Iran dan Arab Saudi Berdamai, Ini Reaksi Israel
loading...
A
A
A
RIYADH - Iran dan Arab Saudi sepakat berdamai dan memulihkan hubungan diplomatik setelah tujuh tahun bermusuhan. Negara-negara Arab dan dunia Muslim senang dengan pemulihan hubungan kedua negara itu, namun para politisi Israel menunjukkan ketidaksukaan.
Dalam kesepakatan yang ditengahi China, Teheran dan Riyadh akan membuka kembali kedutaan masing-masing dalam waktu dua bulan. Kesepakatan itu tercapai setelah pembicaraan kedua pihak yang diadakan di Ibu Kota China, Beijing.
“Sebagai hasil dari pembicaraan tersebut, Iran dan Arab Saudi setuju untuk melanjutkan hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan dalam waktu dua bulan,” tulis kantor berita Iran, IRNA.
Media pemerintah Iran tersebut mem-posting foto dan video pertemuan di China. Itu menunjukkan Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Iran Ali Shamkhani bersama Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaad bin Mohammed al-Aiban dan diplomat senior China Wang Yi.
"Setelah pelaksanaan keputusan, menteri luar negeri kedua negara akan bertemu untuk mempersiapkan pertukaran duta besar," bunyi siaran televisi pemerintah Iran.
Saudi Press Agency (SPA) mengonfirmasi perjanjian tersebut ketika juga menerbitkan pernyataan bersama dari Arab Saudi dan Iran, yang mengatakan bahwa kedua negara telah sepakat untuk menghormati kedaulatan negara dan tidak saling mencampuri urusan dalam negeri masing-masing.
Pemerintah Israel di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu belum berkomentar atas pemulihan hubungan diplomatik Iran dan Arab Saudi.
Namun para politisi Zionis, terutama kubu oposisi, menyebut normalisasi hubungan Teheran dan Riyadh merupakan kegagalan kebijakan luar negeri oleh PM Netanyahu.
Mereka mengatakan Netanyahu telah mengabaikan hubungan eksternal negara untuk fokus pada reformasi peradilan domestik, sebuah proyek yang telah memecah belah negara dan membawa puluhan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan menentang apa yang mereka lihat sebagai ancaman terhadap demokrasi.
"Ini adalah kegagalan total dan berbahaya kebijakan luar negeri pemerintah Israel,” kata pemimpin oposisi, Yair Lapid, di Twitter.
“Ini adalah runtuhnya tembok pertahanan regional yang mulai kami bangun melawan Iran,” lanjut Lapid, yang sebelumnya menjabat PM Israel.
“Inilah yang terjadi ketika Anda [Netanyahu] sibuk sepanjang hari dengan proyek hukum yang gila alih-alih menangani Iran.”
Seluruh elite politik Israel melihat ancaman eksistensial dalam program nuklir Iran yang kontroversial. Namun Teheran membantah berusaha memperoleh senjata nuklir.
Mantan menteri pertahanan Israel, Benny Gantz, menuduh Netanyahu dan kabinetnya melakukan "kudeta" sementara tantangan keamanan yang sangat besar yang dihadapi oleh Negara Israel meningkat.
Sementara itu mantan perdana menteri sayap kanan Naftali Bennett menyebut kesepakatan normalisasi hubungan Iran dan Arab Saudi sebagai "kemenangan politik bagi Iran". "Itu pukulan fatal bagi upaya membangun koalisi regional untuk melawannya, dan kegagalan luar biasa dari pemerintah Netanyahu," katanya, seperti dikutip AFP, Sabtu (11/3/2023).
Sekadar diketahui, awal permusuhan Iran dan Arab Saudi dimulai pada Januari 2016 ketika Riydh memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran. Itu terjadi setelah pengunjuk rasa menyerbu pos-pos diplomatik Arab Saudi di Iran.
Serangan itu sebagai respons kemarahan setelah Arab Saudi mengeksekusi seorang ulama Muslim Syiah terkemuka, Nimr al-Nimr, atas tuduhan terlibat terorisme.
