Geger Gambar Trump Ditangkap dan Putin Dipenjara

Jum'at, 24 Maret 2023 - 06:06 WIB
loading...
A A A
Dalam contoh lain baru-baru ini, pengguna media sosial membagikan gambar sintetik yang diduga menangkap gambar Putin sedang berlutut dan mencium tangan pemimpin China Xi Jinping. Gambar beredar saat presiden Rusia itu menyambut Xi Jinping di Kremlin minggu ini, dengan cepat menjadi meme kasar.

Tidak jelas siapa yang membuat gambar itu atau alat apa yang mereka gunakan, tetapi beberapa petunjuk mengungkap gambar palsu itu. Misalnya, kepala dan sepatu kedua pemimpin sedikit terdistorsi, dan interior ruangan tidak cocok dengan ruangan tempat pertemuan sebenarnya berlangsung.



Dengan gambar sintetik yang semakin sulit dibedakan dari aslinya, cara terbaik untuk memerangi misinformasi visual adalah kesadaran dan pendidikan publik yang lebih baik, kata para ahli.

“Menjadi sangat mudah dan sangat murah untuk membuat gambar-gambar ini sehingga kita harus melakukan apa pun yang kita bisa untuk membuat publik sadar betapa bagusnya teknologi ini,” kata West.

Higgins menyarankan perusahaan media sosial dapat fokus pada pengembangan teknologi untuk mendeteksi gambar yang dihasilkan AI dan mengintegrasikannya ke dalam platform mereka.

Salah satu raksasa media sosial, Twitter, memiliki kebijakan yang melarang media sintetis, yang dimanipulasi, atau di luar konteks yang berpotensi menipu atau merugikan. Anotasi dari Catatan Komunitas, proyek pemeriksaan fakta yang bersumber dari kerumunan Twitter, dilampirkan ke beberapa tweet untuk menyertakan konteks bahwa gambar Trump dihasilkan oleh AI.

Ketika dihubungi untuk memberikan komentar pada hari Kamis, perusahaan berlogo burung itu hanya mengirim email balasan otomatis.

Sementara Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, menolak berkomentar. Beberapa gambar Trump palsu diberi label sebagai "salah" atau "konteks yang hilang" melalui program pemeriksaan fakta pihak ketiga, di mana AP adalah salah satu pesertanya.

Arthur Holland Michel, seorang peneliti di Carnegie Council for Ethics in International Affairs di New York yang fokus pada teknologi baru, mengatakan dia khawatir dunia belum siap menghadapi banjir yang akan datang.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2029 seconds (0.1#10.140)