Biden Sebut Xi Jinping Hadapi Masalah Besar, China Marah
loading...
A
A
A
BEIJING - Beijing marah dan mengecam komentar Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bahwa Presiden China Xi Jinping menghadapi masalah besar.
Salvo retoris terbaru antara Washington dan Beijing ini terjadi setelah jet tempur siluman F-22 Raptor Amerika menembak jatuh balon China pekan lalu, yang menurut Washington adalah bagian dari armada mata-mata Beijing yang mencakup lima benua.
Pemerintah China pada Kamis (9/2/2023) mengatakan bahwa pihaknya telah menolak tawaran pembicaran telepon dengan kepala pertahanan AS karena keputusan "tidak bertanggung jawab" Washington untuk menembak jatuh sebuah balon yang disebut AS sebagai kendaraan mata-mata.
"Pendekatan yang tidak bertanggung jawab dan sangat keliru oleh AS ini tidak menciptakan suasana yang tepat untuk dialog dan pertukaran antara kedua militer," kata Kementerian Pertahanan China dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip AFP.
Ketegangan kedua negara sempat mereda singkat setelah pertemuan G-20 November lalu antara Biden dan Xi Jinping. Namun ketegangan AS-China memanas lagi, di mana Menteri Luar Negeri Antony Blinken pekan lalu membatalkan kunjungan ke Beijing karena balon China terbang di atas daratan Amerika.
AS menuduh balon China di ketinggian sangat tinggi—yang melintasi langsung setidaknya satu situs militer AS yang sensitif—dimaksudkan untuk spionase.
China dengan marah membantah klaim tersebut, dengan alasan itu adalah pesawat pengamat cuaca yang kesasar.
Pada hari Rabu, Washington mengatakan balon itu adalah bagian dari "armada mata-mata", menambahkan bahwa mereka telah terlihat di seluruh dunia selama beberapa tahun dan mendesak sekutu untuk meningkatkan kewaspadaan.
Dalam sebuah wawancara dengan PBS NewsHour pada hari yang sama, Biden membela keputusan untuk menembak jatuh balon China dan menekankan bahwa AS tidak mencari konflik dengan China.
Salvo retoris terbaru antara Washington dan Beijing ini terjadi setelah jet tempur siluman F-22 Raptor Amerika menembak jatuh balon China pekan lalu, yang menurut Washington adalah bagian dari armada mata-mata Beijing yang mencakup lima benua.
Pemerintah China pada Kamis (9/2/2023) mengatakan bahwa pihaknya telah menolak tawaran pembicaran telepon dengan kepala pertahanan AS karena keputusan "tidak bertanggung jawab" Washington untuk menembak jatuh sebuah balon yang disebut AS sebagai kendaraan mata-mata.
"Pendekatan yang tidak bertanggung jawab dan sangat keliru oleh AS ini tidak menciptakan suasana yang tepat untuk dialog dan pertukaran antara kedua militer," kata Kementerian Pertahanan China dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip AFP.
Ketegangan kedua negara sempat mereda singkat setelah pertemuan G-20 November lalu antara Biden dan Xi Jinping. Namun ketegangan AS-China memanas lagi, di mana Menteri Luar Negeri Antony Blinken pekan lalu membatalkan kunjungan ke Beijing karena balon China terbang di atas daratan Amerika.
AS menuduh balon China di ketinggian sangat tinggi—yang melintasi langsung setidaknya satu situs militer AS yang sensitif—dimaksudkan untuk spionase.
China dengan marah membantah klaim tersebut, dengan alasan itu adalah pesawat pengamat cuaca yang kesasar.
Pada hari Rabu, Washington mengatakan balon itu adalah bagian dari "armada mata-mata", menambahkan bahwa mereka telah terlihat di seluruh dunia selama beberapa tahun dan mendesak sekutu untuk meningkatkan kewaspadaan.
Dalam sebuah wawancara dengan PBS NewsHour pada hari yang sama, Biden membela keputusan untuk menembak jatuh balon China dan menekankan bahwa AS tidak mencari konflik dengan China.