Lihat Juga: Senator AS Ancam Tindakan Militer terhadap ICC setelah Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu
Dalam kesepakatan yang ditengahi China, Teheran dan Riyadh akan membuka kembali kedutaan masing-masing dalam waktu dua bulan. Kesepakatan itu tercapai setelah pembicaraan kedua pihak yang diadakan di Ibu Kota China, Beijing.
“Sebagai hasil dari pembicaraan tersebut, Iran dan Arab Saudi setuju untuk melanjutkan hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan dalam waktu dua bulan,” tulis kantor berita Iran, IRNA.
Media pemerintah Iran tersebut mem-posting foto dan video pertemuan di China. Itu menunjukkan Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Iran Ali Shamkhani bersama Penasihat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaad bin Mohammed al-Aiban dan diplomat senior China Wang Yi.
"Setelah pelaksanaan keputusan, menteri luar negeri kedua negara akan bertemu untuk mempersiapkan pertukaran duta besar," bunyi siaran televisi pemerintah Iran.
Saudi Press Agency (SPA) mengonfirmasi perjanjian tersebut ketika juga menerbitkan pernyataan bersama dari Arab Saudi dan Iran, yang mengatakan bahwa kedua negara telah sepakat untuk menghormati kedaulatan negara dan tidak saling mencampuri urusan dalam negeri masing-masing.
Pemerintah Israel di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu belum berkomentar atas pemulihan hubungan diplomatik Iran dan Arab Saudi.
Namun para politisi Zionis, terutama kubu oposisi, menyebut normalisasi hubungan Teheran dan Riyadh merupakan kegagalan kebijakan luar negeri oleh PM Netanyahu.
Mereka mengatakan Netanyahu telah mengabaikan hubungan eksternal negara untuk fokus pada reformasi peradilan domestik, sebuah proyek yang telah memecah belah negara dan membawa puluhan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan menentang apa yang mereka lihat sebagai ancaman terhadap demokrasi.
"Ini adalah kegagalan total dan berbahaya kebijakan luar negeri pemerintah Israel,” kata pemimpin oposisi, Yair Lapid, di Twitter.
“Ini adalah runtuhnya tembok pertahanan regional yang mulai kami bangun melawan Iran,” lanjut Lapid, yang sebelumnya menjabat PM Israel.
“Inilah yang terjadi ketika Anda [Netanyahu] sibuk sepanjang hari dengan proyek hukum yang gila alih-alih menangani Iran.”
Seluruh elite politik Israel melihat ancaman eksistensial dalam program nuklir Iran yang kontroversial. Namun Teheran membantah berusaha memperoleh senjata nuklir.
Mantan menteri pertahanan Israel, Benny Gantz, menuduh Netanyahu dan kabinetnya melakukan "kudeta" sementara tantangan keamanan yang sangat besar yang dihadapi oleh Negara Israel meningkat.
Sementara itu mantan perdana menteri sayap kanan Naftali Bennett menyebut kesepakatan normalisasi hubungan Iran dan Arab Saudi sebagai "kemenangan politik bagi Iran". "Itu pukulan fatal bagi upaya membangun koalisi regional untuk melawannya, dan kegagalan luar biasa dari pemerintah Netanyahu," katanya, seperti dikutip AFP, Sabtu (11/3/2023).
Sekadar diketahui, awal permusuhan Iran dan Arab Saudi dimulai pada Januari 2016 ketika Riydh memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran. Itu terjadi setelah pengunjuk rasa menyerbu pos-pos diplomatik Arab Saudi di Iran.
Serangan itu sebagai respons kemarahan setelah Arab Saudi mengeksekusi seorang ulama Muslim Syiah terkemuka, Nimr al-Nimr, atas tuduhan terlibat terorisme.
Lihat Juga: Senator AS Ancam Tindakan Militer terhadap ICC setelah Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu
(min)