Ribuan Orang Ingin Adopsi Bayi Baru Lahir Korban Gempa Turki-Suriah
loading...
A
A
A
DAMASKUS - Ribuan orang telah menawarkan diri untuk mengadopsi bayi perempuan yang baru lahir yang dikeluarkan dari puing-puing bangunan yang runtuh di Suriah barat akibat gempa dahsyat pada Senin lalu.
Saat diselamatkan, bayi yang diberinama Aya itu - artinya keajaiban dalam bahasa Arab - masih terhubung dengan tali pusar ibunya. Ia menjadi satu-satunya yang selamat dari keluarganya. Ibu, ayah, dan keempat saudara kandungnya meninggal setelah gempa melanda kota Jindayris.
Aya saat ini masih dirawat di rumah sakit.
"Dia tiba pada hari Senin dalam keadaan yang sangat buruk, dia mengalami benjolan, memar, dia kedinginan dan hampir tidak bernapas," kata Hani Marouf, dokter anak yang merawatnya seperti dikutip dari BBC, Jumat (10/2/2023).
Dia sekarang dalam kondisi stabil.
Video penyelamatan Aya viral di media sosial. Rekaman menunjukkan seorang pria berlari dari puing-puing bangunan yang runtuh, menggendong tubuh mungilnya yang tertutup debu.
Khalil al-Suwadi, seorang kerabat jauh Aya, yang ada di sana ketika dia ditarik ke tempat aman, membawa bayi yang baru lahir itu ke Dr Marouf di kota Afrin, Suriah.
Ribuan orang di media sosial kini meminta detail persyaratan untuk mengadopsinya.
"Saya ingin mengadopsi dia dan memberinya kehidupan yang layak," kata seseorang.
Seorang penyiar TV Kuwait berkata: "Saya siap merawat dan mengadopsi anak ini...jika prosedur hukum mengizinkan saya."
Manajer rumah sakit, Khalid Attiah, mengatakan dia telah menerima puluhan telepon dari orang-orang di seluruh dunia yang ingin mengadopsi Aya.
Dr Attiah, yang memiliki anak perempuan yang hanya empat bulan lebih tua darinya, berkata: "Saya tidak akan mengizinkan siapa pun untuk mengadopsinya sekarang. Sampai keluarga jauhnya kembali, saya memperlakukannya seperti keluarga saya sendiri."
Untuk saat ini, istrinya sedang menyusui Aya bersama putri mereka sendiri.
Di kota asal Aya, Jindayris, orang-orang telah mencari orang-orang terkasih mereka di bangunan yang runtuh.
"Situasinya adalah bencana. Ada begitu banyak orang di bawah reruntuhan. Masih ada orang yang belum kami keluarkan," ungkap seorang jurnalis yang berada di sana, Mohammed al-Adnan, kepada BBC.
Dia memperkirakan 90% kota telah hancur dan sebagian besar bantuan sejauh ini datang dari penduduk setempat.
Tim penyelamat dari organisasi White Helmets, yang terbiasa menarik orang keluar dari reruntuhan selama lebih dari satu dekade selama perang sipil Suriah, telah membantu di Jindayris.
"Penyelamat juga bisa menjadi korban karena bangunannya tidak stabil," kata Mohammed al-Kamel.
"Kami baru saja mengeluarkan tiga mayat dari puing-puing ini dan kami pikir ada keluarga di sana yang masih hidup - kami akan terus bekerja," katanya.
Di Suriah, lebih dari 3.000 korban tewas telah dilaporkan setelah gempa.
Angka ini tidak termasuk mereka yang meninggal di wilayah yang dikuasai oposisi di negara itu.
Saat diselamatkan, bayi yang diberinama Aya itu - artinya keajaiban dalam bahasa Arab - masih terhubung dengan tali pusar ibunya. Ia menjadi satu-satunya yang selamat dari keluarganya. Ibu, ayah, dan keempat saudara kandungnya meninggal setelah gempa melanda kota Jindayris.
Aya saat ini masih dirawat di rumah sakit.
"Dia tiba pada hari Senin dalam keadaan yang sangat buruk, dia mengalami benjolan, memar, dia kedinginan dan hampir tidak bernapas," kata Hani Marouf, dokter anak yang merawatnya seperti dikutip dari BBC, Jumat (10/2/2023).
Dia sekarang dalam kondisi stabil.
Video penyelamatan Aya viral di media sosial. Rekaman menunjukkan seorang pria berlari dari puing-puing bangunan yang runtuh, menggendong tubuh mungilnya yang tertutup debu.
Khalil al-Suwadi, seorang kerabat jauh Aya, yang ada di sana ketika dia ditarik ke tempat aman, membawa bayi yang baru lahir itu ke Dr Marouf di kota Afrin, Suriah.
Ribuan orang di media sosial kini meminta detail persyaratan untuk mengadopsinya.
"Saya ingin mengadopsi dia dan memberinya kehidupan yang layak," kata seseorang.
Seorang penyiar TV Kuwait berkata: "Saya siap merawat dan mengadopsi anak ini...jika prosedur hukum mengizinkan saya."
Manajer rumah sakit, Khalid Attiah, mengatakan dia telah menerima puluhan telepon dari orang-orang di seluruh dunia yang ingin mengadopsi Aya.
Dr Attiah, yang memiliki anak perempuan yang hanya empat bulan lebih tua darinya, berkata: "Saya tidak akan mengizinkan siapa pun untuk mengadopsinya sekarang. Sampai keluarga jauhnya kembali, saya memperlakukannya seperti keluarga saya sendiri."
Untuk saat ini, istrinya sedang menyusui Aya bersama putri mereka sendiri.
Di kota asal Aya, Jindayris, orang-orang telah mencari orang-orang terkasih mereka di bangunan yang runtuh.
"Situasinya adalah bencana. Ada begitu banyak orang di bawah reruntuhan. Masih ada orang yang belum kami keluarkan," ungkap seorang jurnalis yang berada di sana, Mohammed al-Adnan, kepada BBC.
Dia memperkirakan 90% kota telah hancur dan sebagian besar bantuan sejauh ini datang dari penduduk setempat.
Tim penyelamat dari organisasi White Helmets, yang terbiasa menarik orang keluar dari reruntuhan selama lebih dari satu dekade selama perang sipil Suriah, telah membantu di Jindayris.
"Penyelamat juga bisa menjadi korban karena bangunannya tidak stabil," kata Mohammed al-Kamel.
"Kami baru saja mengeluarkan tiga mayat dari puing-puing ini dan kami pikir ada keluarga di sana yang masih hidup - kami akan terus bekerja," katanya.
Di Suriah, lebih dari 3.000 korban tewas telah dilaporkan setelah gempa.
Angka ini tidak termasuk mereka yang meninggal di wilayah yang dikuasai oposisi di negara itu.
(ian)