Korban Tewas Gempa Bumi Turki-Suriah Naik Signifikan, Capai 11 Ribu Lebih
loading...
A
A
A
ANKARA - Jumlah korban gempa bumi dahsyat yang melanda Turki dan Suriah terus bertambah, dengan hitungan terbaru mencapai lebih dari 11.200 jiwa. Sementara itu, tim penyelamat berlomba untuk menyelamatkan korban yang terjebak di bawah puing-puing di tengah musim dingin yang dingin.
Para pejabat dan petugas medis mengatakan 8.574 orang tewas di Turki dan 2.662 di Suriah akibat gempa berkekuatan 7,8 skala Richter pada Senin lalu, sehingga totalnya menjadi 11.236.
Ketika skala bencana menjadi semakin jelas, jumlah korban tewas tampaknya akan meningkat secara signifikan. Seorang pejabat PBB mengatakan ribuan anak mungkin telah meninggal.
Gempa berkekuatan 7,8 pada Senin, yang kemudian diikuti gempa kedua yang hampir sama kuatnya beberapa jam kemudian, meruntuhkan ribuan bangunan termasuk rumah sakit, sekolah dan blok apartemen. Gempa bumi juga melukai puluhan ribu orang, dan menyebabkan banyak orang kehilangan tempat tinggal di Turki dan Suriah utara.
“Bahkan tidak ada satu orang pun di sini. Kami berada di bawah salju, tanpa rumah, tanpa apapun,” kata Murat Alinak, yang rumahnya di Malatya telah runtuh dan kerabatnya hilang.
"Apa yang harus saya lakukan, ke mana saya bisa pergi?" tanyanya seperti dikutip dari Al Arabiya, Kamis (9/2/2023).
Petugas penyelamat berjuang untuk mencapai beberapa daerah yang paling parah, tertahan oleh jalan yang hancur, cuaca buruk dan kurangnya sumber daya dan alat berat. Beberapa daerah tanpa bahan bakar dan listrik.
Dengan sedikit bantuan langsung, penduduk menyingkirkan puing-puing bangunan, kadang-kadang bahkan tanpa alat-alat dalam pencarian putus asa untuk korban selamat.
Pejabat bantuan menyuarakan keprihatinan khusus tentang situasi di Suriah, yang telah dilanda krisis kemanusiaan setelah hampir 12 tahun perang saudara.
Otoritas Turki mengatakan sekitar 13,5 juta orang terkena dampak di wilayah yang membentang sekitar 450 km dari Adana di barat hingga Diyarbakir di timur, dan 300 km dari Malatya di utara hingga Hatay di selatan.
Sedangkan otoritas Suriah telah melaporkan kematian korban gempa di selatan Hama, sekitar 250 km dari pusat gempa.
“Sekarang berpacu dengan waktu,” kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa.
“Setiap menit, setiap jam berlalu, kemungkinan menemukan orang yang selamat semakin berkurang,” imbuhnya.
Di seluruh wilayah yang terdampak gempa, tim penyelamat bekerja keras siang dan malam saat orang-orang menunggu dengan kesedihan di antara tumpukan puing yang menempel dengan harapan bahwa teman, kerabat, dan tetangga dapat ditemukan dalam keadaan hidup.
Di Antakya, ibu kota provinsi Hatay yang berbatasan dengan Suriah, tim penyelamat sangat sedikit di lapangan dan penduduk menyingkirkan sendiri puing-puing bangunan. Orang-orang memohon helm, palu, batang besi dan tali.
Lebih dari 12.000 personel tim pencari dan penyelamat Turki bekerja di daerah yang terkena dampak, bersama dengan 9.000 tentara. Lebih dari 70 negara menawarkan tim penyelamat dan bantuan lainnya.
Tapi skala besar dari bencana itu menakutkan.
“Wilayahnya sangat besar. Saya belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya,” kata Johannes Gust, dari dinas pemadam kebakaran dan penyelamat Jerman, saat dia memuat peralatan ke sebuah truk di bandara Adana.
Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki mengatakan 5.775 bangunan telah hancur akibat gempa dan 20.426 orang terluka.
Dua tim Badan Pembangunan Internasional AS dengan masing-masing 80 orang dan 12 anjing akan tiba pada Rabu pagi di Turki dan menuju ke provinsi tenggara Adiyaman untuk fokus pada pencarian dan penyelamatan perkotaan.
