Pakar Hukum: Pembakaran Al-Quran oleh Militer Ukraina Alat Kebijakan Nazi untuk Menghina

Senin, 20 Maret 2023 - 18:09 WIB
loading...
Pakar Hukum: Pembakaran...
Video viral menunjukkan seorang tentara merobek Al-Quran lalu dibakar. Foto/youtube/b-f
A A A
TEHERAN - Video viral di media sosial memperlihatkan beberapa tentara Ukraina membakar kitab suci Al-Quran yang memicu kemarahan umat Islam. Tindakan itu dituding sebagai salah satu alat khas kebijakan Nazi.

“Insiden baru-baru ini dengan pembakaran Alquran oleh militer Ukraina, di satu sisi, merupakan provokasi, dan di sisi lain, merupakan manifestasi dari perilaku ofensif yang disengaja terhadap pihak lawan,” ungkap pengacara dan pakar hukum Iran Ali Mehrpour Lashkenari kepada Sputnik.

“Ini selalu menjadi salah satu alat kebijakan Nazi: menghina dan mempermalukan musuh. Seseorang dapat mengingat banyak kasus serupa dalam sejarah Jerman dan Italia fasis, ketika taktik ini digunakan secara luas," ujar Ali Mehrpour Lashkenari.



Rekaman yang beredar di media sosial sebelumnya menunjukkan beberapa tentara Ukraina membakar kitab suci umat Islam, Al-Quran.

Berdasarkan Resolusi Nomor 1418 Dewan Hak Asasi Manusia PBB, yang mengutuk setiap tindakan yang ditujukan untuk penghinaan atau diskriminasi atas dasar agama, orang hampir tidak dapat mengharapkan langkah seperti itu dalam kaitannya dengan Angkatan Bersenjata Ukraina, menurut pengacara Iran tersebut.

“Bias politik dan sentimen anti-Rusia tidak mungkin mengizinkan Dewan Hak Asasi Manusia dan lembaga PBB lainnya memasukkan masalah ini ke dalam agenda dan memberikan penilaian yang tepat,” tegas dia.



Pakar lain turut mengecam pembakaran Al-quran itu. “Menggunakan halaman-halaman Al-quran untuk menyalakan api adalah keji dan menjijikkan,” tegas ilmuwan politik Afghanistan Yahya Chawosh.

“Fasis Ukraina dan simpatisan kolaborator Nazi Stepan Bandera, yang berperang melawan Rusia dan rakyatnya, tidak menghindar dari tindakan apa pun. Langkah ini hanya bisa digambarkan sebagai penghinaan, kriminal dan fasis. Insiden tersebut telah membuat marah Muslim Rusia yang berperang di Ukraina, memicu kebencian mereka terhadap Tentara Ukraina. Tindakan militer Ukraina juga memicu kemarahan di Afghanistan,” ungkap ilmuwan politik itu menggarisbawahi.

“Provokasi saat ini yang melibatkan pembakaran Al-quran adalah bagian dari strategi NATO untuk memicu konflik atas dasar etnis dan agama,” ujar ilmuwan politik Turki Mehmet Perincek kepada Sputnik.

"Rezim Kiev dan ideologi neo-Nazinya adalah instrumen di tangan aliansi Atlantik Utara pimpinan AS, yang strateginya didasarkan pada arogansi dan penghinaan terhadap budaya lain, orang lain, agama lain,” papar dia.

Dia menilai otoritas Ukraina saat ini mewarisi pendekatan ideologis. “Kami mengamati permusuhan terhadap karakteristik budaya, etnis dan agama orang-orang di Irak, Afghanistan, Vietnam, Korea, dengan permusuhan yang sama sekarang memanifestasikan dirinya dalam berbagai bentuk di Ukraina," ungkap sejarawan Turki dan doktor ilmu sejarah itu.

Dia menambahkan, insiden pembakaran Alquran harus dianggap sebagai pelajaran bagi semua Muslim di Ukraina, mengungkapkan esensi sebenarnya dari rezim Kiev.

Menurut Mehmet Perincek, peradaban Eurasia kuat dan "memiliki sumber daya yang diperlukan untuk menghancurkan rencana blok Atlantik untuk menciptakan dunia unipolar dan, sebaliknya, membentuk tatanan dunia yang setara dan adil."

“Penodaan Al-quran oleh tentara Ukraina seperti itu merupakan manifestasi dari ideologi Nazi yang dirancang untuk menabur kebencian,” papar analis politik Suriah Osama Dannura.

“Di antara sekutu langsung rezim Ukraina, kami menemukan kelompok-kelompok yang, di bawah panji liberalisme dan kebebasan, melakukan operasi penodaan Kitab Suci. Kami telah menyaksikan ini baik di Denmark dan Swedia, mari kita juga mengingat kartun yang menampilkan Nabi, semua ini merupakan penghinaan terhadap simbol-simbol Islam yang dihormati," ujar Osama Dannura kepada Sputnik.

Dia menambahkan, pemerintah negara-negara NATO menuruti tindakan ini, sambil memompa Angkatan Darat Ukraina dengan senjata.

Otoritas Ukraina, menurut dia, menggunakan agama ketika diperlukan untuk menghasut kebencian, mirip dengan cara Barat bekerja untuk memecah belah orang yang menganut satu agama yang sama, satu gereja, untuk menabur perpecahan dan kebencian.

“Dengan tindakan ini, Tentara Ukraina mewakili intisari kebencian itu sendiri yang dibangun menjadi sebuah ideologi… Ideologi Nazi yang tidak dapat didamaikan dari para prajurit ini terletak pada penghinaan mereka terhadap semua agama lain,” ungkap analis politik Suriah Osama Dannura menyimpulkan.

Pemerintah Ukraina menyangkal video itu sebagai palsu dan menyebutnya sebagai propaganda Rusia.
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1148 seconds (0.1#10.140)