlemen, seperti dikutip Reuters, Jumat (24/3/2023).
"Kami, militer Amerika Serikat, telah mengembangkan beberapa opsi untuk kepemimpinan nasional kami untuk mempertimbangkan apakah atau kapan Iran memutuskan untuk mengembangkan senjata nuklir yang sebenarnya," ujarnya.
Iran sudah berkali-kali menegaskan bahwa program nuklirnya untuk tujuan damai.
Namun pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), mengatakan bulan lalu bahwa inspekturnya telah mendeteksi partikel uranium yang diperkaya hingga kemurnian 83,7% di situs Fordow—situs bawah tanah di Iran.
Untuk mencapai level senjata, uranium harus diperkaya hingga kemurnian 90%.
Iran secara terbuka telah memperkaya uranium hingga kemurnian 60%, yang dilarang dalam kesepakatan nuklir yang telah runtuh. Kesepakatan nuklir itu hendak dipulihkan oleh Presiden Joe Biden.
Awal bulan ini, Iran setuju untuk meningkatkan akses inspektur IAEA dan memulihkan peralatan pemantauan di situs nuklirnya serta meningkatkan inspeksi sebesar 50% di fasilitas Fordow.
Selama kunjungannya ke Washington pekan lalu, Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi mengatakan dia mengharapkan Iran untuk menindaklanjuti komitmennya.
Sementara itu, pada hari Kamis, pasukan militer Iran menyelesaikan latihan Angkatan Laut bersama dengan China dan Rusia di Teluk Oman yang dipandang sebagai unjuk kekuatan militer utama bagi musuh Barat-nya.
Menurut media China, CCTV, latihan tersebut mencakup pemadaman tembakan langsung dan latihan serangan dengan komunikasi malam hari.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Jenderal Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan AS, mengatakan dalam sidang Komite Alokasi Parlemen bahwa Iran dapat menghasilkan bahan fisil yang cukup untuk senjata nuklir dalam waktu kurang dari dua minggu, setelah itu akan memakan waktu beberapa bulan lagi untuk mengembangkan senjata nuklir.
Pejabat AS lainnya telah menawarkan perkiraan serupa tentang apa yang disebut "waktu pelarian" Iran untuk menghasilkan cukup uranium yang diperkaya untuk satu bom nuklir, yaitu sekitar satu tahun ketika kesepakatan nuklir 2015 berlaku.
Wakil Menteri Pertahanan untuk Kebijakan Colin Kahl mengatakan bulan lalu bahwa Iran akan membutuhkan sekitar 12 hari untuk mengumpulkan bahan fisil senilai satu bom nuklir.
"Amerika Serikat tetap berkomitmen sebagai kebijakan bahwa Iran tidak akan memiliki senjata nuklir," kata Jenderal Milley kepada para anggota Parlemen, seperti dikutip Reuters, Jumat (24/3/2023).
"Kami, militer Amerika Serikat, telah mengembangkan beberapa opsi untuk kepemimpinan nasional kami untuk mempertimbangkan apakah atau kapan Iran memutuskan untuk mengembangkan senjata nuklir yang sebenarnya," ujarnya.
Iran sudah berkali-kali menegaskan bahwa program nuklirnya untuk tujuan damai.
Namun pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), mengatakan bulan lalu bahwa inspekturnya telah mendeteksi partikel uranium yang diperkaya hingga kemurnian 83,7% di situs Fordow—situs bawah tanah di Iran.
Untuk mencapai level senjata, uranium harus diperkaya hingga kemurnian 90%.
Iran secara terbuka telah memperkaya uranium hingga kemurnian 60%, yang dilarang dalam kesepakatan nuklir yang telah runtuh. Kesepakatan nuklir itu hendak dipulihkan oleh Presiden Joe Biden.
Awal bulan ini, Iran setuju untuk meningkatkan akses inspektur IAEA dan memulihkan peralatan pemantauan di situs nuklirnya serta meningkatkan inspeksi sebesar 50% di fasilitas Fordow.
Selama kunjungannya ke Washington pekan lalu, Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi mengatakan dia mengharapkan Iran untuk menindaklanjuti komitmennya.
Sementara itu, pada hari Kamis, pasukan militer Iran menyelesaikan latihan Angkatan Laut bersama dengan China dan Rusia di Teluk Oman yang dipandang sebagai unjuk kekuatan militer utama bagi musuh Barat-nya.
Menurut media China, CCTV, latihan tersebut mencakup pemadaman tembakan langsung dan latihan serangan dengan komunikasi malam hari.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(min)