Miliarder AS Thomas Lee Bunuh Diri di Kantornya dengan Tembakan di Kepala
loading...
A
A
A
MANHATTAN - Miliarder Amerika Serikat (AS) Thomas Lee, yang dianggap sebagai pelopor investasi ekuitas swasta, tewas karena bunuh diri di kantornya di Manahttan.
Menurut polisi, miliarder berusia 78 tahun itu bunuh diri dengan tembakan pada hari Kamis waktu setempat.
Lee ditemukan tewas di kantornya di Fifth Avenue Manhattan, markas besar perusahaan investasinya, pada Kamis pagi sekitar pukul 11.10 waktu setempat ketika polisi menanggapi panggilan darurat 911.
Mengutip laporan New York Post, Sabtu (25/2/2023), Lee meninggal karena luka tembak di kepala yang dilakukan sendiri dan upaya menyelamatkan nyawanya tidak berhasil.
Dia ditemukan tergeletak di lantai kamar mandi di kantornya oleh seorang asisten wanita. Asistem tersebut pergi mencarinya karena dia belum mendengar kabar darinya sejak pagi.
Selanjutnya, responden pertama menemukan Lee berbaring miring dengan luka tembak di kepala.
Menurut laporan Fox News, teman keluarga Thomas Lee dan juru bicaranya, Michael Sitrick, mengonfirmasi kematian sang miliarder dalam sebuah pernyataan.
"Keluarga sangat sedih dengan kematian Tom. Sementara dunia mengenalnya sebagai salah satu pelopor dalam bisnis ekuitas swasta dan seorang pengusaha sukses, kami mengenalnya sebagai suami, ayah, kakek, saudara kandung, teman, dan dermawan yang berbakti yang selalu mengutamakan kebutuhan orang lain di atas kebutuhannya sendiri," bunyi pernyataan tersebut.
Thomas Lee adalah Founder dan Chairman dari Lee Equity, yang didirikannya pada tahun 2006 dan sebelumnya menjabat sebagai Chairman dan CEO Thomas H. Lee Partners, yang didirikannya pada tahun 1974.
The Lincoln Center, Museum of Modern Art, Brandeis University, Harvard University dan Museum of Jewish Heritage termasuk di antara institusi yang dia layani sebagai wali amanat dan dermawan.
Selama 46 tahun terakhir, miliarder itu bertanggung jawab untuk menginvestasikan lebih dari USD15 miliar dalam ratusan kesepakatan, termasuk pembelian dan kemudian penjualan merek-merek terkenal seperti Warner Music dan Snapple Beverages.
Kabarnya, dia adalah salah satu pemodal pertama yang membeli bisnis menggunakan uang pinjaman terhadap entitas bisnis. Sekarang disebut sebagai "leveraged buyout".
Polisi maupun pihak keluarga belum mengungkap penyebab sang miliarder mengakhiri hidup dengan bunuh diri di kantornya.
Menurut polisi, miliarder berusia 78 tahun itu bunuh diri dengan tembakan pada hari Kamis waktu setempat.
Lee ditemukan tewas di kantornya di Fifth Avenue Manhattan, markas besar perusahaan investasinya, pada Kamis pagi sekitar pukul 11.10 waktu setempat ketika polisi menanggapi panggilan darurat 911.
Mengutip laporan New York Post, Sabtu (25/2/2023), Lee meninggal karena luka tembak di kepala yang dilakukan sendiri dan upaya menyelamatkan nyawanya tidak berhasil.
Dia ditemukan tergeletak di lantai kamar mandi di kantornya oleh seorang asisten wanita. Asistem tersebut pergi mencarinya karena dia belum mendengar kabar darinya sejak pagi.
Selanjutnya, responden pertama menemukan Lee berbaring miring dengan luka tembak di kepala.
Menurut laporan Fox News, teman keluarga Thomas Lee dan juru bicaranya, Michael Sitrick, mengonfirmasi kematian sang miliarder dalam sebuah pernyataan.
"Keluarga sangat sedih dengan kematian Tom. Sementara dunia mengenalnya sebagai salah satu pelopor dalam bisnis ekuitas swasta dan seorang pengusaha sukses, kami mengenalnya sebagai suami, ayah, kakek, saudara kandung, teman, dan dermawan yang berbakti yang selalu mengutamakan kebutuhan orang lain di atas kebutuhannya sendiri," bunyi pernyataan tersebut.
Thomas Lee adalah Founder dan Chairman dari Lee Equity, yang didirikannya pada tahun 2006 dan sebelumnya menjabat sebagai Chairman dan CEO Thomas H. Lee Partners, yang didirikannya pada tahun 1974.
The Lincoln Center, Museum of Modern Art, Brandeis University, Harvard University dan Museum of Jewish Heritage termasuk di antara institusi yang dia layani sebagai wali amanat dan dermawan.
Selama 46 tahun terakhir, miliarder itu bertanggung jawab untuk menginvestasikan lebih dari USD15 miliar dalam ratusan kesepakatan, termasuk pembelian dan kemudian penjualan merek-merek terkenal seperti Warner Music dan Snapple Beverages.
Kabarnya, dia adalah salah satu pemodal pertama yang membeli bisnis menggunakan uang pinjaman terhadap entitas bisnis. Sekarang disebut sebagai "leveraged buyout".
Polisi maupun pihak keluarga belum mengungkap penyebab sang miliarder mengakhiri hidup dengan bunuh diri di kantornya.
(min)