Giliran Rusia Sangkal Laporan Biden Tawari Putin Seperlima Wilayah Ukraina
loading...
A
A
A
MOSKOW - Kremlin menyangkal laporan surat kabar Eropa yang mengeklaim bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menawarkan Presiden Rusia Vladimir Putin seperlima wilayah Ukraina untuk mengakhiri perang.
"Itu desas-desus," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov ketika ditanya oleh media tentang laporan tersebut, sebagaimana dilansir dari kantor berita TASS, Sabtu (4/2/2023).
Pada hari Kamis, surat kabar Swiss-Jerman; Neue ZĂĽrcher Zeitung (NZZ), melaporkan bahwa Direktur CIA William Burns telah melakukan perjalanan ke Moskow dengan proposal perdamaian dari Biden yang akan membuat Ukraina menyerahkan 20 persen wilayahnya ke Rusia.
Laporan itu mengikuti sebuah artikel The Washington Post bulan lalu yang mengatakan Burns baru-baru ini bertemu secara rahasia dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kiev, Ukraina.
Namun, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Sean Savett sebelumnya mengatakan kepada Newsweek bahwa laporan dari NZZ tidak akurat.
Seorang pejabat CIA juga menyebut informasi itu "sama sekali tidak benar".
Ketika ditanya pertanyaan lain pada hari Jumat tentang apakah Burns bertemu atau tidak dengan Putin di Moskow bulan lalu, Peskov menjawab: "Pada bulan Januari? Semua berita ini adalah desas-desus."
Laporan NZZ muncul ketika para pejabat Rusia baru-baru ini mengatakan bahwa negosiasi apa pun untuk perdamaian dengan Ukraina pada saat ini tampaknya tidak mungkin dilakukan.
Pada hari Senin, Peskov mengatakan kepada wartawan bahwa pembicaraan damai antara Moskow dan Kiev sekarang tidak mungkin karena tidak ada syarat bagi mereka baik secara de facto maupun de jure.
Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Moskow akan bersedia untuk mempertimbangkan negosiasi perdamaian, tetapi menambahkan bahwa Ukraina belum memberikan proposal yang serius.
"Tidak ada pembicaraan tentang negosiasi dengan Zelensky," kata Lavrov saat konferensi pers.
Reuters melaporkan bahwa Lavrov juga mengemukakan rencana perdamaian 10 poin yang diperkenalkan Zelensky November lalu. Diplomat top Kremlin mengatakan rencana pemimpin Ukraina itu terdiri dari "inisiatif yang sama sekali tidak masuk akal."
“Mengenai prospek negosiasi antara Rusia dan Barat mengenai masalah Ukraina, kami akan siap menanggapi setiap proposal serius. [Tapi] kami belum melihat proposal serius. Kami akan siap untuk mempertimbangkannya dan memutuskan," kata Lavrov.
Para analis mengatakan bahwa poin penting dalam setiap negosiasi di masa depan antara Rusia dan Ukraina adalah empat wilayah yang dianeksasi secara tidak sah oleh Putin pada bulan September.
Moskow mengatakan wilayah itu harus diakui sebagai bagian dari Rusia, sementara Zelensky menyatakan tanah itu harus dikembalikan ke negaranya.
Crimea juga muncul sebagai batu sandungan bagi pembicaraan damai. Zelensky dalam beberapa bulan terakhir mengatakan dia ingin semenanjung tersebut, yang bergabung dengan Rusia pada tahun 2014, sekali lagi menjadi bagian dari Ukraina.
"Itu desas-desus," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov ketika ditanya oleh media tentang laporan tersebut, sebagaimana dilansir dari kantor berita TASS, Sabtu (4/2/2023).
Pada hari Kamis, surat kabar Swiss-Jerman; Neue ZĂĽrcher Zeitung (NZZ), melaporkan bahwa Direktur CIA William Burns telah melakukan perjalanan ke Moskow dengan proposal perdamaian dari Biden yang akan membuat Ukraina menyerahkan 20 persen wilayahnya ke Rusia.
Laporan itu mengikuti sebuah artikel The Washington Post bulan lalu yang mengatakan Burns baru-baru ini bertemu secara rahasia dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kiev, Ukraina.
Namun, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Sean Savett sebelumnya mengatakan kepada Newsweek bahwa laporan dari NZZ tidak akurat.
Seorang pejabat CIA juga menyebut informasi itu "sama sekali tidak benar".
Ketika ditanya pertanyaan lain pada hari Jumat tentang apakah Burns bertemu atau tidak dengan Putin di Moskow bulan lalu, Peskov menjawab: "Pada bulan Januari? Semua berita ini adalah desas-desus."
Laporan NZZ muncul ketika para pejabat Rusia baru-baru ini mengatakan bahwa negosiasi apa pun untuk perdamaian dengan Ukraina pada saat ini tampaknya tidak mungkin dilakukan.
Pada hari Senin, Peskov mengatakan kepada wartawan bahwa pembicaraan damai antara Moskow dan Kiev sekarang tidak mungkin karena tidak ada syarat bagi mereka baik secara de facto maupun de jure.
Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Moskow akan bersedia untuk mempertimbangkan negosiasi perdamaian, tetapi menambahkan bahwa Ukraina belum memberikan proposal yang serius.
"Tidak ada pembicaraan tentang negosiasi dengan Zelensky," kata Lavrov saat konferensi pers.
Reuters melaporkan bahwa Lavrov juga mengemukakan rencana perdamaian 10 poin yang diperkenalkan Zelensky November lalu. Diplomat top Kremlin mengatakan rencana pemimpin Ukraina itu terdiri dari "inisiatif yang sama sekali tidak masuk akal."
“Mengenai prospek negosiasi antara Rusia dan Barat mengenai masalah Ukraina, kami akan siap menanggapi setiap proposal serius. [Tapi] kami belum melihat proposal serius. Kami akan siap untuk mempertimbangkannya dan memutuskan," kata Lavrov.
Para analis mengatakan bahwa poin penting dalam setiap negosiasi di masa depan antara Rusia dan Ukraina adalah empat wilayah yang dianeksasi secara tidak sah oleh Putin pada bulan September.
Moskow mengatakan wilayah itu harus diakui sebagai bagian dari Rusia, sementara Zelensky menyatakan tanah itu harus dikembalikan ke negaranya.
Crimea juga muncul sebagai batu sandungan bagi pembicaraan damai. Zelensky dalam beberapa bulan terakhir mengatakan dia ingin semenanjung tersebut, yang bergabung dengan Rusia pada tahun 2014, sekali lagi menjadi bagian dari Ukraina.
(min)