Iran dan Arab Saudi Berdamai, Ini Reaksi Israel
loading...
A
A
A
"Ini adalah kegagalan total dan berbahaya kebijakan luar negeri pemerintah Israel,” kata pemimpin oposisi, Yair Lapid, di Twitter.
“Ini adalah runtuhnya tembok pertahanan regional yang mulai kami bangun melawan Iran,” lanjut Lapid, yang sebelumnya menjabat PM Israel.
“Inilah yang terjadi ketika Anda [Netanyahu] sibuk sepanjang hari dengan proyek hukum yang gila alih-alih menangani Iran.”
Seluruh elite politik Israel melihat ancaman eksistensial dalam program nuklir Iran yang kontroversial. Namun Teheran membantah berusaha memperoleh senjata nuklir.
Mantan menteri pertahanan Israel, Benny Gantz, menuduh Netanyahu dan kabinetnya melakukan "kudeta" sementara tantangan keamanan yang sangat besar yang dihadapi oleh Negara Israel meningkat.
Sementara itu mantan perdana menteri sayap kanan Naftali Bennett menyebut kesepakatan normalisasi hubungan Iran dan Arab Saudi sebagai "kemenangan politik bagi Iran". "Itu pukulan fatal bagi upaya membangun koalisi regional untuk melawannya, dan kegagalan luar biasa dari pemerintah Netanyahu," katanya, seperti dikutip AFP, Sabtu (11/3/2023).
Sekadar diketahui, awal permusuhan Iran dan Arab Saudi dimulai pada Januari 2016 ketika Riydh memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran. Itu terjadi setelah pengunjuk rasa menyerbu pos-pos diplomatik Arab Saudi di Iran.
Serangan itu sebagai respons kemarahan setelah Arab Saudi mengeksekusi seorang ulama Muslim Syiah terkemuka, Nimr al-Nimr, atas tuduhan terlibat terorisme.
“Ini adalah runtuhnya tembok pertahanan regional yang mulai kami bangun melawan Iran,” lanjut Lapid, yang sebelumnya menjabat PM Israel.
“Inilah yang terjadi ketika Anda [Netanyahu] sibuk sepanjang hari dengan proyek hukum yang gila alih-alih menangani Iran.”
Seluruh elite politik Israel melihat ancaman eksistensial dalam program nuklir Iran yang kontroversial. Namun Teheran membantah berusaha memperoleh senjata nuklir.
Mantan menteri pertahanan Israel, Benny Gantz, menuduh Netanyahu dan kabinetnya melakukan "kudeta" sementara tantangan keamanan yang sangat besar yang dihadapi oleh Negara Israel meningkat.
Sementara itu mantan perdana menteri sayap kanan Naftali Bennett menyebut kesepakatan normalisasi hubungan Iran dan Arab Saudi sebagai "kemenangan politik bagi Iran". "Itu pukulan fatal bagi upaya membangun koalisi regional untuk melawannya, dan kegagalan luar biasa dari pemerintah Netanyahu," katanya, seperti dikutip AFP, Sabtu (11/3/2023).
Sekadar diketahui, awal permusuhan Iran dan Arab Saudi dimulai pada Januari 2016 ketika Riydh memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran. Itu terjadi setelah pengunjuk rasa menyerbu pos-pos diplomatik Arab Saudi di Iran.
Serangan itu sebagai respons kemarahan setelah Arab Saudi mengeksekusi seorang ulama Muslim Syiah terkemuka, Nimr al-Nimr, atas tuduhan terlibat terorisme.
(min)