Putin Blakblakan Sebut Barat Musuh, Ungkap Alasan Perang di Ukraina
loading...
A
A
A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin secara terbuka mengatakan Barat bukan lagi mitra, melainkan musuh. Dia juga menyampaikan alasan utama mengapa militer Moskow perlu bertempur di Ukraina .
Dalam pidato di depan para pekerja di sebuah pabrik penerbangan di Buryatia pada hari Selasa, pemimpin Kremlin itu mengatakan apa yang dipertaruhkan di Ukraina adalah keberadaan Rusia sebagai sebuah negara.
Dia memperluas argumennya yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa Barat bertekad untuk memecah Rusia.
"Jadi bagi kami ini bukan tugas geopolitik, tapi tugas untuk mempertahankan kenegaraan Rusia, menciptakan kondisi untuk perkembangan negara dan anak-anak kami di masa depan," kata Putin.
Dia menuduh Barat menggunakan Ukraina sebagai alat untuk mengobarkan perang melawan Rusia.
“Untuk apa yang disebut ‘mitra’ Barat kami—untuk, sebenarnya, musuh kami, kami dapat mengatakannya secara terbuka hari ini—masalahnya adalah tentang meningkatkan sikap geopolitik mereka,” paparnya, menambahkan bahwa situasinya sangat berbeda untuk Moskow.
"Destabilisasi dan penghancuran Rusia telah lama menjadi salah satu tujuan utama musuh negara ini," imbuh dia, mendesak semua orang Rusia untuk menunjukkan persatuan di tengah kesulitan yang sedang berlangsung.
“Untuk mendekatkan perdamaian dan stabilitas, kita tentu perlu menunjukkan konsolidasi masyarakat kita, ketenangan. Ketika musuh melihat bahwa masyarakat kita kuat, sehat secara internal, terkonsolidasi, maka, tanpa keraguan, apa yang kita perjuangkan akan terjadi: kesuksesan dan kemenangan,” paparnya, seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (15/3/2023).
Lebih lanjut, Putin menegaskan bahwa melindungi orang Rusia yang tinggal di Ukraina dari penganiayaan oleh rezim Kiev tetap menjadi tujuan utama Moskow.
Menurutnya, menyusul runtuhnya Uni Soviet, Moskow mencoba membangun hubungan yang solid dan saling menguntungkan dengan Kiev, tetapi upaya itu akhirnya gagal.
“Rusia telah dengan sabar berusaha selama beberapa dekade untuk memperbaiki hubungan dengan negara Ukraina modern, tetapi situasinya berubah pada tahun 2014, ketika kudeta yang didorong oleh Barat terjadi,” katanya.
"Bahkan setelah itu, Moskow menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mencoba menyelesaikan konflik sipil di Donbas Ukraina secara damai."
Dalam pidato di depan para pekerja di sebuah pabrik penerbangan di Buryatia pada hari Selasa, pemimpin Kremlin itu mengatakan apa yang dipertaruhkan di Ukraina adalah keberadaan Rusia sebagai sebuah negara.
Dia memperluas argumennya yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa Barat bertekad untuk memecah Rusia.
"Jadi bagi kami ini bukan tugas geopolitik, tapi tugas untuk mempertahankan kenegaraan Rusia, menciptakan kondisi untuk perkembangan negara dan anak-anak kami di masa depan," kata Putin.
Dia menuduh Barat menggunakan Ukraina sebagai alat untuk mengobarkan perang melawan Rusia.
“Untuk apa yang disebut ‘mitra’ Barat kami—untuk, sebenarnya, musuh kami, kami dapat mengatakannya secara terbuka hari ini—masalahnya adalah tentang meningkatkan sikap geopolitik mereka,” paparnya, menambahkan bahwa situasinya sangat berbeda untuk Moskow.
"Destabilisasi dan penghancuran Rusia telah lama menjadi salah satu tujuan utama musuh negara ini," imbuh dia, mendesak semua orang Rusia untuk menunjukkan persatuan di tengah kesulitan yang sedang berlangsung.
“Untuk mendekatkan perdamaian dan stabilitas, kita tentu perlu menunjukkan konsolidasi masyarakat kita, ketenangan. Ketika musuh melihat bahwa masyarakat kita kuat, sehat secara internal, terkonsolidasi, maka, tanpa keraguan, apa yang kita perjuangkan akan terjadi: kesuksesan dan kemenangan,” paparnya, seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (15/3/2023).
Lebih lanjut, Putin menegaskan bahwa melindungi orang Rusia yang tinggal di Ukraina dari penganiayaan oleh rezim Kiev tetap menjadi tujuan utama Moskow.
Menurutnya, menyusul runtuhnya Uni Soviet, Moskow mencoba membangun hubungan yang solid dan saling menguntungkan dengan Kiev, tetapi upaya itu akhirnya gagal.
“Rusia telah dengan sabar berusaha selama beberapa dekade untuk memperbaiki hubungan dengan negara Ukraina modern, tetapi situasinya berubah pada tahun 2014, ketika kudeta yang didorong oleh Barat terjadi,” katanya.
"Bahkan setelah itu, Moskow menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mencoba menyelesaikan konflik sipil di Donbas Ukraina secara damai."
(min)