Juru bicara UNICEF James Elder mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa gempa tersebut “mungkin telah membunuh ribuan anak.”
Para pejabat dan petugas medis mengatakan 8.574 orang tewas di Turki dan 2.662 di Suriah akibat gempa berkekuatan 7,8 skala Richter pada Senin lalu, sehingga totalnya menjadi 11.236.
Ketika skala bencana menjadi semakin jelas, jumlah korban tewas tampaknya akan meningkat secara signifikan. Seorang pejabat PBB mengatakan ribuan anak mungkin telah meninggal.
Gempa berkekuatan 7,8 pada Senin, yang kemudian diikuti gempa kedua yang hampir sama kuatnya beberapa jam kemudian, meruntuhkan ribuan bangunan termasuk rumah sakit, sekolah dan blok apartemen. Gempa bumi juga melukai puluhan ribu orang, dan menyebabkan banyak orang kehilangan tempat tinggal di Turki dan Suriah utara.
“Bahkan tidak ada satu orang pun di sini. Kami berada di bawah salju, tanpa rumah, tanpa apapun,” kata Murat Alinak, yang rumahnya di Malatya telah runtuh dan kerabatnya hilang.
"Apa yang harus saya lakukan, ke mana saya bisa pergi?" tanyanya seperti dikutip dari Al Arabiya, Kamis (9/2/2023).
Petugas penyelamat berjuang untuk mencapai beberapa daerah yang paling parah, tertahan oleh jalan yang hancur, cuaca buruk dan kurangnya sumber daya dan alat berat. Beberapa daerah tanpa bahan bakar dan listrik.
Dengan sedikit bantuan langsung, penduduk menyingkirkan puing-puing bangunan, kadang-kadang bahkan tanpa alat-alat dalam pencarian putus asa untuk korban selamat.
Pejabat bantuan menyuarakan keprihatinan khusus tentang situasi di Suriah, yang telah dilanda krisis kemanusiaan setelah hampir 12 tahun perang saudara.
Otoritas Turki mengatakan sekitar 13,5 juta orang terkena dampak di wilayah yang membentang sekitar 450 km dari Adana di barat hingga Diyarbakir di timur, dan 300 km dari Malatya di utara hingga Hatay di selatan.
Sedangkan otoritas Suriah telah melaporkan kematian korban gempa di selatan Hama, sekitar 250 km dari pusat gempa.
“Sekarang berpacu dengan waktu,” kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa.
“Setiap menit, setiap jam berlalu, kemungkinan menemukan orang yang selamat semakin berkurang,” imbuhnya.
Di seluruh wilayah yang terdampak gempa, tim penyelamat bekerja keras siang dan malam saat orang-orang menunggu dengan kesedihan di antara tumpukan puing yang menempel dengan harapan bahwa teman, kerabat, dan tetangga dapat ditemukan dalam keadaan hidup.
Di Antakya, ibu kota provinsi Hatay yang berbatasan dengan Suriah, tim penyelamat sangat sedikit di lapangan dan penduduk menyingkirkan sendiri puing-puing bangunan. Orang-orang memohon helm, palu, batang besi dan tali.
Lebih dari 12.000 personel tim pencari dan penyelamat Turki bekerja di daerah yang terkena dampak, bersama dengan 9.000 tentara. Lebih dari 70 negara menawarkan tim penyelamat dan bantuan lainnya.
Tapi skala besar dari bencana itu menakutkan.
“Wilayahnya sangat besar. Saya belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya,” kata Johannes Gust, dari dinas pemadam kebakaran dan penyelamat Jerman, saat dia memuat peralatan ke sebuah truk di bandara Adana.
Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki mengatakan 5.775 bangunan telah hancur akibat gempa dan 20.426 orang terluka.
Dua tim Badan Pembangunan Internasional AS dengan masing-masing 80 orang dan 12 anjing akan tiba pada Rabu pagi di Turki dan menuju ke provinsi tenggara Adiyaman untuk fokus pada pencarian dan penyelamatan perkotaan.
Juru bicara UNICEF James Elder mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa gempa tersebut “mungkin telah membunuh ribuan anak.”
(ian)